Unduh Aplikasi
11.3% Awas, Papa! Mama Mau Membunuhmu!! / Chapter 38: Bag 37 Foto Wefie (2)

Bab 38: Bag 37 Foto Wefie (2)

Richard yang malang. Dia harus menahan rasa laparnya terlebih dulu dan menikmati penderitaan ini. Rasanya seperti kau disuguhkan makanan kesukaanmu dengan aroma sedap yang wangi membuat perutmu yang lapar berirama dengan antusias, namun kau tidak diizinkan memakannya karena belum waktunya makan. Rasanya sungguh dan sangat menderita.

Itulah yang dialami Richard saat ini. Sebelum dia merasakan betapa lezatnya tubuh gadis Asia ini, Richard tidak pernah merasa lapar ataupun memiliki keinginan untuk bercinta pada para perempuan. Tapi semenjak dia sudah mencicipi perempuan itu, dia selalu didatangi mimpi-mimpi basah yang begitu menggoyahkan imannya.

Kini perempuan yang sering menemani tidurnya didalam mimpinya yang indah telah resmi menjadi istrinya, namun dia tetap tidak bisa menyentuhnya. Itu semua gara-gara ayahnya yang membatalkan pendaftaran pernikahan mereka!

Terlebih lagi dia tidak suka memaksa perempuan untuk tidur dengannya. Dia benci akan tindakan pemerkosaan dan dia selalu membela korban pemerkosaan dan memastikan pelaku kejahatan mendapatkan hukuman yang setimpal dari kejahatannya.

Karena itulah Richard tidak pernah memaksa tapi mencoba masuk ke dalam hati istrinya dengan menggodanya, merayunya serta sesekali mencuri ciuman kecil disaat wanita itu lengah.

Sayangnya, dia tidak bisa melakukannya disaat hanya berdua karena gadis itu terang-terangan menolak sentuhannya. Kini ada Lori yang tampaknya ingin menjodohkan mereka, tentu saja Richard tidak melepaskan kesempatan emas ini dan melengket ke arah istrinya tanpa ada niatan untuk menjauh.

Dan kini perempuan itu sendiri yang berinsiatif mendekatinya. Yah, dia tahu saat ini pikiran istrinya hanya ingin membujuk putri mereka yang saat ini sedang mengambek sehingga Anxia pasti tidak sadar kedekatan tubuh mereka.

"Lori, maafkan mama ya. Aku akan melakukan apapun yang kau inginkan. Bagaimana? Hm?"

Lori mengangkat kepalanya dari sandaran bahu Richard lalu menoleh ke arah ibunya dengan mata berbinar-binar. "Apakah itu berarti mama mau foto dengan mencium pipiku?"

"Hm. Aku akan melakukannya."

"Dua kali?"

"Tidak hanya dua kali, tiga bahkan berapa kalipun aku akan melakukannya."

"Benarkah?"

Benarkah? Richard juga bertanya-tanya dalam hati.

"Tentu saja. Apa aku pernah berbohong padamu?"

Bukankah kau sering membohongi putrimu? Sarkas Richard dalam hati tanpa menyuarakan sarkasmenya.

"Tapi tidak hari ini. Hari ini cukup satu kali." lanjut Anxia dengan tegas tanpa ingin dibantah.

"Baiklah. Ayo kita foto lagi." seru Lori lalu berdiri di tempat dudukan agar kepalanya sejajar dengan wajah orang tuanya. "Papa, boleh aku yang pegang tongsisnya?"

"Kau bisa memegangnya? Agak berat lho."

"Aku bisa melakukannya." seru Lori lalu mengerahkan seluruh tenaganya menggenggam tongsis didalam genggamannya yang mungil. "Satu… dua…" Lori mulai berhitung membuat Richard serta Anxia bersiap pada posisinya. "Tiga…aaa…"

Tepat saat Lori menyerukan angka 'tiga', tangannya sudah tidak kuat dan tongsis yang panjang terjatuh kebawah membuatnya berjongkok secara mendadak dan turun dari kursi untuk mengambil smartphone yang jatuh.

Dua orang dewasa yang sama sekali tidak tahu kecelakaan yang tak terduga ini, tetap bergerak untuk menciup pipi Lori. Namun karena Lori telah jongkok, target bibir mereka salah sasaran dan kini malah kedua bibir tersebut menyatu membuat Anxia kaget setengah mati.

Keduanya terlalu terpaku dengan situasi mereka dan sama-sama tidak bergerak. Richard yang opurtunis menggunakan kesempatan ini dengan mengeluarkan lidahnya untuk menjilat bibir manis yang sudah lama ia rindukan.

Seketika Anxia tidak bisa bernapas dan langsung bergerak mundur bersamaan mengangkat sebelah tangannya untuk menampar suaminya. Richard sudah menduganya sehingga dia bisa menahan tangan istrinya sebelum tamparan tersebut terdampar pada pipinya.

Richard melupakan kenyataan bahwa Anxia adalah seorang pembunuh bayaran profesional, sehingga dia tidak menyangka Anxia tidak menyerah dan meninju perutnya dengan menggunakan tangannya yang lain.

"Ugh!" Richard mengerang kesakitan sambil meringkuk menahan perutnya yang baru saja ditinju istrinya.

Perempuan ini sama sekali tidak mengurangi tenaganya saat memukulnya membuat Richard tidak bisa berkata-kata.

"Papa? Papa kenapa?" Lori langsung berbalik saat mendengar erangan sakit dari sang ayah. Lori memandang curiga ke arah ibunya dan kecurigaannya menguat saat melihat ekspresi datar nan santai dari sang ibu.

Apakah ibunya mulai kumat? Ibunya mulai bersikap liar dan menakuti ayahnya seperti menakuti semua pria yang pernah berusaha mendekati ibunya?

Lori memberikan tongsis hape pada mamanya lalu duduk ditengah diantara kedua orangtuanya. Anxia lebih dari senang bila putrinya memutuskan untuk duduk disebelahnya. Dengan begitu dia tidak perlu merasa frustrasi menghadapi pria tak tahu malu itu yang selalu mencuri kesempatan untuk menyentuhnya.

Sementara Lori berpikir untuk duduk disana agar ibunya tidak menghajar ayahnya lagi. Lori menepuk pundak sang ayah dengan tangan mungilnya sambil bertanya lembut.

"Papa tidak apa-apa?"

Richard mengambil napas panjang lalu kembali menegakkan tubuhnya. Dia melirik sekilas ke arah Anxia yang kini memandangi sisi pemandangan sebelah kanan.

"Aku baik-baik saja baby girl. Sepertinya mamamu terrrrrrlalu menyayangi papa sehingga mama agak agresif hari ini."

Rasanya Anxia ingin muntah darah mendengar kalimat tak masuk akal ini. Apa maksudnya dengan mengatakan dia yang terlalu menyayangi pria itu dan melakukan tindakan agresif? Agresif darimananya?!

"Agresif? Apa itu?" Untunglah Lori kecil masih belum menyimpan kosa kata haram itu sehingga anak itu tidak akan mengerti arti kalimat pria brengsek disebelahnya ini.

"Agresif itu saat mama mencium papa dengan…hmph!" ucapannya terpotong saat Anxia bergeser mendekat dan membungkam mulutnya dengan sebelah tangannya.

"Lori, jangan dengarkan dia. Dan kau! Apa yang kau ajarkan pada anak kecil?!"

"Eh? Memangnya kenapa? Mama mencium papa seperti apa?"

Wajah Anxia memanas secara tiba-tiba. Bukan karena pertanyaan polos dari putrinya, tapi telapak tangannya telah dijilat oleh pria brengsek yang duduk disebelahnya. Anxia melotot dengan tatapan mengerikan kearah Richard. Dia memberi peringatan pada pria itu untuk menghentikan aksinya melalui tatapan matanya.

Tapi, bukannya terintimidasi, Anxia malah merasakan pria itu tersenyum miring di bawah telapak tangannya membuat emosinya berada di ubun-ubun.

"Papa? Ayo lanjutkan, mama mencium papa seperti apa?" rajuk Lori yang merasa sangat penasaran dengan kalimat ambigu ayahnya.

Hal ini membuat Anxia semakin merasa dilemma. Disatu sisi, dia ingin segera melepaskan tangannya dari gerakan lidah sensual dari suaminya, tapi dia tidak ingin suaminya melanjutkan penjelasan absurb yang tidak layak didengar oleh putrinya.

Anxia semakin tidak berkutik saat dia merasakan kini Richard menghisap dan menggigiti kulitnya dengan gerakan sensual membuat seluruh kulitnya merinding.

Anxia terus-menerus mendelik ke arah Richard berharap pria itu segera menghentikan aksinya. Namun pria itu malah balik menantangnya dengan kilatan mata nakal seolah mengatakan padanya, 'ini hukuman untukmu karena kau meninjuku.'

Ugh! Kalau seandainya Lori tidak ada disini atau menyaksikan mereka, tidak diragukan lagi, Anxia pasti akan melempar tubuh Richard keluar dari perahu ini dan meninggalkannya disini!


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C38
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk