Dengan langkah bergetar Hanin mendekati kotak putih itu, bahkan sudah bertahun-tahun dia tidak lagi menjenguk anak sulungnya itu, dia ibu yang buruk kan?, Iya hanya itu jawabannya.
Dia menggenggam erat foto USG 23 tahun yang lalu itu, jika dulu dia tidak sepengecut ini, anak itu akan hidup lebih baik sampai saat ini, namun apa yang dia lakukan, kebodohan itu membawanya ke dalam penyesalan yang tak pernah terlupakan.
"Maafin Mama nak" sesalnya.
"Dulu, kamu hadir membuat dunia Mama hancur seketika, penolakan Ayahmu menghancurkan harga diri Mama, maaf untuk jalan yang salah ini, semoga kamu tenang di alam sana"
Air mata itu mengalir begitu saja, sudah sangat terlambat untuk menyesalinya, sekarang yang harus dia fikirkan adalah bagaimana cara menjelaskan ini semua kepada Jisu nantinya.
Hanin membawa semua kotak itu ke atas, mulai berani untuk menceritakan ini semua sepertinya tidak ada salahnya, sudah cukup hal gila ini dia pendam sendirian.