Lima belas tahun kemudian, Haaziq yang saat ini menjadi seorang ustadz sedang mengajar para santrinya. Dia sangat tampan dan di saat usianya memasuki usia ke dua puluh tahun, dia menjadi seorang pemuda yang sangat sholeh dan juga sangat pandai. Meski kepintarannya melebihi teman-teman seusianya, dia sudah berjanji kepada Mamanya akan menjadi orang biasa. Dia tidak mau menjadi seorang jenius seperti Papanya yang nasibnya sampai saat ini tidak pernah di ketahui lagi apakah sudah meninggal atau masih hidup.
"Eh kita ngintip Gus Haaziq, saat ini beliau sedang mengajar." Mabk Ndalem yang sudah selesai meaksanakan tugasnya segera mengintip Haaziq yang sedang mengajar dari atas atap tempat para santri menjemur pakaiannya. Haaziq memang sangat tampan sehingga membuat siapapun yang melihatnya menjadi terpesona. Sementara itu, Jeeva yang juga sedang belajar di pesantren ini merasa sangat kesal saat melihat para mbak ndalem begitu gent menggoda gebetannya.