Dari ujung mata Gabby dia dapat melihat sosok laki-laki sedang berjalan ke arahnya. Setelah melihat kalau sosok itu memakai seragam Gabby memberanikan diri untuk menoleh. Alisnya terangkat saat Gabby melihat Michael sedang berjalan ke arahnya.
"Kamu ngapain kesini?" Tanya Gabby.
Michael tidak menjawab pertanyaan Gabby. Laki-laki itu membungkuk lalu melepas sepatu dan kaos kakinya. Michael menggigit bibir bawahnya saat kaki telanjangnya menyentuh tanah. Dia lalu menghampiri Gabby dan berdiri di sebelahnya.
"Heh ngapain disini?" Gabby melihat sekelilingnya, "Nanti kalau ada guru yang tahu gimana?!"
Michael hanya melirik Gabby sebentar lalu kembali menghadap depan, "Menemani mu."
"Masuk sana! Nanti kalau ketahuan bisa-bisa aku yang kena!" Gabby mendorong pundak Michael.
Michael menangkap tangan Gabby lalu menatap mata perempuan itu, "Kakimu sakit kan? Aku akan menemani mu merasakan sakit."
Mendengar itu membuat hati Gabby tersentuh, dia melepas pegangan tangan Michael, "Suamiku memang bisa diandalkan.".
Pipi Michael memerah lalu tidak lama kemudian dia meringis kesakitan. Tanpa disadari laki-laki itu mengangkat kakinya dan menaruh di atas kaki Gabby.
"Panasnya bikin kaki ku sakit." Gumam Michael.
Gabby menjauhkan kakinya dari Michael, "Panas tahu! Makanya pergi sana kembali ke kelas."
"Nanti kangen." Jawab Michael singkat.
Keringat mulai bercucuran di wajah Gabby, mukanya memerah karena menahan rasa sakit di kakinya. Michael mengerutkan keningnya lalu mengambil sapu tangan di saku celananya.
Michael memutar badan Gabby lalu mengelap keringat di wajah Gabby. Rambut perempuan itu terlihat acak-acakan meskipun sudah di kuncir buntut kuda. Tangan kiri Michael menghilangkan rambut Gabby yang menempel di wajah perempuan itu.
"Aku bisa sendiri." Tukas Gabby, perempuan itu tidak berani melihat mata Michael. Jarak mereka sangat dekat sampai-sampai Gabby dapat menghitung jumlah bulu mata Michael.
"Hm." Jawab Michael singkat.
Setelah Michael merasa keringat Gabby sudah berhenti mengalir, laki-laki itu mundur selangkah. Dia membalik sapu tangannya lalu mengelap wajahnya sendiri.
Michael memasukan sapu tangannya di saku celananya dan kembali berdiri di sebelah Gabby. Entah dia sedang dirasuki oleh apa Michael merasakan tangannya bergerak lalu merangkul pundak Gabby.
"Ya ampun Michael!" Gabby melepas rangkulan Michael, pipinya memerah, "Panas tahu!"
"Ha ha ha, iya maaf ya." Michael tertawa dengan canggung.
Michael menggaruk belakang kepalanya lalu tangannya di lipat di belakang punggungnya. Tidak lama kemudian terdengar bunyi bel istirahat. Dengan cepat mereka berdua lari kedalam sekolah.
"Ha...Ha... Panasnya." Gabby duduk di lantai keramik, nafasnya tersengal-sengal.
Gabby mengelap keringatnya dengan belakang telapak tangannya. Michael duduk di hadapan Gabby lalu menaruh telapak kaki perempuan itu di kakinya. Dengan perlahan-lahan laki-laki itu mengelus telapak kaki Gabby.
"Masih sakit?" Tanya Michael.
"Tapi sepertinya aku nggak bisa jalan selama tiga hari." Gabby mengerucutkan bibirnya. Tidak lama kemudian Gabby tertawa kecil saat melihat wajah khawatir Michael.
Michael mengerutkan keningnya lalu berdiri, dia mengulurkan tangannya, "Ayo berdiri."
"Di bilangin aku gak bakal bisa jalan selama tiga hari." Goda Gabby.
Michael menghembuskan nafasnya lalu kembali duduk dan membelakangi Gabby. Laki-laki itu menoleh, "Aku gendong belakang ya?"
Pipi Gabby memerah lalu dia berdiri dengan cepat, "Kamu itu kenapa sih hari ini?!" Dia berjalan mendahului Michael, "Bikin malu aja!"
"Lho, kamu tadi katanya nggak bisa jalan." Goda Michael. Mereka lalu berjalan dan mengambil sepatu mereka.
Saat Gabby selesai memakai sepatunya tangan Michael kembali disodorkan di depannya. Perempuan itu mengerutkan keningnya lalu memegang tangan Michael.
"Jangan ke kelas dulu! Aku masih malas lihat muka guru itu." Gabby menarik tangannya saat melihat mereka berjalan ke arah kelas.
Michael menghentikan langkahnya lalu menoleh, "Siapa yang mau ke kelas? Aku mau mengajakmu ke UKS."
Gabby menyipitkan matanya berusaha melihat apakah laki-laki dihadapannya ini berbohong. Michael memutar bola matanya lalu menarik tangan Gabby, "Gak percaya? Aku ini mau ngasih es batu di telapak kakimu."
"Terus ngapain harus di UKS?" Tanya Gabby.
"Ya biar kamu gak malu." Jawab Michael, laki-laki itu melangkahkan kakinya lebih cepat.
--
"Kenapa dengan kakimu?" Tanya Daniel saat makan malam.
"Ah, tadi aku main basket sama teman-temanku tanpa sepatu." Jawab Gabby sambil memainkan makanannya.
Agnes mendengus kesal saat mendengar jawaban anaknya, "Harus berapa kali lagi ibu bilang supaya kamu berhenti bertingkah seperti laki-laki?"
Gabby menundukkan kepalanya, tidak lama kemudian terdengar suara ibunya, "Ibu hanya khawatir saja. Lain kali berhati-hati lah."