Bab 12: Mahluk Sosial Dimensi Sana
Jadi menurut Adikku, di rumah kosong sebelah kiri yang baru kami lewati di tanjakan tadi, tinggallah sekelompok keluarga mahluk astral yang punya struktur sosial ... ada orang tua ... ada anak-anak ... ada teman dan juga tetangga. Tak ada bedanya seperti kita manusia.
Rupa-rupanya mereka sangat terganggu dengan kedatangan kami. Tapi untungnya mereka mendapat penjelasan dari si wanita merah, bahwa kami hanya bermaksud lewat saja bukan menetap disana.
"Lho kenapa si wanita merah bisa paham bahwa kita dalam perjalanan?"sergahku menuntut penjelasan ke Adik.
Jawaban Adik sungguh bikin sesak nafas ...!
"Kan dia udah bareng kita sejak masuk Jalan Pelangi Raya tadi," jelasnya.
"Sekarang dia warning lagi tuh untuk segera meninggalkan area bundaran ini," pungkasnya lagi tanpa menoleh.
"Sok tenang ... bukannya ngasih tau dari tadi!" aku menggerutu lagi dalam hati.
Setelah menyimak informasi tersebut aku langsung mengajak mereka segera meninggalkan lokasi, menuruni Jalan Pelangi Boulevard, sebelum rasa takut semakin menular ke Kakak Ipar dan Sepupuku.
"Ok cabut ... cabut ... yuk!" ujarku memberi komando.
Kecepatan kami pasti menembus angka sekitar 40 atau 50 kilometer per jam melewati jalan menurun tajam, kemudian berbelok ke kanan di penghujung turunan.
Tiba di ujung jalan, terlihat ada pos satpam. Oh ... ternyata ini gerbang utama pemukiman tersebut. Pikiranku terlambat menyimpulkan situasi.
Dua satpam terlihat bingung melihat kami muncul tiba-tiba. Tapi kami gak sempet berhenti ... hanya berteriak sekedar nyampein salam.
"Malem Pak ... Numpang lewat," teriak kami hampir bersamaan sambil tetap gowes ke pertigaan Jalan Cijayanti Raya yang berjarak sekitar 80 meteran dari pos satpam itu.
Status Power Mingguan
-- Peringkat
Power 
-- Power
stone