Unduh Aplikasi
68.62% My Slave, My Servant, My Daughter / Chapter 69: Awan Bergerak Kedepan

Bab 69: Awan Bergerak Kedepan

Awan sakit selama 3 hari. Demam tingginya tak kunjung turun. Tari dan Ratu kewalahan dengan hal ini. Berkali-kali akan diantar ke rumah sakit, tapi Awan tak mau, Dia pikir dengan mengantarnya ke rumah sakit, identitasnya tidak akan aman, malah akan memperburuk keadaan.

Apa yang membuat Awan sakit adalah perasaan negatif yang menumpuk akibat pernyataan Sunandar di telepon hari lalu. Awan belum bisa menerima jika bisnisnya akan jatuh semudah ini hanya melalui telepon. Awan jatuh sakit. Bak kata Ibnu Sina (1) 'kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan dari kesembuhan' Awan tengah panik karena Sunandar. Hal ini diperparah dengan Sikap Sunandar yang memblokir nomor Awan, seakan Sunandar menghindar dari Awan.

Tari dan Ratu, Keduanya bingung mau bagaimana lagi. Mereka hanya bisa melakukan yang terbaik bagi Awan saat ini. Mereka juga perempuan, mereka tidak bisa menyembunyikan hal ini dari ternak yang lain, meskipun Awan sudah memperingatkan mereka untuk tidak memberitahu ternak yang lain tentang masalah ini. Lalu apa yang ditakutkan Awan pun terjadi. Mereka yang seharusnya tidak boleh untuk keluar dari ruang bawah tanah, berlari menuju ke ruangan Awan.

Tak ada yang bisa Awan lakukan tentang hal itu. Tapi, karena keempat istri Awan yang semuanya menangis bersama-sama di sekelilingnya, sekarang Awan terbuka pikirannya. Dia tidak boleh terlalu lama dalam kondisi seperti ini.

"Hei, sudahlah, aku tak apa-apa, hanya sedikit demam. Sedikit demam sembuh dengan tidur kan." Kata Awan mencoba menenangkan semua Istrinya.

Tari yang tahu apa maksud Awan, dia segera menyuruh ketiga orang yang lain untuk keluar kamar, tidak dengan Tari. Dia tetap tinggal di kamar untuk sementara.

"Maaf pak, Aku memberitahu yang lain kalau kamu sedang sakit." Kata Tari kepada Awan.

"Aku tak bisa menyalahkanmu untuk hal itu. Terlebih bisa saja Ratu yang membocorkannya, kamu hanya melindungi Ratu seperti yang dulu-dulu." Kata Awan.

Tari hanya diam. Kemudian Dia mengganti kain lap kompres kepala Awan.

"Tapi karena kalian semua Aku jadi sadar, jika Aku harus menghadapinya. Tak ada gunanya berkutat dengan pikiranku sendiri." Kata Awan.

Tentu Tari penasaran tentang hal ini. "Sebenarnya apa pak yang mengganggumu? terlebih disaat semua produksi bayi kita semakin membaik." Sudah sejak awal Awan sakit, Tari ingin berbicara tentang hal ini.

"Hm, bukan masalah yang besar, aku hanya tenggelam dalam pikiranku saja, ahahaha." Awan tahu jika dia tidak bisa membicarakan hal ini dengan Tari.

Tari memilih diam dan tidak melanjutkan pertanyaannya, meski Dia tahu ada yang disembunyikan oleh suaminya. Kemudian Tari berlalu meninggalkan kamar, sedangkan Awan tidur - memaksakan dirinya sendiri untuk tidur - agar cepat pulih kesehatannya.

Dua hari kemudian Awan telah sembuh sepenuhnya dan mulai memikirkan dua hal ini. Di teras depan rumah, Awan duduk memandang semak belukar dan silinder panjang pohon bambu yang menggerombol di depan rumah, sesekali ada beberapa orang yang lewat dengan kereta angin atau motor bebek.

Pertama. Pria itu berpikir bagaimana caranya agar dia dan keempat istrinya kini dapat hidup. Awan sekarang seperti orang yang sedang mencari pekerjaan. Dia tidak bisa lagi menjual bayi-bayinya lagi, yang berarti Dia harus menghidupi juga keempat bayi yang kini sedang dikandung oleh keempat istrinya. Pikiran logis Awan mengatakan jika Ia tidak perlu untuk menghidupi bayi-bayinya juga. Sejak awal bayi-bayi itu sudah tidak ada eksistensinya dimata orang lain. Alternatifnya Awan bisa menjual bayi itu ke orang lain. Uangnya bisa untuk hidup keempat istrinya yang lain.

Pikiran ini oleh Awan masih digagalkan dengan satu frasa pikiran "dua atau empat orang istri". Terlebih, yang orang tahu sekarang adalah Awan mempunyai dua orang istri. Jadi Awan berpikir akan lebih masuk akal lagi jika ia hanya menghidupi Tari dan Ratu. Kedua yang lain harus dijual. Jika tidak bisa sebagai manusia utuh, bisa juga sebagai organ.

Awan sudah menyelesaikan 25% masalahnya. Langkah selanjutnya dia ingin bekerja. Satu-satunya cara yang paling terpikir adalah menjadi petani. Awan sebenarnya sudah menduga hal ini akan terjadi - Tapi Dia tak menyangka akan secepat ini datangnya-, oleh karena itu Awan rajin pergi ke gereja untuk menambah relasi. Kebanyakan yang datang ke gereja adalah orang yang sudah tua. diantara mereka ada orang tua kaya raya. Sudah umum tempat Awan jika orang kaya di desa itu pasti mempunyai berhektar-hektar tanah. Lalu Awan mengambil sebuah kesimpulan jika dengan uangnya yang sekarang Awan akan dapat membeli sebidang tanah sebagai mata pencahariannya.

50% sudah Awan berhasil.

Masalah yang kedua adalah Awan akan balas dendam kepada Sunandar. Dia memikirkan bagaimana cara balas dendam yang tepat kepada Sunandar. Angannya buyar ketika Ratu datang kepadanya dengan membawa teh.

"Dimana Tari?" Awan bertanya karena tidak biasanya yang melayaninya adalah Ratu.

"Kebetulan sekarang dia sedang bersama yang lain di bawah, apa perlu saya panggil dia kesini?" Kata Ratu.

"Iya, tolong." Kata Awan singkat.

Sama seperti Tari, Ratu pun tidak berani bertanya apa yang sedang Awan pikirkan. Ratu kembali ke dalam rumah, lalu dia menemui Tari yang berada di ruang bawah tanah. Ratu masuk ke ruangan bawah tanah dan dihadang oleh Mbak Timan yang sedang khawatir dengan kondisi Awan.

"Bagaimana keadaan Tuan?" Kata Mbak Timan.

"Dia masih memikirkan sesuatu, ah, Tari, tuan memanggilmu." Jawab Ratu lalu memalingkan muka ke Tari yang sedang menjahit baju.

"Tidakkah Kamu lihat Aku sedang apa?" Tari menjawab tanpa memalingkan muka.

"Em, menjahit." Kata Warni.

"YAA, bagaimana jika Warni dan Timan saja yang kesana?" Kata Tari.

"Loh, kami mana boleh keatas?" Kata Warni.

"Aku hanya berpikir bagaimana kalau kita memberikan Tuan sedikit kejutan." Kata Tari sembari melanjutkan jahitan baju Awan.

"Boleh juga, setidaknya mungkin kita bisa meredakan pikiran Tuan. Tapi Aku tidak berpikir jika Timan dan Warni keduanya harus keluar." Kata Ratu.

"Aku saja yang keluar." Kata Mbak Timan.

"Eh.. eh Timan, bagaimana... (dengan aku)" kata Warni.

Mbak Timan menuju ke tempat Awan tanpa sepatah kata apa pun kepada ternak yang lain. Mbak Timan memang sudah ingin melakukan hal ini, berbicara secara empat mata dengan Tuannya, dengan Suaminya.

Setelah sampai di depan pintu, Mbak Timan tidak jadi menemui Awan. Dia tidak menuju ke depan rumah, Mbak Timan malah duduk di sofa di dalam rumah. Dia duduk diam disana dan menguping Awan yang sedang berbincang dengan seseorang. Tak jelas dengan siapa Awan berujar, yang Mbak Timan tahu Dia hanyalah orang setengah tua yang memakai baju hitam.

Vigor datang ke tempat Awan, tapi Mbak Timan tidak mengenal siapa itu. Mbak Timan berpikir, bagaimana caranya seorang zendeling (2) bisa 'nyasar' kesini, padahal di sekitar sini sudah banyak gereja, dan mereka pun sudah beragama Kristen.

Mbak Timan mendengarkan kata mereka. Tak jelas apa yang dibicarakan oleh mereka, sampai terdengar suara Awan yang tertawa terbahak-bahak. Setelah itu Mbak Timan mendengar satu kata yang membuat Mbak Timan gemetar badannya, itu adalah 'Bunuh Sunandar'.


PERTIMBANGAN PENCIPTA
Cloud_Rain_0396 Cloud_Rain_0396

1) Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai "Avicenna" di dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan dokter kelahiran Persia (sekarang Iran ). Ia juga seorang penulis yang produktif yang sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan kedokteran.

2) Penyebar agama kristen

Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C69
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk