Unduh Aplikasi
2.82% UNWANTED WIFE : BUKAN ISTRI PILIHAN / Chapter 6: Bab 6 - Pemakaman Shaka

Bab 6: Bab 6 - Pemakaman Shaka

Mahesa masih tidak percaya jika ia harus kehilangan Shaka secepat ini, bahkan kabar meninggal nya Shaka sangat membuatnya stress. Bukan hanya stress karena ia telah kehilangan sang kakak, namun ia juga sangat frustasi ketika mendapati kenyataan ia harus menikahi Emma yang tak lain adalah kekasih Shaka. Tak lama kemudian kedua teman Mahesa, Troy dan juga Davian datang melayat. Mereka berdua memberi kan support untuk Mahesa agar tetap kuat menghadapi kenyataan.

"Bro, lo yang sabar ya. Mungkin ini memang sudah takdirnya Shaka, lo harus kuat karena sekarang semua tanggung jawab Anoko Corp ada di tangan lo". Ujar Davian.

"Thanks bro".

"Yang sabar ya men, lo harus kuat demi kedua orang tua lo". Seru Troy yang langsung memeluk Mahesa. "Semalem Audrey, gue yang handle, abisnya nanggung kan semalem baru sebentar doang lu pake dia". Bisik Troy di telinga Mahesa.

Mendengar hal itu membuat Mahesa sedikit tertawa. "Thank you, Troy. Kayanya lo udah bisa nih belajar memahami wanita".

"Iya dong, kan semuanya lo yang ngajarin". Gumam Troy.

"Ngomong-ngomong itu perempuan yang duduk di pojokan sana siapa? Kok kayanya gue gak pernah lihat dia? Apa dia sepupu lo? Kok lo gak bilang-bilang sih punya sepupu cantik macem kaya gitu". Sambung Troy.

Mahesa membalikkan tubuhnya dan melihat Emma yang sedang terpaku meratapi kepergian Shaka.

"Oh itu, namanya Emma. Dia calon istrinya Shaka".

"Astaga, kasian banget dia ya. Udah mau nikah eh malah di tinggal pergi untuk selamanya". Gumam Davian

Mahesa menghela nafas sambil mengangkat kedua bahunya. "Yaudah yuk duduk, sebentar lagi upacara pemakaman Shaka di mulai".

Kedua temannya pun langsung mencari kursi yang masih kosong, sementara Mahesa langsung duduk di samping Emma dan hal itu membuat Emma sedikit tersentak kaget.

"Urusan kita belum selesai". Bisik Mahesa.

Emna menoleh ke arah Mahesa. "Mau kamu apa?".

Namun Mahesa tidak menjawab pertanyaan Enma, acara pemakaman Bima berlangsung dengan lancar. Emma di minta oleh orang tua Mahesa untuk ikut pulang ke rumah mereka. Sesampainya di rumah, sang papa langsung menyampaikan perihal amanat yang di berikan oleh Bima.

"Rasanya baru kemarin ya Emma, kita duduk di sini bersama Shaka sambil membicarakan tentang pernikahan kalian berdua. Tapi sekarang Shaka malah sudah pergi ninggalin kita semua". Gumam sang papa.

"Memangnya Emma sudah pernah kesini sebelumnya pah?". Tanya Mahesa bingung.

Sang mama tersenyum. "Shaka dan Emma sudah menjalin hubungan selama satu tahun, setiap hari sabtu Shaka selalu membawa Emna kemari. Jelas saja kamu tidak tau kalau mendiang kakakmu sudah memiliki calon istri, karena kamu selalu sibuk dengan teman-temanmu di akhir pekan".

Mahesa menghela nafas lalu memijit keningnya, sampai pada akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke kamar. Belum sempat ia melangkahkan kakinya, tiba-tiba ucapan sang papa terpaksa membuatnya untuk tetap tinggal.

"Mahesa, kamu mau kemana?". Ujar sang papa.

"Aku mau ke kamar".

"Duduk Mahesa, papa belum selesai bicara".

Mahesa pun terpaksa kembali duduk. "Ada apa lagi sih pah, aku cape mau istirahat".

"Kita harus membahas wasiat Shaka untuk kalian berdua, papa rasa sebaiknya kalian berdua cepat menikah agar di sana Shaka bisa tenang. Alangkah baiknya jika pernikahan kalian di percepat menjadi minggu depan".

"Apa!? Pah ini benar-benar gak adil buat aku".

"Mahesa, wasiat dari orang yang telah pergi untuk selamanya tidak bisa di biarkan begitu saja. Kamu mau seumur hidup di hantui rasa bersalah mu pada Shaka karena tidak mau menjalani apa yang Shaka minta?". Seru sang mama.

Mahesa menghela nafas dan menatap Emma tajam, sementara Emma langsung menundukkan kepalanya karena tidak sanggup melihat tatapan dingin Mahesa.

"Semua ini gara-gara kamu, Emma". Gumam Mahesa dan langsung pergi dari hadapan mereka.

"Mahesa, kamu mau kemana? Mahesa". Teriak sang mama.

Namun Mahesa tak menghiraukan ucapan sang mama dan langsung pergi begitu saja mengendarai mobilnya. Sementara itu sang mama mencoba untuk menenangkan Emma.

"Emma, kamu yang sabar ya. Mahesa tidak bermaksud berkata seperti itu, ia hanya shock dan belum bisa menerima kepergian Shaka.

"Ma, sebaiknya pernikahan ini tidak usah di lanjutkan. Aku tidak ingin membuat Mahesa terkekang". Ujar Emma.

"Em, dengar mama baik-baik. Shaka itu anak mama, dia selalu menuruti apa kata mama dan papa. Jadi mama dan papa selaku orang tua wajib memenuhi apa yang Shaka inginkan, kamu jangan khawatir tentang Mahesa. Dia anak yang baik, Mahesa juga selalu menuruti apa yang kami katakan. Jadi kamu jangan khawatir ya Em, kalian berdua pasti bisa saling jatuh cinta seiring berjalannya waktu".

Emma hanya terdiam tak mampu berkata sepatah katapun, yang ada dalam pikirannya kini mengapa Shaka tega meninggalkannya.


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Daftar Isi

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C6
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk