Qiana.
Aku merenungi semua hal yang terjadi akhir-akhir ini di dalam kamar. Semua terasa membingungkan bagiku dan aku benci itu. Davie benar-benar tak lagi diam-diam jika dia akan kembali mendekatiku. Dan itu sudah terbukti jika dia sudah melakukan usahanya untuk mendapatkanku kembali. Aku melihat bunga layu yang tergeletak di atas meja.
Bunga itu adalah bunga kiriman dari Davie. Dia sama sekali tidak sok misterius dengan menulis inisial namanya atau sebangsanya. Namanya dengan gamblang tercatat di sana dan mengatakan dengan jelas jika bunga itu adalah bunga pemberian darinya.
Bunga itu layu, tapi sengaja aku tidak membuangnya. Entahlah, aku merasa sayang untuk melakukan itu.
Aku keluar dari kamar dan bergabung dengan Ayah dan Bunda di ruang keluarga. Seperti biasa, mereka sedang mengobrol sambil menonton TV. Aku duduk di sofa dan menatap ke depan untuk melihat acara apa yang ditonton oleh orang tuaku.