Seorang pria dengan pakaian khas pejabat Kadipaten ini selalu tampil nyentrik. Bajunya terbuat dari sutera dengan pola rajutan yang memiliki pori-pori lebar menyelimuti dadanya. Celananya berbahan kain linen ditutup kain jarik batik di pinggangnya. Ia memakai blangkon khas jawa banyumasan dengan kaki beralaskan sandal selop berbahan kayu. Atau yang biasa disebut terompak.
Pada satu kesempatan, ia kembali merobek kertas tersebut karena lagi-lagi merasa tidak cocok dengan isi dari tulisannya. Sesekali tangannya memijit-mijit kening sendiri. Sudah terkumpul banyak bekas robekan kertas di kolong meja, namun tak satupun pekerjaannya menemukan titik terang.