Unduh Aplikasi
1.94% IRONA / Chapter 6: Happy Birthday, Irona. (Flashback Tiga)

Bab 6: Happy Birthday, Irona. (Flashback Tiga)

Waktu berlalu begitu cepat, hari berganti hari, bulan berganti bulan, bahkan tahun berganti tahun. Tidak terasa sejak kelahirannya hari ini Irona merayakan ulang tahun yang ke enam belas.

Setelah ayah nya meninggal, ia benar-benar hidup hanya dengan seorang Ibu, sementara sang Ibu tidak berniat untuk menikah lagi. Baginya memiliki dan hidup bersama Irona saja itu sudah cukup, karena tugasnya sekarang hanya merawat dan menghidupi anak semata wayang nya itu.

Tepat pukul dua belas malam, Mama Selvia mempersiapkan kue dan juga kado untuk anak tercinta nya. Ia berjalan ke kamar Irona diam-diam agar tidak membangunkan putri nya.

"Selamat ulang tahun anak Mama tersayang," Selvi memasuki kamar Irona, ia mendekat dan mengelus lembut pucuk kepala anaknya.

"Nnghh.. Mama," ucap Irona lirih, lalu ia tersenyum melihat wanita yang sudah hampir paruh baya di hadapannya.

"Selamat ulang tahun anak Mama, semoga kamu bahagia selalu ya, Nak," Selvi mendaratkan kecupan di kening Irona, gadis kecil yang dulu ia besarkan seperti malika itu sudah tumbuh dewasa, dan tumbuh menjadi gadis yang cantik.

"Makasih, Ma." Irona tidak bisa berkata apapun selain ucapan terimakasih, baginya tidak ada kata-kata yang pantas untuk Ibu seperti Selvi, ia sudah sangat beruntung dan bersyukur karena Mama tidak pernah mengeluh dalam merawatnya. Memang kasih Ibu itu tak terhingga.

"Sekarang kamu make a wish ya, tutup mata," Irona menganggukan kepala tanda mengerti. Ia menutup mata dan tersenyum di balik rapalan doa nya.

"Udah," ia membuka matanya, terlihat wajah sang ibu yang memancarkan aura kebahagiaan.

"Sekarang Rona potong kue nya, ya," Selvi memberikan pisau kecil yang terbuat dari plastik, dengan gerigi kecil di bagian atasnya dan Irona mulai memotong kue lalu memberikan potongan pertama kepada sang Ibu.

"Buat Mama, makasih udah rawat Irona," ia memberikan kue tersebut sebari tersenyum, kedua matanya sudah berkaca-kaca, tidak, ia tidak bersedih, tapi terharu.

"Kamu anak Mama sayang, sudah seharusnya Mama merawat dan membesarkan kamu," Selvi mengelus kepala Irona dengan sayang, tidak ada harta yang lebih berharga selain putrinya.

"Seandainya Papa masih ada," gumam Irona namun masih bisa di dengar oleh Selvi.

"Papa pasti udah tenang sayang, kamu jangan sedih ya," mereka berpelukan di tengah remang-remang kamar Irona, menumpahkan air mata kebahagiaan bercampur sedih mengingat mendiang Ayah Irona.

***

Pagi ini terasa lebih cerah, entah mungkin matahari memberikan cahaya nya dengan kapasitas penuh atau apa, yang pasti Irona merasa senang dengan hari ini, hari ulang tahun nya.

Ia berjalan menyusuri koridor dengan senyum yang mengembang, ia terlihat cantik, ah bukan, Irona memang selalu cantik. Irona selalu menjadi primadona para lelaki, tapi ia hanya menganggapnya angin lalu. Bagi Irona tidak ada lelaki yang bisa mencintai dengan sungguh-sungguh.

"Selamat ulang tahun Irona cantik," tiba-tiba saja Arin muncul dari belakang tubuh Irona, membuat wanita itu sedikit terkejut.

"Ya ampun Rin, ngagetin aja," Irona memejamkan mata nya, menetralkan detak jantung yang berdegup dengan keras.

"Hehe, maafin Arin ya Irona. Irona kan hari ini ulang tahun," Arin menoel noel dagu Irona, Irona adalah sahabat satu-satunya, ia sangat sayang pada Irona seperti saudaranya sendiri.

"Ck, iya-iya Rona maafin," Irona tersenyum, "makasih ya, Rin," ia memeluk sahabat satu-satu nya itu, memiliki Arin saja sudah cukup untuk Irona.

Arin menganggukan kepala di dalam pelukannya, "gue ada kado buat lo," ia melepas tubuh Irona, dan mengambil sesuatu di dalam tas nya, "nih, tapi bukanya nanti aja di rumah," Arin menyodorkan sebuah kotak berwarna salem, warna yang sangat pas untuk Irona.

"Makasih, Arin," Irona kembali memeluk Arin sekilas.

"Yaudah yuk masuk," Arin mengulurkan tangan dan mereka bergandengan menuju kelas.

Saat tiba di depan pintu kelas, Irona merasa heran, karena tidak biasanya pintu tertutup rapat. Ia melirik ke arah Arin, yang hanya di balas dengan bahu terangkat. Irona mendorong pelan pintu tersebut, dan----

"Happy Birthday Ironaaaaaaa," suara riuh piuh terdengar menggema di sudut kelas sepuluh, suara terompet, dan nyanyian terus mengalun indah. Irona tertegun dengan mata yang berkaca-kaca, tidak menyangka teman sekelas nya akan memberikan kejutan indah seperti ini.

"Makasih banyak ya, kalian udah inget sama ulang tahun gue," ucap Irona lirih.

"Iya, kita semua ini keluarga, walaupun baru kenal," jawab Santi, sekretaris kelas yang sangat cantik. Irona menganggukan kepala, senyum tak henti-henti nya terukir indah di bibir manisnya, ia bahagia, sungguh.

"Rin, makasih ya," Irona memeluk tubuh sahabatnya itu.

"Iya, Ron, kita semua keluarga," Arin mengusap lembut punggung Irona sayang, tidak lama setelah itu, Arin merasakan tubuh Irona bergetar, tanda ia menangis, ia tersenyum, Irona adalah sahabat terbaiknya.

***

Hari ulang tahun memang hari yang paling di nantikan oleh setiap orang, terutama kaum wanita. Karena mereka pasti berharap mendapat hadiah spesial dari orang tersayang, tapi tidak bagi Irona, ia tidak memiliki kekasih, hanya Selvia dan Arin yang ia sayangi.

Irona berjalan sebari bersenandung, bernyanyi kecil seolah menyuarakan isinya. Namun langkahnya terhenti ketika melihat kotak berwarna hitam dan di balut oleh pita berwarna merah muda, matanya memicing, memastikan apa yang ia lihat. Benar, itu sebuah kado, pikirnya. Irona melangkah mendekat ke arah pintu utama rumahnya, takut-takut kalau itu adalah bom.

"Siapa yang kirim ini ya?," Irona bermonolog, menatap heran ke arah sebuah kotak yang ada di tangannya. Tampilannya sangat bagus, elegan, tapi terlihat mewah.

"Mending gue tanya Mama"

"Assalamualaikum, Irona pulang," ia memasuki rumah, yang dimana ruang tamu ada di paling utama, ruang tamu yang cukup sederhana dan di balut dengan cat berwarna abu-abu.

"Waalaikumussalam," Selvia menyahuti, namun suaranya terdengar jauh. Irona berjalan menuju dapur, mungkin saja ibu nya sedang di dapur.

"Ma, siapa yang kirim kado ini ya?," Irona to the poin, ia mendekat ke arah Selvia sebari menunjukan kotak kado tersebut.

Selvia hanya menoleh sebentar, "mama ngga tahu," lalu melanjutkan aktivitas mencuci piring nya.

Irona menarik nafas, "yaudah deh, Rona ke kamar dulu ya, Ma."

Tiba dikamar, Irona langsung merebahkan dirinya, ia lelah, tetapi pikiran nya terus melayang kepada siapa pengirim kado tersebut. Ia melirik ke atas meja, tempat dimana ia letakan kotak hitam itu, ia mendekat dan mulai membukanya.

Sebuah kotak musik yang sangat indah, berwarna merah muda keemasan yang sangan mewah. Didalamnya terlihat seperti seseorang yang sedang menari balet, begitu indah. Irona menekan tombol power di belakang, dan kotak musik tersebut mengalun dengan indah. Ia melihat sebuah surat disana, pasti dari pengirimnya, batinnya. Irona membuka surat tersebut, seketika tubuhnya membeku tatkala membaca isi surat itu.

Happy Birthday, Irona

Aksa.


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C6
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk