"Apa yang kau lakukan?" Ucap alveno yang melihat tingkah Clara
"Oh aku in... Aaa!! "
Tanpa sadar Clara berbalik ingin melihat alveno, ia tidak sadar dengan kondisinya yang menyelipkan kaki di rak buku sehingga pijakan nya tak ada lantai saat berbalik.
Clara berusaha menahan keseimbangan tubuhnya dengan sebelah kaki yang masih menginjak rak , tapi tentu saja usahanya itu sia-sia dan sebentar lagi dia akan segera jatuh dengan posisi terlentang. Melihat Clara yang hampir terjatuh refleks Alveno melangkah dengan cepat menangkap Clara karena dia memang terlatih gesit. Kedua tangannya menangkap pinggang Clara dan menariknya ke dalam pelukannya.
Detik dirinya hampir jatuh Clara merasakan seseorang menangkap badannya kemudian dirinya melayang berputar kesisi lain, sepersekian detik kesadarannya belum kembali dan matanya menatap jalan kosong yang diapit rak tempat Alveno berdiri tadi.
"Wah aku masih hidup" ucap Clara tiba-tiba
"Bodoh, kau tidak akan mati hanya karna jatuh dari atas kursi" Ucap Alveno sambil melepaskan pinggang Clara
"Makasih, dimana yang lain?"
"Sudah pergi istirahat, kau kembalilah ke kamarmu besok siang kita akan belajar bersama lagi"
Clara mengangguk dan meninggalkan Alveno, ia bahkan lupa mengenai buku 'gerhana bulan' yang hendak ia ambil tadi.
Kiya sepertinya tidak menunggu dan mengantar nya kekamar nya otomatis Clara menuju kamarnya sendiri. Setidaknya jalan ke kamarnya sudah ia hapal sedikit.
Clara berjalan sambil melihat beberapa lukisan yang tadi tak sempat ia perhatikan dengan bebas, ada lukisan para anggota dan keluarga besar kerajaan.
"Lukisan ini... di masa depan hilang kah? Aku gak pernah melihatnya"
Jika ini kerajaan yang sangat besar pasti di masa depan akan ada di museum, kecuali jika lukisannya tidak ditemukan. Clara melihat lukisan pangeran Alveno kecil di gendongan ratu Angelina dan Mendiang raja.
"Hemm... Lagi-lagi aku gak percaya ada disini" Batinnya
Clara mendengar seseorang sedang berjalan menuju arahnya, ia melihatnya sekilas ke arah kanannya. Seorang laki-laki sedang berjalan entah menuju kemana, yang Clara ingat ia rasa ia pernah melihat wajah itu.
Setelah menatap sebentar Clara berbalik dan berjalan pergi menuju kamarnya sebelum laki-laki itu melewatinya.
"Dia tidak menyapaku?" Batin Pangeran Charlos, seharusnya Clara menyapa, pamit atau memberi hormat dulu kan. Kecuali jika dia tak melihat kehadiran nya disini.
Sesampainya di kamar, Clara langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur besar itu. Ia menatap sekeliling kamar yang terlihat indah sekarang belum lagi jendela kamar yang terbuka menampakkan langit malam yang indah. Clara beranjak kembali mendekati jendela.
"Astaga!!!" Pekik Clara tertahan, ia sangat senang sekarang
"Cantik banget! Gak salah aku ke dunia ini. Langitnya berkali lipat lebih cantik! Astaga semuanya bintang!!" Pekik Clara lagi sambil tersenyum sambil melompat kecil menatap keluar jendela.
Langit malam benar-benar ditumpahi dengan beribu bintang malam ini, tak ada awan yang menutup mereka, ditambah lagi bulan sabit yang menghias diantara nya. Pemandangan itu memabukkan untuk orang seperti Clara.
"Bagaimana? Apa ada tanda lain?"
"Tidak ada, sepertinya mereka semakin bersembunyi sekarang dan mengubah taktik. Kita harus hati-hati. Apalagi selama pemilihan permaisuri yang membuat istana lebih mudah diakses" ucap Ozey Pada Alveno
Mereka sedang berbicara diam-diam di taman istana yang gelap tanpa penerangan, hanya cahaya malam saja menajadi petunjuk jalan mereka dan itu sudah cukup. Orang lain juga akan melihat mereka jika memperhatikan dengan seksama karena langit memang cukup terang.
"Yaudah, kita gak boleh diam aja. Aku rasa musuh kita ada di antara kita sekarang" ucap Alveno
"Semenjak kejadian di hutan itu aku juga berfikiran yang sama"
Setelah perbincangan mereka selesai Ozey pergi terlebih dahulu dari sana, sedangkan Alveno beranjak setelah sahabatnya itu pergi. Ia berbalik dan memasuki istana dari pintu rahasia dibelakang istana, hanya ratu, raja, dan Alveno yang mengetahui tempat itu.
"Kyaaa!!!"
Saat hendak melewati bagian samping istana Alveno terkejut mendengar suara perempuan berteriak tapi terkesan ditahan, ia memperhatikan sekitar tapi tak menemukan siapapun. Ia mendongak ke atas dan melihat pemandangan yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Seorang gadis gila yang cantik sedang duduk di jendela tanpa khawatir jika ia terjatuh dari ketinggian, senyumnya merekah dan kepalanya mendongak keatas menatap langit malam. Tangannya juga ia mainkan seolah sedang menyentuh langit bertabur binang itu.
"Sedang apa dia? Mau mati?" Batin Alveno
Tanpa dia sadari ia malah menatap gadis yang ia sebut gila itu lamat-lamat, baru ini dia melihat senyum Clara se rekah itu. Bahkan saat melihat rezvan senyumnya tak sebahagia ini.
"Sial, kenapa aku ingat Rezvan?" Batin Alveno menghentikan lamunannya
"Sial, kenapa aku liatin dia?" Lanjutnya lagi
Diapun beranjak dari kerjaan tak berfaedahnya, ia tiba di dinding menara belakang istana, Alveno menekan salah satu batu yang membuat dinding itu terbuka layaknya sebuah pintu. Setelah Alveno masuk pintu itu kembali tertutup. Ruang rahasia itu hasil karya Ayah Hamze yang dulunya juga seorang peramal kerajaan, pintu yang ia buat juga mengandalkan sedikit sihir.
Pintu rahasia itu tembus keruang pribadi milik Alveno, dulunya ruangan itu ruang pribadi raja yang diwariskan kepadanya. Isinya hanya beberapa catatan kerajaan yang sudah dihafal dalam kepala Alveno.
Ia keluar dari sana dan menuju ke kamarnya untuk segera istirahat karena besok juga akan menjadi hari yang panjang.
*********************
Paginya semua pihak istana sudah melaksanakan aktifitasnya masing-masing. Clara yang baru pertama kali tidur di istana harus merasakan ketidak nyamanan ketika para pelayam datang untuk membantu semua urusannya. Padahal ia tidak terlalu suka jika urusan seperti mandi, pakaian dan hal pribadinya yang lain dicampuri orang yang ia kenal.
"Aku akan mandi sendiri, gak perlu ditunggu"
Clara menyuruh dua dayang yang datang ke kamarnya keluar, ia mengunci kamarnya dan segera mandi pagi. Bajunya sudah disiapkan dan ia pakai setelah selesai membersihkan dirinya.
Setelah beberapa lama Clara pun keluar dari kamarnya, ia tidak tahu harus kemana sekarang dan melakukan kegiatan apa, bahkan dayang yang menungggu dia tadi masih ada didepan kamar.
"Kapan kelas dengan Givan dimulai?"
"Kami kurang tahu nona, karena saat jam sekarang para laki-laki sedang berlatih di lapangan"
Clara mengangguk dan berjalan tanpa arah, ia berfikir sepertinya alangkah bagusnya jika ia ke perpustakaan sekarang. Entah itu membaca buku sastra ataupun pengetahuan. Dayang yang tadi mengikuti nya sudah pergi karena Clara tidak ingin diikuti seperti itu.
Sesampainya di depan perpustakaan Clara teringat akan buku gerhana bulan yang semalam ia temukan. Dengan segera Clara mencari tangga untuk dibawa ke rak buku yang masih ia ingat. Bajunya lumayan lebih ringan dan simple dibanding semalam jadi ia bisa bergerak menggeser tangga lipat ke rak itu. Setelah memanjangkannya Clara segera naik.
"Mana bukunya?"
Clara mencari buku yang sudah tidak berada ditempatnya lagi. Padahal letak buku bulan yang lain masih ada. Entah kemana buku itu hilangnya. Ia pun turun kembali dengan kebingungan dan masih mencari keberadaan buku itu.
"Aku harus menemukan buku itu. Semakin kesini rasanya ganjal banget. Pasti ada sesuatu yang mengangkut dengan ku dibuku itu" batinnya
Dilain tempat Alveno, Pangeran Charlos, dan Givan sedang berlatih bersama. Mereka memang sudah lama saling kenal. Mereka berlatih dengan kayu tombak yang tumpul secara bergantian, tidak lupa dengan para penonton gratis seperti para dayang dan prajurit disana. Putri Brienna dan Bianca juga sudah ada di sana.
"Kemampuan mu makin bagus saja" Ucap Alveno pada Givan yang baru saja bertanding dengan Pangeran Charlos.
"Lebih baik kau istirahat sekarang, siang nanti kau harus mengajar para gadis terpilih" ucap Alveno
Givan pun pergi meninggalkan Charlos dan Alveno yang masih menjadi tontonan menarik bagi rakyat dan bawahannya sendiri. Lagipula kedua laki-laki sendok perak ini sangat bangga berpamer kegagahan dengan sorak-sorai orang disekitarnya.
"Sleppp"
Tiba-tiba ada sebuah panah yang melesat dan berakhir di tanah, otomatis semua orang terkejut dan para perempuan berteriak histeris. Di atas balkon istana ada sosok berpakaian serba hitam seperti ninja yang memegang busur panah.
"Darah.….." ucap seorang perempuan dengan nada yang bergetar, tangannya menunjuk ke suatu arah.
Kehisterisan kembali melanda, Ozey dan Charlos langsung berlari mengejar penyusup itu.
"Aku belum pernah melihat hamze, Dimana dia? Aku udah membocorkan banyak hal dan aku belum mendapatkan apapun" gerutu Clara yang sedang duduk di balkon ruangan Hamze. Suara orang yang berlari membuat Clara membalikkan badan, disana sudah ada laki-laki ninja yang juga terkejut dengan keberadaan Clara.
"Siapa kau?" Tanya Clara keheranan, baru ini di melihat lelaki berpakaian layak ninja secara langsung di depan matanya.
Laki-laki itu berlari kembali karena ia masih terus dikejar, Clara langsung sadar ada yang salah pada laki-laki ninja itu. Dia yang berada paling dekat langsung ikut mengejar sambil mengangkat gaun panjangnya.
"Berhenti!" Ucap Clara
Jika saja ia memakai celana dia pasti dapat mengejar laki-laki ninja itu. Tapi sayangnya dia tetap berada jauh dan semakin melambat.
"Sial, siapa dia? Kenapa dia beraroma bunga..."
"Clara!" Teriak seorang tiba-tiba
"Jangan ikuti dia, bahaya! biar kami yang mengejar. Cepat bantu Diva mengobati Alveno" Ucap Givan sambil melewatinya.
Clara masih terdiam menatap Givan, Ozey dan Charlos yang berlari mengejar penjahat itu.
"Hahh?!"
Clara tersadar dan langsung menutup mulutnya karena terkejut
"Jangan bilang... Alveno kena racun bunga itu"
.
.
.
.
.
Jangan lupa beri power stone dan komentar❤️