Unduh Aplikasi
3.38% SEANCE / Chapter 11: Kesepakatan

Bab 11: Kesepakatan

Predict pun mengangkat wajahya untuk menatap seluruh sahabatnya yang kini memandang ke arahnya. Satu detik kemudian, perempuan itu tersenyum mencoba setidaknya menenangkan situasi yang tegang itu.

"Aku tidak terlalu yakin. Tapi… Yang jelas itu sudah pasti bukan aku kan?" Predict justru melontarkan pertanyaan yang tidak perlu di pertanyakan lagi. Yang membuat seluruh sahabatnya mengangguk dan tenggelam ke dalam pikiran mereka masing-masing.

Saat mereka semua sedang terdiam, Dhani yang duduk di sebelah Fatur tiba-tiba berdiri dari tempatnya. Membuat mereka semua terkejut, dan menatap pada lelaki itu. "Aku haus, Nad aku ambil minum ya?" Tanyanya dengan polos, Nada serta para sahabatnya yang lain hanya membuang nafas lega karena sebelumnya mereka merasa khawatir sekaligus takut dengan sesuatu yang terjadi pada Dhani.

"Ambil aja Dhan!" Jawab Nada dengan sebuah senyuman di wajahnya. Kemudian Dhani melenggang berjalan meninggalkan mereka untuk mengambil minum di dapur. Icha dan Lilac yang sedari tadi terlihat tegang pun akhirnya bisa bernafas dengan lega. Lilac menyadarkan tubuhnya ke sandaran sofa seperti orang yang kelelahan, sementara Icha mengusap wajahnya dengan tangan kanan kemudian ikut menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa yang ada di belakangnya.

"Aku bawakan minum buat kalian ya!" Dhani berteriak dari arah dapur dengan cukup keras, membuat ke enam siswa itu melirik ke arah dapur.

"Bawa aja!" Teriak Leo, ia yang sedikit kesal dengan Dhani pun menjawab dengan sedikit emosi. Tetapi teman-teman lainnya justru tertawa, menertawakan keduanya. Nada yang berperan sebagai pemilik rumah pun akhirnya berdiri dari duduknya untuk membantu Dhani di dapur.

"Bikin kesel aja sih Dhani!" Gerutu Lilac yang saat ini memejamkan matanya dan mengadah ke atas. Membuat Leo yang memang duduk di sampingnya melirik untuk menatap wajah cantik sahabat kecilnya itu.

Dengan jahil, tangan besar Leo pun menangkup seluruh wajah Lilac. "Hayoloh, Takut!" Ucap Leo pada Lilac, hingga perempuan yang kini sedang memejamkan matanya itu segera bangkit dari posisi bersandar dan menyingkirkan tangan besar Leo dari wajahnya.

"Apaan sih Leo! Diem dong… Bisa gak?" Protes Lilac pada Leo yang kini hanya tertawa karenanya.

"Kalau nggak bisa, kamu mau apa?" Tanya Leo yang membalas ucapan Lilac dengan candaan. Perempuan itu semakin jengkel dan menatap pada Predict serta Icha untuk meminta bantuan dari sahabat-sahabatnya itu.

"Cha… Dict!" Lilac hendak berpindah dari sofa yang ia duduki ke sofa di mana Icha dan Predict berada. Namun saat ia berdiri, Leo segera mencegahnya dengan memegang tangan Lilac dan kembali menariknya kearah sofa itu, sehingga tubuh ramping Lilac kembali duduk terjatuh di atas sofa yang sama.

"E-eh… Udah, disini aja" Bujuk Leo, tetapi Lilac yang sudah sangat kesal itu hanya terdiam dan mengembungkan pipinya seraya melipat kedua tangan di dada. Icha dan Predict hanya tersenyum melihat pertengkaran di antara keduanya yang sering sekali di sebabkan oleh kejahilan Leo. Sementara Fatur hanya terdiam memperhatikan tingkah jahil Leo yang selalu ia tujukan pada perempuan bertubuh sempurna itu.

Dhani dan Nada datang membawa beberapa buah gelas yang telah di isi oleh Jus, dan dua toples kue yang Nada ambil dari lemari makanan. "Ini, barangkali kalian lapar." Ucap Nada dan menaruh kue tersebut di atas meja.

Icha yang memang sudah haus pun segera mengambil gelas jus itu, "Thanks Nad!" Ujarnya dan meminum jus tersebut. Dhani pun duduk dan meminum jus nya, karena memang dialah yang pertama kali meminta minum pada Nada. Sementara yang lain juga akhirnya ikut meminum jus tersebut karena merasa haus dan bahkan Fatur memakan kue yang sudah di buka dari toplesnya.

Setelah meminum jus miliknya, Predict yang duduk di antara Icha dan Nada pun akhirnya kembali membuka suara untuk membahas permasalahan yang di alami oleh Nada, Fatur dan Leo malam tadi. "Jadi…" Saat Predict baru mengatakan hal itu, semua temannya yang ada di ruangan itu pun refleks menatap padanya dengan penasaran. "Menurutku sosok hantu yang kalian temui tadi malam adalah hantu yang… Jahil dan hanya ingin mengganggu saja." Papar Predict.

Namun Fatur yang tidak setuju dengan jawaban itu pun langsung mengutarakan sanggahannya. "Tapi Dict, kalau itu hanya hantu yang jahil, kenapa dia bisa menyerupai kamu? Apakah dia tahu bagaimana wujud seluruh teman Nada?" Pertanyaan memojokkan dari Fatur itu berhasil membuat Predict terdiam untuk beberapa saat di hadapan seluruh temannya.

"Iya Dict, lagi pula aku baru kali ini mengalami hal seperti ini. Dan biasanya nggak pernah ada kejadian apapun." Jelas Nada menimpali ucapan Fatur dan semakin menekan pada perempuan yang mengenakan jaket hitam itu.

Predict menghela nafasnya dengan pelan, ketika ia menyadari bahwa dirinya tidak bisa menghentikan pembahasan itu. Sebenarnya di dalam hati Predict, ia ingin semua sahabatnya itu mengabaikan kejadian malam tadi dan menganggapnya sebagai sebuah kebetulan saja. Tetapi mereka semua terlihat sangat penasaran dengan hantu yang mendatangi rumah Nada dan berwujud seperti dirinya. "Tapi ini gak terlalu penting… Percaya deh, ini gak terlalu penting!" Ucap Predict kembali, ia tetap berusaha agar sahabat-sahabatnya itu berhenti untuk membahas hantu yang mendatangi Nada malam tadi. Sebab ia melihat ada sesuatu hal yang tidak baik jika mereka mencari tahu siapa hantu itu.

"Gini deh… Kalau hantu itu datang lagi malam ini, kita akan cari tahu siapa dia dan ingin apa dia mendatangi Nada. Tetapi kalau hantu itu tidak datang malam ini… Kita lupakan semuanya, Gimana?" Predict terkejut bukan main ketika ia mendengar usulan serta jalan keluar yang di usulkan oleh Fatur pada mereka semua. Usulan yang terdengar lebih ke sebuah tantangan menurut Predict, dan saat mereka semua menyetujui hal tersebut, maka Predict hanya bisa terdiam. Ia berdo'a agar hantu tersebut tidak mendatangi siapapun di antara mereka malam ini.

"Oke, jadi masalah kelar ya? Kita tinggal tunggu malam ini?" Dhani yang duduk di sebelah Fatur pun kembali mengulang poin penting dari pembahasan dan keputusan mereka. Setelah ia melihat mereka semua mengangguk kecuali Predict yang terdiam itu pun segera berdiri dari duduknya. "Oke, sekarang kita tinggal bikin mie! Ayo Nad!" Ucapnya dan berjalan ke dapur. Nada yang memang sudah menyiapkan mie instan untuk teman-temannya itu pun berdiri dan menyusul Dhani.

Lilac yang memang ingin menghindari Leo pun segera ikut berdiri dan berlari menyusul Dhani dan Nada, "Aku bantu kalian ya!" Ucapnya meninggalkan Leo, Icha, Predict dan Fatur di ruang tamu.

"Ortu Nada pulang hari ini kan?" Tanya Icha pada siapapun yang mengetahui hal tersebut, karena ia pun tidak tahu siapa dari mereka yang di beri tahu oleh Nada.

"Iya." Jawab Leo yang kini mengambil alih sofa yang sebelumnya di duduki oleh Lilac. Fatur tanpa bersuara sedikit pun, bangkit dari duduknya dan berjalan kearah kamar mandi. Leo yang menyadari sikap diam Predict setelah mereka semua menyutujui usulan Fatur pun mulai merasa curiga, mungkin saja ada suatu hal yang Predict sembunyikan dari mereka semua.


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C11
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk