Jay sudah duduk dengan tegang sedaritadi. Jari-jarinya tak henti bergerak di pahanya. matanya terus tertunduk sementara bibirnya terus berkomat-kamit seperti membaca mantra. Kini matanya langsung teralihkan dengan kadatangan sang pujaan hati Tiara. Dengan didampingi teman-temannya dia mulai berjalan anggun menuju tempat dimana Jay akan mengucapkan ijab Kabulnya. Jay yang reflek langsung berdiri mendorong kecil petugas disana yang juga siap membukakan kursi untuk Tiara. Ini istrinya Jay tak suka ada yang bersikap manis selain dirinya. Kenan jelas menggelengkan kepalanya. Dia hanya menunggu ulah apa yang akan dilakukan Jay di hari pernikahannya.
"Kamu cantik banget..." Jay tak henti memandangi pengantinnya.
"Ehhemm..." Fahri sedikit berdeham karena Jay tak kunjung memalingkan wajahnya. Kini pria itu tersadar akan acara selanjutnya. Dia harus mengucapkan ijab kabul dulu supaya Tiara menjadi miliknya. Dia kini duduk tegap dan siap menyambut tangan Fahri. Jantungnya begitu berdetak tak karuan dan mungkin saja itu bisa memicu kesalahan nanti. Jesica yang duduk juga tak mungkin dibuat tenang. Entah kenapa perasaannya berbeda saat melihat Kay dan Jay untuk mengucapkan ijab qabul. Jika Kay jelas Jesica mempunyai keyakinan Kay bisa melakukannya dengan benar. Dia anak yang percaya diri. Dia berani berdiri di depan beribu-ribu orang bahkan menghadapi setiap ketakutan pun Kay pasti bisa. Kalau Jay, Jesica begitu dibuat khawatir. Bukan karena dia tahu bahwa Jay akan melakukan kesalahan tapi karena dia takut Jay ditertawakan ole orang-orang yang membuatnya bisa stress dan sedih. Kini telinga Jesica mulai mendengar ucapan Fahri dengan begitu lancarnya menikahkan anak perempuan pertamanya. Kini saat kata 'tunai' terdengar Jesica memejamkan matanya. Dia berharap Jay bisa melakukannya.
"Saya terima nikahnya Tiara putri Alinskie binti Fahri Alinskie dengan mas kawin dua puluh delapan ribu delapan ratus delapan puluh delapan riyal dibayar tunai." Ucapt Jay dalam satu tarikan nafasnya. Matanya melihat tajam kearah Fahri dan tangannya menjabat begitu keras membuat sang mertua merasakan juga ketegangan yang dirasakan Jay. Jesica bernafas lega sekarang bahkan dia sedikti terharu saat ijab anaknya itu dianggap sah. Akhirnya….anaknya itu berhasil mempersunting wanita pujannya. Senyuman begitu menawan kini terlukis diwajah Jay bahkan kini dia menatap lagi Tiara lagi. Dia benar-benar senang. Acara terus berlanjut dan semua prosesi apapun yang harus dijalani Jay dan Tiara lakukan dengan sebaik mungkin. Semua tampak terharu saat Jay dengan tulus dan manis melakukan sungkem pada kedua orang tuanya. Setelah itu barulah semua orang menyalami kedua pengantin yang berbahagia. Semua sahabat Jesica hadir begitupun dengan anak-anaknya yang merupakan teman Jay. Samuel ada disana. Ikut Bahagia. Bagaimanapun dia salah satu orang yang menjadi saksi perjalanan kisah cinta Jay. Dirga hadir disana tapi kali ini Dimas seakan mengurung Dirga agar tak berbuat yang macam-macam. Dia tak mau merusak acara orang. Konsep acara Jay sendiri tidak terlalu formal jadi jelas Jay dan Tiara bisa kesana kemari mengobrol dengan para teman-temannya. Jay selalu ikut kemana Tiara pergi begitupun sebaliknya. Ah…rasanya Jay ingin segera berduaan dengan Tiara. Kini mereka duduk untuk melakukan candle light dinner. Semua tamu pun mencicipi semua hidangan yang ada disana.
"Ayo kita kabur.." Bisik Jay disela-sela makan malamnya padahal disamping mereka ada kedua orang tuanya. Tiara menatap heran.
"Kabur?"
"Aku udah ga tahan…" Jay merengek sambil memegangi tangan Tiara.
"Ga tahan apa?pipis?"
"Aku pingin berdua aja sama kamu.."
"Sabar bang…" Tiara dengan suara kecilnya meskipun dalam hatinya dia tak tahu maksud dari kata tak tahan, yang jelas rengekan Jay membuatnya tampak lucu karena sesekali Jay melihat kearah jam tanganya kadang juga langit-langit untuk memastikan bahwa hari semakini gelap.
"Kenapa bang?" Jesica melihat gelagat yang berbeda dari anaknya.
"Aku.."
"Ga papa Tante.." Tiara segera menjawab. Dia takut Jay akan sembrono berucap.
"Jangan panggil Tante dong. Ini Daddy, ini mommy Tiara.." Kenan segera melarat ucapan Tiara.
"Iya dad.." Tiara canggung. Dena dan Fahri hanya senyum-senyum.
"Ini papah mertua, ini mamah mertua.." Jay tak malu untuk memanggil Dena dan Fahri dengan sebutan baru.
"Kini disini 3 harian lagi, besok kita trip." Kenan dengan penuh semangat menyambut hari esok. Alunan musik nan syahdu kini terdengar. Anak-anak muda kini terlihat mengajak para pasangannya berdansa.
"Tiara, mau jadi temen dansa Daddy?" Kenan mengulurkan tangannya.
"Dad...Tiara sama aku.." Jay tak rela pengantinnya dibawa pergi.
"Mau dad.." Jawab Tiara.
"Bentar aja..." Kenan sambil meraih tangan Tiara.ereka berjalan ke lantai dansa yang dipenuhi oleh pasangan berbahagia termasuk Kay yang tentu saja mengajak Kiran. Jay yang tak mau kalah kini mengajak Dena karena Jesica masih sibuk dengan Kris.
"Tiara...Makasih. Makasih mau nerima Jay.." Kenan disela-sela tari mereka. Dia tak mau ada situasi canggung atau kaku antara dia dan dan Tiara.
"Justru Jay yang mau nerima Tiara dad.."
"Masuk dunia pernikahan pasti ga mudah Tiara tapi bukan berarti sulit . Setelah hari ini berakhir, besok kalian memasuki level baru..." Ucap Kenan sambil membuat Tiara memutar.
"Daddy percaya selain mommynya, selain kakak-kakaknya, Tiara yang bisa ngertiin Jay, ngadepin Jay pasti butuh treatment khusus tapi bukan berarti berat. Daddy yakin Tiara udah biasa, kalaupun ga bisa jangan sungkan bilang sama Daddy. Mau kamu mau Kiran dua-duanya anak Daddy. Kalau sampe duo kembar itu bikin ulah biar Daddy yang kasih pelajaran." Ucapan Kenan disambut senyum kecil Tiara.
"Iya Daddy.."
"Dulu mommy selalu punya ketakutan. Apa ada perempuan yang mau sama Jay?apa Jay bisa punya pacar? apa Jay bakalan nikah?semua pertanyaan selalu muncul setiap hari apalagi liat satu per satu kakaknya nikah. Rasanya ga nyangka ternyata pertanyaan mommy dijawab sama sahabatnya sendiri melalui kamu. Makannya Daddy harap juga Tiara ngerti kalo mommy sedikit punya kekhawatiran yang berlebihan. Tiara ga keberatan tinggal dirumah daddy sama mommy?"
"Engga Daddy, Aku sama Jay udah pernah bahas ini. Jay juga kayanya ga bisa lepas dari mommy. Jadi aku pikir ga papa untuk tinggal bareng."
"Ga usah khawatir, Daddy udah punya rencana supaya kamu dan Jay ngerasa punya rumah sendiri di rumah Daddy."
"Gimana caranya dad?"
"Pokoknya sehabis pulang darisini Daddy kasih tahu. Anggap aja ini kado pernikahan buat kalian."
"Makasih Daddy.." Tiara memeluk Kenan. Dia sudah nyaman dengan mertuanya itu. Kenan seperti ayahnya sendiri sekarang meskipun Fahri tak akan mungkin terganti oleh siapapun.
"Kenapa Tiara peluk-peluk Daddy?" Jay sambil menatap Tiara sementara Dena tersenyum kecil.
"Itu artinya mereka akrab."
"Mamah mertua. Aku harus gimana?"
"Gimana apanya?"
"Malem pertama aku gimana?" Ucapan polos Jay membuat Dena sedikit aneh. Bagaimana bisa dia mempertanyakan hal itu padanya.
"Pelan-pelan aja Jay.." Dena dengan senyum-senyum. Kalau Jesica tahu mungkin dia bisa kena damprat ocehannya.
"Apa ga bisa cepet?nanti keburu malem, nanti Tiara ngantuk."
"Tenang Jay pasti ada waktunya."
"Makasih mamah mertua. Udah ijinin Tiara nikah sama aku. Aku seneng. Aku ga bakalan nyakitin Tiara. Aku janji."
"Iya sama-sama Abang Jay, kayanya modelan kamu ga mungkin bikin Tiara sakit yang ada dia ketawa terus, seneng terus. Pokoknya jagain Tiara gimanapun caranya. Jay ngertikan kalo papah ga mau liat anaknya sedih?"
"Iya mah, aku ngerti." Jay dengan senyuman menawannya. Dia sudah siap untuk menjadi suami sekarang.
***To be continue
Siang...semua. Akhirnya bisa up juga
Don't forget leave comment and vote ya