Pagi ini, cuaca cerah berawan. Langit menunjukkan keindahannya bersamaan dengan matahari sebagai penunjang. Ghirel memasuki gerbang sekolah dengan lesu. Sepertinya hari Ghirel tak seindah cuaca hari ini.
Tatapan benci terarah kepada gadis itu, mereka seakan-akan ingin menyantap Ghirel sekarang juga. Gadis-gadis pemuja Afka itu bahkan sering menjadi kompor dalam hubungan Ghirel dan Afka. Banyak yang menuduh Ghirel selingkuh, merendahkan Ghirel karena bukan berasa dari keluarga terpandang, bahkan hingga mengatai Ghirel jual diri untuk memenuhi biaya hidupnya.
Bohong jika Ghirel mengatakan baik-baik saja,nyatanya dia sering menangis dan merasa insecure saat mengetahui hal-hal tersebut. Tzuwi yang menjadi teman curhatnya hingga jengah dengan apa yang Ghirel bicarakan. Bagi Tzuwi ini tidak normal, seharusnya Ghirel curhat tentang dirinya yang diselingkuhi bukan hal-hal seperti ini.
"Tegakkan dagu lo Jie!" seru Siska. Ghirel menoleh melihat sahabatnya sedang memasang tampang sadisnya seperti biasa. Siska memang terlihat cuek dan sadis, tetapi diluar itu dia sebenarnya gadis yang sangat perhatian kepada teman-temannya. Dia bahkan menjadi tameng terdepan untuk Ghirel dan Tzuwi.
"Jangan nunduk gitu, nanti mahkota lo jatuh!" ketus Siska.
"Siap bos!" kata Ghirel sambil mendongakkan kepalanya semaksimal mungkin.
"Gimana hubungan lo sama Afka?" tanya Siska sembari berjalan.
Ghirel terlihat tidak senang membahasnya,"Bunda ngira kita udah putus."
Siska menepuk pundak Ghirel pelan,"gak papa, diluar sana banyak juga kok yang backstreet gara-gara orang tua."
Siska benar, tidak hanya Ghirel yang membohongi orang tuanya tentang memiliki seorang kekasih. Ghirel jadi lebih tenang.
***
Ulangan pelajaran pertama sudah berlangsung 30 menit. Hari ini jadwalnya fisika untuk kelas 12 dan bahasa inggris untuk kelas 10. Kebetulan Ghirel cukup pintar bahasa inggris sedangkan Hevan kurang baik dalam pelajaran tersebut.
Sepanjang tes berlangsung, Hevan tak habis-habisnya bertanya kepada Ghirel. Meskipun sedikit mengganggu, tetapi Ghirel tetap meladeninya. Sampai akhirnya, Ghirel menyadari sesuatu. Ada sepasang mata yang sejak tadi memperhatikan keduanya dengan tatapan tajam.
Itu Afka yang sedang duduk di urutan pertama baris pertama. Sedangkan Ghirel berada di urutan ketiga baris kedua. Tempat duduk mereka cukup dekat sehingga mudah bagi Afka untuk mengawasi.
Ghirel tertawa kecil, tapi tawanya tidak bertahan lama sampai Afka mengalihkan fokusnya terhadap Stefy yang bertanya jawaban juga. Karena hal tersebut, Ghirel memiliki ide untuk membalas dendam. Dia menarik kursinya lebih dekat dengan Hevan. disela-sela menjawab pertanyaan Hevan, Ghirel memberi sedikit lawakan membuat keduanya tertawa bersama. Hal ini tentu menarik perhatian Afka Fedrick.
Afka yang sudah tidak tahan melihat pemandangan memuakkan itu akhirnya mengadu ke pengawas ulangan,"Pak, Ghirel ngasih jawaban ke adik kelas!"
"Saya lihat-lihat kamu daritadi berisik, ternyata ngasih jawaban. Pindah duduknya kamu, Afka tukeran sama Ghirel ya," pinta pengawas itu.
"Iya pak, eh? tukeran sama siapa? Afka pak?!" Ghirel terkejut. Itu artinya Afka akan duduk dengan Hevan dan Ghirel akan duduk dengan Stefy. Ghirel mungkin masih bisa mengontrol emosi, tapi Afka? bisa habis Hevan di tangan Afka.
"Pindah sama yang lain aja gak bisa pak?" tanya Ghirel ragu-ragu. Seisi kelas menatapnya dengan risih, mereka pasti berpikir Ghirel tidak sudi duduk dengan saingannya.
"Duduk dipangkuan bapak, mau?" balas pengawas itu.
Afka yang mendengarnya malah tersulut emosi. Dia menggebrak mejanya lalu mengumpulkan lembar jawab sembari memberikan sebuah ancaman, "bapak berani banget ya bilang gitu sama calon istri saya?"
pengawas tersebut ciut nyalinya. Pengawas itu hanyalah guru biasa yang gila akan harta. Tanpa ayah Afka, gajinya hanya bisa untuk makan sehari-hari mengingat statusnya yang belum PNS. Tetapi berkat donasi besar dari keluarga Afka, gajinya bisa terangkat sedikit.
"Afka gak ngadu ke ayah kok, tapi bapak beneran akan berurusan sama saya," ancam Afka lagi. Pengawas ujian tersebut semakin ciut nyalinya dan memutuskan untuk meminta maaf.
"Ghirel, duduk sama Stevy! Gue udah kelar kok, gak usah panik gitu!" teriak Afka membuat Ghirel merasa malu.
***
"Mana yang namanya Ghirel?!" teriakan seseorang menggema memenuhi koridor kelas. Ghirel yang tengah membaca buku pelajarannya tersentak saat namanya disebut-sebut.
Ghirel berdiri, menemui gadis dengan rambut keriting sebahu yang mengenakan make up cukup tebal. Ghirel sudah bisa menebak, pasti dia salah satu anak komite disini.
"Gue Ghirel, kenapa?" tanya Ghirel dengan nada ketus. Dia hanya akan ramah kepada orang yang ramah juga dengannya.
"Wow, pasti tata krama belum diajarkan disini," sindir gadis itu.
"Buat apa gue pakai tata krama ke orang yang akhlaknya lebih buruk daripada ketiak gue?" balas Ghirel.
"Dih, nyolot banget lo ternyata. Gue kira lo anak cupu kayak pacar Afka yang lainnya," balas gadis itu.
"Maaf tapi gue bukan pacar Afka," kata Ghirel. Ghirel sudah tau siapa gadis di depannya, gadis tanpa nametag itu pasti salah satu kekasih Afka mengingat dia sudah membawa-bawa nama Afka.
"Gak usah bohong yah cantik, seisi sekolah juga tau lo itu salah satu pacarnya dia," ketus gadis itu.
"Walaupun hati lo gak berfungsi, mata lo berfungsi dengan baik ternyata sampai sadar kalau gue cantik," kata Ghirel dengan sebuah seringaian dibibirnya.
"Bentar, lo tadi bilang bukan pacarnya? terus apa dong? jalangnya Afka?" gadis itu mulai membuat Ghirel naik pitam.
Ghirel berdecak kesal sembari memutar bola matanya jengah,"ya ampun lagi jaman ya, jalang teriak jalang."
Gadis itu terlihat kesal lalu menahan tangannya untuk tidak menjambak rambut Ghirel. Terlihat sekali dari tangan yang mengepal kuat. "eh iya sih, penampilan lusuh kayak lo mana pantes jadi jalang. jangankan 10 juta, 10 ribu juga gak akan ada yang mau."
"Penampilan? dilihat pakai mata telanjang aja yang lain juga tau mana jalang dengan rok minim dan baju ketat buat nunjukin dada teposnya. Maaf ya, lusuh yang lo maksud adalah penampilan sewajarnya ke sekolahan," balas Ghirel.
Gadis di depan Ghirel sudah tidak dapat menahan amarahnya, kedua pasukan gadis itu juga sudah menunjukkan kemarahannya. hingga akhirnya, tangan gadis itu hendak melayang menampar Ghirel jika saja Siska tidak menangkapnya.
Siska menghempaskan kasar tangan tersebut lalu berbisik,"gue udah bilang kan, jangan main-main sama temen gue."
"Lo lupa Sis? gue anak komite disini," gadis itu menyombongkan dirinya.
"Gue gak akan pernah lupa Kristal Caramela anak komite yang terbuang," sindir Siska membuat Kristal tersentak. Kristal lupa jika Siska menyimpan rahasia besar akan dirinya. Hal ini mampu membuat Kristal mundur untuk sementara dengan wajah merah menahan kesal.
Ghirel bertanya-tanya sejak kapan Siska berteman dengan gadis kurang ajar itu?
"Lo kenal dia?" tanya Ghirel.
Siska mengangguk lalu duduk,"makannya lo jangan main sama anak kelas doang, main keluar kelas kek biar kenal anak seangkatan seenggaknya."
"Bukan itu, tapi gimana lo tau tentang rahasianya?" tanya Ghirel lagi.
"Rahasia?" Siska balik bertanya.
"Gue tau lo nyimpen rahasia dia sampai orang batu kayak dia bisa mundur hanya dengan satu kalimat," jawab Ghirel.
Siska tidak bisa menjelaskannya saat ini. Belum saatnya Ghirel mengetahui semuanya, belum saatnya Siska kehilangan Ghirel. Dia masih nyaman berteman dengan Tzuwi dan Ghirel.