Entah sejak kapan perasaan ini menggebu dalam diri Ghirel. Perasaan sayang yang tumbuh seiring berjalannya waktu. Katakanlah Ghirel seperti wanita lainnya yang dengan mudah jatuh pada pesona seorang Afka.
Ghirel jatuh cinta kepada Afka, seseorang yang memilihnya menjadi pemeran utama dalam hidup dia. Kata-kata itu selalu berhasil membuat Ghirel tersenyum, meski dirinya tahu bahwa Afka berkata tanpa menggunakan hatinya. Semua perbuatan manis Afka kepada Ghirel sudah berhasil meluluhkan hatinya.
Semuanya benar-benar mampu menghipnotis Ghirel sedemikian rupa. Kini gadis itu membenci perasaannya sendiri. Karena menurutnya, cinta hanya akan membuat seseorang menjadi lemah.
"Akhirnya, liburan!" Teriak Tzuwi dengan antusias, gadis itu sudah melompat ke sana kemari membuat Siska dan Ghirel menutup wajah karena merasa malu.
"Sahabat lo tingkahnya gitu amat," Siska berbisik kepada Ghirel, membuat Ghirel mendelik kesal merasa tidak terima. "Sahabat lo juga anjir,"
Siska mendaratkan pantatnya disamping Tzuwi, sedangkan Ghirel berlalu masuk kedalam dapur Cafe setelah mencatat pesanan mereka. Jam kerja Ghirel akan berakhir sebentar lagi, sehingga mereka memutuskan untuk berkumpul di Cafe Manshionsa.
Setelah beberapa saat kemudian, Ghirel kembali dengan nampan berisi pesanan kedua sahabatnya.
"Pesanan kalian sudah datang Nyonya," Ghirel meletakkan sepiring kentang goreng, nasi goreng cabai hijau, anjing panas alias hotdog dan dua gelas cappucino. Tidak lupa dengan greentea kesukaannya.
Ghirel ikut bergabung dengan kedua sahabatnya kala jam kerjanya sudah selesai. Mereka bercengkrama, membicarakan hal-hal random yang cukup menggelitik.
"By the way, saran jenis diet yang worth it dong." Ucap Tzuwi. Gadis itu menekuk wajahnya, menunduk sambil menunjukkan perutnya yang mulai berlipat.
Ghirel tidak pernah memikirkan berat badannya. Mau sebanyak apapun gadis itu makan, pada akhirnya terbakar saat belajar dan bekerja. Angka timbangan Ghirel selalu berada pada bobot idealnya, hanya pipinya saja yang menggembung.
Iris mata Tzuwi berputar pada Siska, meminta jawaban dari sahabatnya. Siska tidak peduli, dia hanya mengendikkan bahunya. "Gue gak pernah diet, lo tau sendiri gue suka olahraga." Kata Siska.
"Makannya hidup lo diisi kegiatan yang bagus dikit, jangan cuman tidur makan tidur makan doang." Sindir Ghirel.
"Gimana mau ada cowok yang naksir gue kalau badan kayak gini," Tzuwi merutuki dirinya sendiri, merasa sangat gendut setelah berat badan bertambah empat kilogram.
"Cowok yang cuman lihat dari fisik tandanya dia gak setia, cari cowok tuh yang mau terima kita apa adanya," nasihat Ghirel dengan senyum merekahnya.
"Lo sih belum ngerti cinta-cintaan iya gak Sis?" Tzuwi menyikut lengan Siska, membuat gadis itu mendelik kesal lantaran tengan melahap hotdog nya.
"Oh iya, gimana sama si X?" Tanya Tzuwi secara tiba-tiba membuat Siska membeku, ekspresi dinginnya berubah menjadi sendu tanpa alasan.
Si X adalah samaran untuk laki-laki yang selama ini Siska sukai, seseorang yang dalam definisi Siska adalah sempurna sebagai pasangan hidup. Wajah tampan, kekayaan, dan hatinya yang baik membuat Siska kepincut meskipun pada akhirnya dia terus menganggap X laki-laki baj*ngan.
Siska meletakkan hotdognya, kemudian menarik nafas panjang, "Dia udah punya pacar lagi, tapi kali ini kayaknya gue setuju sama hubungan mereka,"
Ghirel dan Tzuwi yang tadihya merasa antusias kini menganga bersamaan. Apa mereka baru saja mendengar Siska merelakan seseorang? Yang mereka tau Siska adalah seorang gadis penuh ambisi, apapun yang dia inginkan harus dia dapatkan.
"Gila lo Sis, kalau gue jadi lo sih, bakalan gue maki-maki." cibir Ghirel membuat Siska tertawa renyah.
"Kan gue cuman mantan, Jie."
***
Gelapnya malam tidak membuat ketiga gadis ini mengurungkan niatnya untuk menikmati liburan di alun-alun kota. Mereka tidak suka ke mall, bioskop, atau ke restoran yang cukup mudah membuat mereka miskin seketika. Karena bagi mereka, di manapun tempatnya asalkan bersama orang yang diinginkan, maka tempat itu layaknya surga dunia.
"Naik bianglala ayo!" Tzuwi kegirangan seperti anak kecil jika sudah melihat berbagai permainan disini. Bahkan, sudah berkali-kali Tzuwi menarik Siska dan Ghirel kesana-kemari menikmati berbagai wahana.
Sedangkan Siska sudah kesetanan dengan makanan yang menjadi dosa malam untuknya. Baru satu jam mereka disini, Siska sudah hampir mencicipi semua makanan disini membuat Ghirel dan Tzuwi menggeleng tidak percaya. Ghirel sendiri hanya bisa mengikuti kedua temannya.
"Gak mau, lo tau sendiri gue phobia ketinggian!" Tolak Ghirel.
Ghirel mundur hendak pergi dari sana dan berniat menunggu Siska dan Tzuwi di tempat yang cukup layak untuk duduk.
"Sekali-kali, lo harus coba!" Paksa Siska seraya menarik lengan Ghirel dengan kuat.
"Lo berdua aja, gue gak ikutan." Ghirel berusaha melepaskan tangan Siska yang melilit lengannya meskipun cukup sulit mengingat Siska yang memiliki kekuatan lebih daripada dirinya.
"Masa tiap kesini selalu gue sama Siska yang naik biangkerok?" Tzuwi mendekati Ghirel perlahan. Di otaknya, terselip sebuah ide kejam untuk Ghirel.
"Bianglala Tzuwi." Siska membenarkan lalu menatap datar Tzuwi.
"Maunya biangdipsi." timpal Ghirel
"Gaada teletabis teletabisan. Yok ah naik!"
Dan inilah yang terjadi, Ghirel diseret layaknya sapi mau kabur saat akan dikurbankan. Dan mau tidak mau Ghirel yang kalah kekuatan itu hanya bisa pasrah dibawah kendali sahabatnya.
Sepanjang bianglala berjalan, Ghirel menutup matanya rapat-rapat. Ia tidak siap jika harus pingsan saat ini juga, atau nantinya Siska dan Tzuwi akan mengambil gambar dirinya dan menyebarkan aibnya ke grup kelas.
"Jie, coba sih buka mata lo. Ini keren banget!" Tzuwi mencoba menarik tangan Ghirel yang menutupi matanya.
"Buka gak?" Siska menyetujui Tzuwi lalu mulai mencoba membuka tangan Ghirel yang satunya.
"Jangan perkosa gue disini dong aduh!" Ghirel mengaduh sambil berusaha agar tangannya tak terlepas dari matanya.
"Gak nafsu yah gue sama lo."
Tzuwi dengan isengnya melakukan sebuah loncatan di dalam bianglala membuat Ghirel membuka matanya untuk menghentikan tingkah gila temannya saat bianglala tersebut sedikit bergetar.
Namun setelahnya, ia kembali menutup mata saat menyadari kebodohan yang ia lakukan tadi. Setelah kejadian pahit di bianglala selesai, mereka melanjutkan perjalanan menuju air mancur tengah kota yang cukup ramai pengunjung. Lebih tepatnya, orang-orang kasmaran.
"Kapan ya gue bawa doi kesini?" Siska bermonolog.
"Gue sih nunggu halal aja." timpal Tzuwi.
"Gue jadi pengen kesini juga sama Afka." sekarang, Ghirel yang berbicara.
"Lo beneran naksir Afka?" tanya Tzuwi tanpa menatap wajah Ghirel. Tatapan ketiga gadis itu terpaku pada bintang di langit sana.
"Hm, gue jatuh cinta sama dia." jelas Ghirel. Setelahnya, terdengar helaan nafas kasar gadis itu, seakan terdapat beban berat dalam dirinya.
"Lo naksir Afka tapi lo takut ketemu?" gantian Siska yang bertanya.
"Kayak lo dong Sis, suka sama si X tapi gak berani ngungkapin." Timpal Tzuwi yang segera mendapat balasan berupa lirikan tajam Siska.
"Gue takut perasaan yang gak dia bales ini jadi tambah besar, makannya waktu itu gue suruh dia ngejauhin gue." Ucap Ghirel.
"Kapan?" tanya Siska dan Tzuwi bersamaan.
//Flashback//
"Sama aja anjir, percuma juga gue jd pacar lo kalo gue gak dapetin cinta lo."
Afka terdiam mendengar kalimat yang keluar dari bibir gadis di depannya.
"Bukan cuman lo yang gak dapetin cinta gue Jie, tapi banyak. Gue takut jatuh cinta, karena gue takut nyakitin hati orang." Entah dorongan darimana, tetapi dia seperti ingin memberi penjelasan pada gadis itu. Dia tidak ingin Ghirel tersakiti.
"Jauhin gue buat sementara, karena gue gak mau perasaan gue ke lo bakalan tambah besar. Gue juga takut nyakitin hati gue sendiri." Ghirel meninggalkan Afka saat itu juga.
Yang ditinggalkan hanya diam seribu bahasa, bohong jika ia baik-baik saja ditinggal Ghirel. Tapi ia lebih menyukai kebohongan dirinya itu . Karena sekali lagi, ia tidak ingin jatuh cinta meski sebenarnya sudah jatuh cinta.