"Apa?" Rissa terperangah menatap Charlos.
"Kamu tidak hamil, Rissa. Kamu mual karena kamu terlalu stress. Asam lambungmu meningkat setiap pagi hari. Terutama saat kamu makan yang pedas-pedas, lambungmu semakin banyak memproduksi asam. Apa makanmu teratur semenjak tiba di Bandung?"
Rissa menundukkan kepalanya. Ia merasa bingung sendiri. Sebelumnya ia takut sekali jika ia sampai hamil dan Charlos akan meninggalkannya. Tapi setelah Charlos berkata bahwa ia tidak hamil, ia juga merasa kecewa. Ia sedih juga karena di dalam perutnya ternyata tidak ada bayinya—anaknya Charlos, darah dagingnya dengan Charlos.
Rissa menggelengkan kepalanya.
"Nah kalau makanmu tidak teratur, belum lagi kamu stress, maka beginilah jadinya," kata Charlos. "Asam lambungmu naik dan melukai tenggorokanmu."
Rissa mendongak menatap Charlos. Pria itu sedang menatapnya penuh kesedihan dan kekhawatiran.
"Apa kamu masih mencintaiku meskipun aku tidak hamil?" tanya Rissa, kemudian ia merasa dirinya sangat bodoh.