Frans, Brian, William, dan Daesuke. Mereka berempat berdiri mengelilingi ranjang Druf. Panutan mereka. Pangeran mereka. Pimpinan mereka yang agung. Yang sekarang istirahat. Terpejam dalam diam. Dengan luka hati yang semua orang tahu. Bahkan manusia biasa sekalipun tidak akan sanggup menanggung luka yang di tanggungnya. Karena tidak ada luka yang lebih perih dari menanggung luka yang ditorehkan oleh ibunya sendiri.
“Apa kita akan menghapus ingatannya lagi Frans. Seperti dulu kita lakukan bertiga dengan Samuel.” Ucapnya sedih.
“Tidak. Aku tak setuju.” Ucap Daesuke.”Kalian mungkin tidak tahu.
Jauh sebelum itu Samuel telah menghapus ingatannya terlebih dulu. Jangan lakukan lagi. Jika kalian melakukannya lebih dari tiga kali. Fungsi memori otaknya akan rusak.”