Semenjak bertemu dengan kedua orangtua Panji kemarin, Arini lebih banyak melamun. Dia memang typical cewek yang mudah terbawa perasaan dan sedih. Sekali disentuh pasti akan merasa sedih dan juga menangis. Yang paling tidak disukai Panji dari Arini ketika sedih adalah banyak pikiran. Seolah-olah Arini langsung sedih berkepanjangan karena terus memikirkan sesuatu.
"Sudah jangan sedih terus."Panji merangkul Arini yang tengah berdiri melamun sambil menghadap Panji yang sedang menata dasi.
"Eh nggak kok mas."protes Arini langsung yang tidak mau dianggap sedih.
"Mas sudah tahu kamu. Kita sudah bertahun-tahu bersama. Dan aku sudah tahu gimana watak kamu selama ini. Kamu masih memikirkan masalah kemarin kan."kata Panji sambil menatap Arini.
"Nggak kok mas."Arini langsung memalingkan wajahnya berusaha menutupi rasa sedihnya itu.
"Lha terus kamu tadi ngalamanun karena apa?"Panji mendekat kearah Arini.
— Bab baru akan segera rilis — Tulis ulasan