"Memang Dokter Tirta jauh lebih hebat dari Tara. Obat yang ia resepkan untukku sama sekali tidak pahit seperti obat-obat Tara."
"Obat yang bagus adalah yang lebih pahit. Tara memberimu obat yang pahit agar kamu bisa segera pulih," kata Aiden.
Anya melingkarkan tangannya di leher Aiden. "Aku tahu Tara berniat baik. Oleh karena itu aku meminum obat yang pahit itu. Aiden, gendong aku ke atas."
Aiden ingin menolak karena kondisi fisiknya saat ini. Ia tidak tahu kapan akan kehilangan penglihatannya dan kapan akan mengalami sakit kepala.
Bagaimana kalau penglihatannya kabur saat ia naik ke tangga?
Bagaimana kalau ia sampai terjatuh dan membahayakan Anya?
"Bu Hana sedang melihat," bisik Aiden.
Anya melihat ke belakang dan menemukan bahwa Hana sedang memandang mereka berdua sambil tersenyum. Ia langsung tersenyum dengan malu dan menepuk tangan Aiden. "Ayo naik ke atas."
Aiden menggandeng tangannya dan mereka naik ke atas bersama-sama.