"Halo bos." Sapa Billy saat dia berpapasan dengan Gabby. Tanpa menunggu jawaban dari perempuan itu, Billy berjalan menjauh.
Michael menutup matanya, duduk di lantai lalu menyandarkan punggungnya di tembok. Laki-laki itu dengan pelan menekuk kakinya dan meletakkan wajahnya di lututnya. Badannya bergetar dengan hebat, seperti binatang yang kehilangan rumahnya.
Gabby melihat dari jarak jauh lalu berjalan mendekatinya dengan hati-hati. Gabby berjongkok di hadapan Michael dan menepuk-nepuk punggung laki-laki itu.
"Michael kamu kenapa sih?" Suara Gabby bergetar, "Kalau kamu ada masalah, kamu bisa cerita sama aku."
Mendengar suara Gabby membuat Michael semakin menundukkan kepalanya. Badannya kembali bergetar, "Aku baik-baik saja. Pergi tinggalkan aku sendirian."
Gabby menghembuskan nafasnya, duduk di sebelah laki-laki itu lalu memegang tangan Michael. Gabby mengelus-elus tangan Michael dengan jempolnya, berharap bisa menenangkan temannya itu.
Sepuluh atau mungkin dua puluh menit kemudian Michael akhirnya mengangkat wajahnya. Wajahnya basah dipenuhi oleh air mata, matanya merah seperti kelinci. Laki-laki itu menghembuskan nafasnya lalu memberanikan diri untuk melihat ke sebelahnya.
Mata Michael terasa berat akibat terlalu lama menangis, ditambah tangan hangat Gabby membuatnya ingin tidur. Dia melihat mata Gabby tertutup, sepertinya ketiduran dari tadi.
Meskipun Gabby tidak melakukan apa-apa, Michael merasa nyaman. Sebelumnya tidak ada seorangpun yang dapat membuatnya seperti ini. Laki-laki itu mengedipkan matanya, tidak melepas pandangannya dari Gabby.
Tiba-tiba kepala Gabby terjatuh di pundak Michael. Laki-laki itu tersenyum kecil lalu menarik pelan tangan Gabby. Secara perlahan Michael menaruh kepala Gabby di kakinya.
Dengan pelan Michael menundukkan kepalanya, mengawasi wajah tidur Gabby. Mulutnya sedikit terbuka yang membuat Michael menutup mulutnya. Tidak lama kemudian mulutnya kembali terbuka, laki-laki itu berusaha menahan untuk tertawa.
Michael menggerakan kepala Gabby dengan pelan, berusaha tidak membangunkannya. Dengan cepat Michael membenarkan kakinya agar tidak mati rasa. Setelah laki-laki itu merasa keduanya sudah di posisi yang nyaman, Michael menghembuskan nafas lega.
Dari waktu ke waktu, suara tertawa beberapa murid terdengar dari kejauhan. Tapi di belakang sekolah sunyi, sangat sunyi, seakan-akan mereka berada di dunia mereka sendiri.
--
Tidak lama kemudian Gabby terbangun, matanya terbelalak kaget saat menyadari kepalanya ada di kaki Michael. Perempuan itu mengamati wajah tidur Michael, kepalanya sedikit menunduk ke arahnya. Gabby menahan dirinya untuk tidak menghitung jumlah bulu mata Michael.
Cara tidurnya saja terlihat seperti malaikat, gumam Gabby dalam hati.
Gabby mengedipkan matanya beberapa kali lalu duduk dengan pelan. Tidak lama kemudian dia mendengar suara berat dari belakangnya, "Bersihkan mukamu dulu di toilet."
Gabby menoleh dengan cepat dan mendapati Michael sedang mengusap matanya. Perempuan itu mengelus leher belakangnya, "Ah, leherku sakit."
Michael membuka matanya, melihat Gabby lalu mengangkat tangannya dan mengelus leher belakangnya, "Maafkan aku."
Gabby membiarkan laki-laki itu mengelus lehernya lalu menggelengkan kepalanya. Perempuan itu melirik Michael, "Michael, kamu baik-baik saja?"
"Ah, iya. Makasih ya, karena kamu aku jadi merasa lebih baik." Tangan Michael tetap mengelus leher belakang perempuan itu.
"Apa sih." Gabby memukul pelan kaki laki-laki itu, "Tapi kamu kenapa hari ini kok kelihatan sedih?"
Tangan Michael terdiam lalu menurunkan tangannya. Dia melihat pangkuannya lalu menggelengkan kepalanya, "Nggak kok."
Melihat perubahan ekspresi Michael membuat Gabby duduk di sebelahnya lalu membuka tangannya. Gabby memeluk laki-laki itu dengan erat, "Jangan sedih," perempuan itu mengelus punggung Michael, "Aku akan melindungimu."
Gabby sedikit menggerakan tubuhnya lalu menaruh dagu Michael di pundaknya. Perempuan itu menoleh sedikit lalu berbisik di telinga Michael, "Tidak ada yang bisa menyakitimu. Aku ada disini."
Jantung Michael berdegup dengan kencang saat mendengar ucapan Gabby. Bau parfum yang seperti musim semi milik perempuan itu membuat Michael merasa tenang. Dia menghirup dalam-dalam parfum perempuan itu sambil menutup matanya.
Gabby tetap memeluk Michael dengan erat, hal itu membuat Michael tersenyum. Laki-laki itu tersenyum lalu membalas memeluk Gabby dengan erat. Setelah beberapa saat Michael melepas pelukannya dengan pelan.
"Makasih ya." Bisik Michael.
"Hm, aku calon istri yang baik kan?" Goda Gabby sambil memegang pipi Michael.
Michael tertawa kecil lalu menganggukan kepalanya.
--
Sejak kejadian itu, Billy dan teman-temannya tidak berani untuk mendekati Michael. Jika mereka secara tidak sengaja berpapasan dengan Michael, mereka lebih memilih untuk memutar balik dan memilih jalan lain.
Tapi Gabby tetap ada perasaan dendam kepada geng Ular Hitam. Suatu hari, Gabby melihat Billy berjalan di koridor sekolah. Dengan cepat dia menghampirinya dan menendang kaki laki-laki itu.