"Bagaimana rasanya ketika aku menciummu?"
Nico terus menanyakan pertanyaan yang membuat Sandra begitu malunya. Entah kenapa hari ini dia begitu cerewet dan tiba-tiba ingin tahu lebih banyak isi kepala dari gadis itu. Ia sebenarnya cukup puas dan senang dengan jawaban-jawaban sebelumnya. Terutama ketika Sandra mengakui bahwa dia menyukainya.
Saat ini Nicolas Atmaja bukan lagi Presiden sebuah perusahaan besar dengan sikap dingin dan angkuhnya yang ditakuti semua orang. Dia hanyalah Nico. Pria biasa yang jatuh cinta. Untuk pertama kalinya dalam hidup, ia tak harus memikirkan soal bisnis setiap hari. Tidak harus direpotkan dengan telepon dari Pak Bram tentang perusahaan. Juga tidak perlu diributkan dengan perilaku para petinggi perusahaan dan keluarganya yang selalu meributkan masalah kekuasaan. Ketika bersama Sandra, masalah yang menimpa dirinya seakan lenyap dan bukan menjadi hal penting lagi. Padahal pertama kali dia bertemu dengan Sandra, dia hampir terbunuh. Kesepakatan dengan Sandra pun dibuatnya untuk menyelamatkan dirinya dari masalah perusahaan. Tapi kini semua itu tidak penting lagi. Gadis itu benar-benar sukses mengalihkan dunianya.
Mendengar pertanyaan Nico yang begitu terus terang dan tidak kenal rasa malu, tentu saja Sandra tidak bisa menjawab apa-apa. Sungguh gadis itu hampir mati karena rasa malu. Kenapa pria ini sangat suka menggodanya? Sandra dengan cepat memutar otaknya dan menyingkirkan ekspresi malu-malu di wajahnya, "Memangnya bagaimana perasaanmu saat kamu menciumku?"
Sandra mengembalikan pertanyaan itu kepada Nico. Pria sombong yang dingin itu pasti akan lebih malu dan tidak mau berterus terang.
"Aku merasa seluruh orang dikelilingi olehmu. Hanya ada kamu. Tidak ada yang lain" Nico membungkuk lebih rendah, dan bibir tipisnya jatuh ke telinga Sandra, berbisik dengan lembut.
Baik Sandra salah. Ia kalah. Saat ini gadis itu hanya merasakan tubuhnya mati rasa seakan baru saja tersengat arus listrik. Wajahnya menjadi lebih merah dan malu.
Siapa sangka kalau pria yang biasanya hanya berkata sepatah dua kata ternyata begitu pandai merangkai kata yang membuat gadis itu merinding mendengarnya.
"Sudah puas dengan jawabanku?", tanya Nico merendahkan suaranya.
Pikiran Sandra kacau, dan dia menjadi lepas kendali di pagi hari. Dalam benaknya, memikirkan sudah berapa wanita yang jatuh pada rayuan Nico?
Ketika Sandra terdiam, tiba-tiba Leo melaju melewati pasangan itu dengan sepedanya. Begitu cepatnya ia bersepeda melewati mereka hingga menghasilkan hembusan angin kencang yang mengenai wajah Sandra. Bahkan hanya melihat dengan sekilas pun, gadis itu tahu bahwa Leo sedang sangat marah.
"Aku akan menjemputmu siang ini. Belajarlah dengan benar, jangan lupa untuk selalu merindukanku!" Nico berteriak tanpa malu-malu setelah menurunkan Sandra di depan gerbang. Dia sengaja melakukannya. Ingin Leo untuk mendengarnya suaranya. Nico tahu bahwa Leo diam-diam telah mengikuti mereka sejak dari apartemen. Seperti seorang penguntit. Karena itulah disepanjang jalan Nico tidak berhenti menunjukkan kemesraannya dengan Sandra.
Sandra menutupi kepalanya dengan tas ransel dan segera berlari masuk ke halaman sekolah. Betapa memalukan! Sekarang rumor di sekolah pasti semakin menjadi-jadi. Berita bahwa Sandra tinggal bersama seorang pria sudah menjadi rahasia umum. Di sekolah yang selevel universitas itu memang normal bagi pelajarnya untuk menjalin hubungan, rumor tentang Sandra menjadi perbincangan heboh karena pacarnya yang begitu tampan. Mulut para gadis yang iri tidak tinggal diam dan selalu mencari celah untuk memperburuk nama Sandra di seluruh sekolah.
"Leo!" Sandra mengejar sahabatnya yang sedang berada tempat parkir sepeda.
Mereka berdua telah bertengkar selama satu setengah hari, dan itu memakan waktu lebih lama dari pertengkaran sebelumnya. Sandra sudah tidak tahan lagi. Saat ini dia rela untuk menundukkan kepala dan meminta maaf terlebih dahulu.
Leo sedikit terkejut Sandra mau menyapanya lebih dahulu. Namun ia segera mengontrol emosinya dan pergi begitu saja. Meskipun hatinya juga merasa tidak nyaman telah mengabaikan gadis itu Sejak kemarin, berkali-kali Leo berpikir untuk melupakan kekesalannya dan mencari Sandra untuk berbaikan dengannya. Bagaimanapun, jika tidak berbicara dengan sepatah katapun dengan Sandra sepanjang hari, dia merasa tersiksa setiap detiknya.Tapi tidak bisa semudah itu. Hati Leo masih terluka. Selain itu, dia juga tidak tahu bagaimana menghadapi Sandra yang saat ini sudah memiliki pacar. Mana mungkin ia sanggup.
Apalagi pagi ini ia memperhatikan Sandra dan pria itu begitu mesra di sepanjang jalan. Entah apa yang dipikirkan olehnya pagi itu sehingga masih memberanikan diri menunggu Sandra di apartemennya. Tapi begitu melihat Sandra dan Nico berjalan berdampingan keluar dari gedung, Leo menahan rasa sakit dan memilih untuk menyerah. Dia diam-diam bersembunyi dan hanya melihat Sandra dari kejauhan. Mungkin untuk seterusnya dia akan melakukan itu. Asalkan Sandra bahagia.
Melihat Leo yang malah berpaling darinya, Sandra kembali emosi. "Hei apa maksudmu? Apa kamu mau mengabaikanku seumur hidup?"
Apa mungkin Leo benar-benar ingin memutus persahabatan di antara mereka? Sungguh konyol. Persahabatan selama bertahun-tahun bisa rusak hanya karena kehadiran pria lain di kehidupan Sandra.
"Dengar Leo, jangan kira kalau aku tidak bisa hidup tanpamu! Aku pun masih bisa bersenang-senang tanpamu sekalipun!"
Sandra berteriak dengan tidak yakin. Saat ini saja hatinya sudah merasa tidak senang sama sekali. Jujur, ia merindukan sahabatnya itu.
Dan kemudian, ada lebih banyak kemalangan yang menunggunya. Begitu dia memasuki ruang kelas, dia langsung dipanggil ke kantor kepala sekolah. Ini pertanda buruk. Apa dia berbuat salah? Dalam hal prestasi akademik, Sandra juga salah satu yang terbaik di kelasnya. Selain terlambat, dia tidak memiliki masalah besar. Dia tidak pernah dipanggil ke kantor kepala sekolah sebelumnya.
"Ibu kepala mencari saya?"
Kepala sekolah adalah seorang wanita berusia 50-an. Dia memiliki pemikiran kuno dan tidak suka membuat lelucon. Terkadang kata-katanya yang tajam menyakiti pelajar yang mendengarnya.
"Ah, Sandra. Silahkan duduk" sambutnya dengan wajah serius. "Apa kamu tahu mengapa aku memanggilmu kesini hari ini?"
"Saya tidak tahu", gadis itu menggelengkan kepalanya.
Sungguh tidak tahu. Bahkan hari ini pun dia tidak terlambat datang ke sekolah.
Kepala sekolah memegang bingkai kacamata di hidungnya dan menatap Sandra dengan tajam.
"Baru-baru ini terdengar kabar bahwa kamu sedang tinggal bersama dengan seorang pria yang bukan anggota keluargamu. Dan bahwa pria ini selalu menghampirimu di sekolah ini. Sekolah bukan tempat yang tepat bagimu untuk memamerkan hal itu. Ini bisa menjadi pengaruh buruk kepada pelajar yang lain", ujar wanita itu dengan nada serius.
Tubuh Sandra menegang. Ia hanya bisa menundukkan kepada dengan malu.
"Baiklah, saya paham. Maafkan saya" jawabnya dengan penuh penyesalan. Walaupun dalam hati ia tahu betul bahwa itu bukan kesalahannya. Nico lah yang berinisiatif untuk datang ke sekolah dan mengantar jemputnya. Sandra tidak pernah meminta itu.
"Baik. Silahkan kembali ke kelasmu"
Sandra bangkit dan berjalan keluar dari kantor dengan lemas. Sial. Di seluruh sekolah ini tentu saja bukan hanya dia yang memiliki pacar. Ada begitu banyak senior, beberapa yang juga tinggal bersama, banyak dari mereka sekelas, dan pergi ke sekolah sepanjang waktu dan berpegangan tangan dengan mesra. Mengapa tidak ada yang peduli?
Segera setelah Sandra memasuki kelas, ia langsung menjadi fokus perhatian semua orang. Gadis itu mengerutkan dahinya, membalas tatapan semua orang satu per satu dengan sinis. Ini semua gara-gara mulut besar mereka yang seenaknya menyebarkan rumor hingga para pengajar mendengarnya.
"Sandra mengapa kepala sekolah mencarimu?"
Hanya Resty satu-satunya orang yang perhatian dan bertanya pada Sandra dengan wajah khawatir.