Matahari masih belum menyemburkan sinarnya ke bumi. Terlihat hari masih gelap tapi Arini sudah dengan semangatnya bangun dan langsung memasak di dapur. Dia berniat akan memasak nasi bungkus dan jajanan pasar untuk dia jual nanti. Dia belum tahu hendak dijual kemana makananannya nanti. Tapi yang terpenting baginya adalah memasaknya dulu dengan enak agar pembelinya nanti suka dengan masakannya.
"Pokoknya masakan aku harus enak. Semangat Arini kamu pasti bisa."Arini menyemangati dirinya sendiri sambil fokus memasak.
"Bantu mamah ya nak. Doain biar masakan mamah nanti laris manis."Arini membatin sambil mengelus perutnya dengan halus.
Sampai sekarang Arini tidak pernah mempunyai niatan untuk menggugurkan anaknya. Dulu memang pernah terlintas dalam pikirannya untuk menggugurkan anak yang sedang dikandungnya itu. Karena hasil perbuatan diluar nikah bersma Panji. Tapi setelah dipikir-pikir lagi dia sadar kalau anak itu tidak mempunyai salah atas apa yang terjadi padanya sekarang. Jadi sekarang dia sudah bulat dengan keputusannya ingin membesarkan anaknya sendiri tanpa meminta pertanggungjawaban dari Panji. Walaupun seharusnya Panji harus bertanggung jawab atas dirinya dan anaknya. Tapi Arini sadar keadaan Panji yang tidak selevel dengannya membuatnya tidak yakin kalau Panji dan keluarga Panji akan mengakui keberadaannya. Ditambah lagi Panji sudah bilang kalau saat kejadian malam itu hanya tidak sengaja saja. Jadi Arini bingung dan takut kalau hendak meminta pertanggungjawaban Panji.
Memang dia tidak mengharapkan kehadiran anak itu tapi setelah dipikir-pikir mungkin anak itu bisa menemaninya dalam menjalani hidup kedepannya agar tidak sendirian terus. Setelah ditinggal kedua orangtuanya sejak kecil dan dirawat bibinya sendiri mengharuskannya untuk hidup sendiri. Tapi sekarang dengan kehadiran bayi di dalam erutnya mampu membuat dirinya tidak kesepian lagi. Meskipun anak itu ada sebelum ikatan tali pernikahan dengan Panji.
Setelah masakannya semua jadi, Arini kini langsung mandi dan siap-siap berangkat jualan. Semua makanannya telah ditata rapi di sebuah ranjang kecil untuk digunakannya berkeliling menjual makanannya.
"Semoga lancar ya nak."doa Arini sebelum keluar dari rumahnya.
Dengan langkah pelan-pelan Arini berkeliling di sekitaran kompleks rumahnya. dilihatnya hanya beberapa orang saja yang ada di sekitaran depan rumahnya. Niatnya ingin berkeliling sampai di luar kompleks rumah Dilan tapi berhubung dia belum tahu lokasi sekitar kompleks rumah Dilan. Jadi dengan terpaksa sementara dia berjualan berkeliling di sekitaran komplek saja.
"Jajan bu jajan."Arini menghampiri ibu-ibu yang sedang membersihkan depan rumah.
"Jajan apaan dek."ibu yang tidak dikenal Arini memanggilnya dengan panggilan adek. Mungin wajahnya yang nampak masih lucu dan imut jadi dianggapnya masih kecil.
"Ada jajan pasar sama nasi bungkus bu."Arini dengan semangatnya langsung membuka keranjang kecilnya.
"Ini semua buat sendiri dek?"tanya ibu tadi.
"Ya bu."jawab Arini.
"ya sudah saya beli ini sama ini."ibu tadi memilih beberapa makanan dan langsung mengambil uangnya di dalam dompet.
"Ini ya bu. Totalnya 20 ribu."Arini membungkus beberapa makanan yang dibeli ibu tadi.
"Makasih bu."ucap Arini dengan senyum manisnya.
"Sama-sama.Semoga laris manis ya dek."kata ibu tadi. Arini mengamininya.
Arini bersyukur sekali baru awal keliling di sekitar rumahnya sudah ada yang beli. Kini dia tambah semangat lagi untuk berkeliling lagi sambil menawarkan makanannya.
Ketika Arini masuk salah satu gang, terlihat beberapa ibu-ibu berkumpul di salah satu depan rumah mewah. Arini memberanikan diri untuk menghampiri segerombolan ibu-ibu itu. Sempat terbesit dalam hatinya perasaan takut sekaligus malu tapi dengan cepat dia langsung menepisnya dengan mengingat beban hidup yang harus dia tanggung tidak hanya dirinya saja melainkann ada bayi kecil di dalam perutnya yang sangat membutuhkan asupan gizi yang harus dipenuhinya. Namun ketika ingat kalau dia sekarang memeiliki tanggungan untuk memenuhi kebutuhan anaknya jadi semua rasa malu dan takut ditepisnya begitu saja.
"Permisi ibu-ibu. Saya jualan makanan. Apa ibu-ibu mau beli." Seketika semua ibu-ibu menoleh kearaha Arini yang sedang membawa keranjang kecil.Arini memberanikan diri untuk menawarkan beberapa makanannya. Entah kata-katanya tadi sudah benar atau salah yang penting jualan saja dipikirannya dan laku semua.
"Bawa apa aja dek."Arini heran sendiri kenapa sejak tadi orang-orang memanggilnya dengan panggilan adek. Apa sebegitu lucunya wajah nya hingga orang-orang memanggilnya seperti itu. Walaupun ada benarnya juga secara Arini masih berumur 18 tahun. Tapi mereka belum tahu kalau di usia Arini itu sudah berbadan dua.
"Ini ada nasi bungkus sama aneka jajan bu."Arini membuka keranjangnya yang berisi beberapa makanan itu.
"Aku coba beli satu dulu ini ah."terlihat seorang ibu yang agak sinis ketika memandangi Arini. Arini membiarkan ibu tersebut mengambil dan mencoba makanannya.
"Hmmm. Enak banget."celetuk ibu sinis tadi. Rasa enak pada makannan Arini memang tidak dapat diragukan lagi.
Mendengar kalau rasa makanan Arini enak seketika segerombolan ibu-ibu tadi menyerbu semua makanan Arini. Semua pada membeli dalam jumlah banyak. Jadi kini tinggal 2 makanan saja yang tersisa. Arini merasa senang sekali melihat semua makanannya laku banyak.
Dengan perasaan senang campur terharu kini menyelimuti perasaannya. Dalam hatinya begitu puas sekali melihat perjuangannya tadi pagi rela-relain masak banyak untuk dijual ternyata membuahkan hasil. Semua dagangannya laku semua tinggal 2 makanan saja yang tersisa.
"Mbak bawa apa itu?"panggil seseorang dari belakang. Arini merasa dirinya yang diajak bicara orang tersebut langsung menoleh..
"Saya mas?"Arini membalikkan badan ternyata sudah berdiri laki-laki muda dengan tinggi badan lebih darinya dan nampak seperti memakai jas kantor.
"Iya."jawab laki-laki itu dengan ramah.
"Saya jualan makanan ini mas."Arini menghampiri laki-laki itu.
"Lho tinggal ini saja?"laki-laki itu menatap heran dengan barang dagangan Arini yang nampak sedikit itu.
"Tadi banyak sih mas. Cuma udah dibeli ibu-ibu disana tadi."Arini menjawabnya dengan polosnya.
"Ya sudah saya beli semua ini ya."Arini langsung membungkus jajanan sisa tadi.
"Ini."Laki-laki itu langsung membayar.
"Nggak usah mas. Tinggal ini saja kok. Buat mas aja"Arini memberikan makanan itu kepada laki-laki tadi dengan gratis.
"Lho kok gitu."laki-laki itu malah heran kenapa malah diberi.
"Nggak papa."jawab Arini dengan tersenyum.
"Ya sudah saya coba makan in ya.Makasih lho ya."
"Wow enak banget."laki-laki itu langsung mencoba merasakan masakan Arini. Lidahnya begitu kaget ketika merasakan maskan Arini begitu enak sekali. Seumur-umur baru kali ini laki-laki itu makan makanan yang enak sekali.
Arini merasa senang sekali ketika ada orang yang memuji masakannya. Tidak hanya laki-laki itu saja yang menganggap kalau masakannya enak melainkan segerombolan itu-ibu tadi juga. Kini dia tambah yakin akan melanjutkan usaha jualan keliling makanan.
"Eh kenalin. Nama saya Danil."Laki-laki itu menggulurlan tangannya hendak berkenalan dengan Arini. Danil terlihat ingin berkenalan dengan Arini.
"Nama saya Arini mas."arini menjabat tangan Danil.
"Gini aku punya tawaran buat kamu. Kebetulan kantor saya besok ada acara. Gimana kalau saya pesan beberapa nasi boks ke kamu."Danil hendak memboking catering ke Arini. Padahal Arini tidak membuka usaha catering.
Arini jujur belum kepikiran akan menerima jasa catering seperti itu. Tapi melihat kesempatan emas itu membuatnya tidak perlu pikir-pikir lagi untuk menerimanya. Mungkin ini berkah dari semua masalah yang dihadapinya kini, dia diberi kelancaran mecari rezeki dengan mengandalkan hobinya memasak.
"Ya saya mau mas. Kapan mas?"tanya Arini dengan senangnya. Dia tidak ingin meyia-nyiakan kesempatan emas itu. Kalau dia menyanggupinya pasti akan mendapatkan uang cukup banyak dan tidak perlu capek capek lagi untuk berkeliling.
"Hari Rabu besok ya. Aku pesan 100 boks."kata Danil. Perasaan Arini sungguh bahagia sekali. Di hari pertama jualan sudah mendapatkan tawaran catering. Walaupun ini pertama kalinya dia menerima catering dari orang tapi dia yakin kalau bisa memenuhinya.
Arini pulang dengan suasana hati yang sangat senang sekali semua dagangannya laku dan kini malah dapat orderan catering juga. Lengkap sudah rasa senangnya itu. Tidak disangka sebelumnya kalau kejadian ini bakal terjadi padanya. Ditengah kesulitan yang tengah dia hadapi sendirian tapi tuhan memberikan rezeki yang lancar kepadannya.
Setibanya di rumah dia langsung istirahat untuk merilekskan otot-ototnya sehabis jalan-jalan keliling tadi. Rasanya capek sekali setelah berkeliling kompleks sambil membawa keranjang kecil yang berisi makanan.
"Mamah akan lebih kuat lagi kerjanya nak. Demi kamu. Yang mamah punya Cuma kamu aja."Arini meluruskan kakinya sedangkan tangan kanannya sibuk mengusap-usap perutnya.