Satu bulan telah berlalu semenjak pertemuan mereka dengan sebuah kesepakatan bersama, jelita dan Danil tak pernah berjumpa, hingga hari ini tiba, hari yang akan membuat mereka saling terikat satu dengan yang lain tanpa mereka sadari walau telah terjadi kesepakatan diantara mereka, pernikahan.
Pagi hari, matahari sudah mulai naik dari sisi timur, semburat jingga menambah indah pemandangan sang mentari, sinarnya yang kuning bagai emas yang baru keluar dari sepuhan,menambah keindahan pagi yang cerah ditambah dengan nyanyian burung yang merdu menambah syahdu suasana.
Dirumah yang mewah nan megah tampak orang-orang berlalu lalang hilir mudik dengan tugasnya masing-masing. Hari ini adalah hari pernikahan putri dari sang pemilik rumah. Putri seorang pengusaha yang ternama dan sukses di kota ini. Putri dari seorang Dirga Sanjaya, Jelita Sanjaya.
ceklek
terdengr suara decitan daun pintu terbuka, menandakan ada seseorang yang ingin masuk kedalam ruangan tersebut. Nyonya Sanjaya, ibu dari seorang gadis mungil bernama jelita Sanjaya, dengan senyum yang terkembang sang ibu berjalan mendekat ke arah sang putri tercinta yang duduk didepan cermin bersama beberapa orang yang sedang merias wajah ayunya.
"putri mama cantik banget sih." kata sang ibu sambil membelai rambut panjang sang putri. mendengar ibunya memuji dirinya dengan sumringah jelita tersenyum lembut, walau dalam hatinya merintih sakit, perih, seandainya saja ibunya tau hal yang terjadi sebenarnya masih adakah senyum sumringah itu? tentu saja tidak. biarlah jelita sendiri yang akan menanggung rasa itu, walau diapun tak tahu sampai kapan dia akan sanggup menahan semuanya.
wajah cantik nan ayu tidak ada guna untuknya, nyatanya calon suaminya lebih tertarik dengan wajah yang tampan bukan yang cantik. tapi dia sudah bertekad untuk meneruskan pernikahan ini, entah apa yang akan terjadi di depannya nanti dia pun tak tahu, dan apa yang akan di lakukan untuk membuat Danil sembuh dari penyimpangan sexualnya pun dia tak tahu.
"Mama bahagia?"
"kamu kog nanyanya aneh, ya jelas bahagiakan, anak mama yang cantik ini akan menikah dengan pria tampan, sukses, dan yang pasti dia pria yang baik."
"kirain Mama bahagia karena ga akan ada lagi yang jahilin mama..hehehe"
"huh..dasar..mama pasti kangen sama kejahilan kamu nanti." kata nyonya Sanjaya sambil membantu merapikan jilbab yang sedang dikenakan oleh putrinya.
"selama ini kamu menghabiskan waktu di pesantren, baru kemarin kamu pulang, sudah diambil sama orang."
"nanti kalau ada waktu luang lita akan main ke rumah mama kog, rumah mas Danil kan juga ga jauh -jauh amat, ma. ga perlu naik pesawat juga."
"iya..iya..sayang, pesen mama jadilah istri yang baik, minta ijin pada suamimu jika hendak pergi kemanapun, dampingi suamimu apapun keadaannya, apalagi jika mengingat apa yang sudah dilakukan oleh keluarganya untuk kita."
"iya ma, jelita akan jadi istri yang baik, mama ga usah khawatir."
"sudah siap semuanya?" tiba-tiba terdengar suara bariton muncul dari balik pintu.
"eh.. sini deh pah, coba lihat, cantik kan putri papa?" kata nyonya Sanjaya sambil menarik tangan suaminya untuk mendekat.
"subhanallah cantik sekali putri papa ini, semoga hidupmu selalu bahagia sayang, dan selalu di rahmati Allah," ucap tuan Sanjaya kemudian mengecup kening putri tercinta, tak tahan air mata meluncur tanpa permisi dari mata indah jelita. orang yang melihat pasti mengira itu adalah air mata kebahagiaan dan rasa haru yang akan mereka rasakan. tapi tidak untuk jelita. dia menumpahkan kesedihan yang dia simpan didalam hati di pundak sang papa tercinta.
"sudah sayang, nanti make up-nya luntur loh.." kata sang papa.
"dasar manja, sudah sini biar riasannya dibetulin sama mbak nya, kasian calon suamimu nunggu kelamaan."
jelita hanya mengangguk patuh dan duduk didepan rias, beberapa menit kemudian semua sudah siap.
Di taman belakang rumah mewah itu sudah disulap menjadi tempat yang sangat indah dengan berhiaskan bunga berwarna putih. Dan disana sudah menunggu Danil Mahendra laki-laki yang beberapa saat lagi akan berubah status menjadi suaminya. Disamping Danil berdiri seorang lelaki tampan, dari tingkah lakunya saja jelita sudah bisa menebak bahwa laki-laki tersebut adalah kekasih dari calon suaminya itu.
Jelita duduk disamping Danil yang mengenakan jas dengan warna senada dengan gaun yang dipakai oleh jelita, terlihat sangat serasi, yang satu adalah pria berbadan tinggi dengan bentuk proporsional, dan satunya lagi wanita berparas ayu walau memiliki bentuk tubuh yang mungil. tak berapa lama akad nikah pun dimulai. dan terdengar kata "SAH" dari seluruh orang yang hadir pada acara tersebut.
setelah doa dipanjatkan oleh pak penghulu, danil memakaikan cincin dijari manis jelita, begitu pun jelita melakukan hal yang sama. kemudian acara tersebut dilanjutkan dengan acara resepsi pernikahan, Danil dan jelita memang sengaja tidak mengundang banyak tamu, hanya keluarga besar masing-masing pihak, para petinggi perusahaan dan beberapa kolega pentingnya Danil dan tuan Sanjaya.