Unduh Aplikasi
5.06% Terjerat Cinta Kontrak / Chapter 16: Wanita Lain

Bab 16: Wanita Lain

Rumah Yose tampak gelap malam itu. Padahal seharusnya Reina sudah pulang karena saat ini sudah jam tujuh malam.

"Apa dia lembur?" tanya Yose.

Tapi ia melihat mobil Reina terparkir di garasi. Jadi mana mungkin Reina lembur?

Ketika Yose masuk ke dalam rumah. Keadaan sangat berantakan. Apalagi bagian tempat tidur. Baju-baju Reina bertebaran di atas ranjang dengan bebas.

Yose memungutinya kemudian memasukkan ke dalam lemari. Dan pada saat itu dia sadar kalau belum mengecek ponselnya sejak tadi rapat di sekolah.

Matanya bergetar saat melihat panggilan tak terjawab dari Reina sebanyak dua puluh kali.

"Gawat, pasti dia marah," gumam Yose.

Ia lantas menelepon Reina lalu setelah beberapa saat diangkatnya teleponnya. Terdengar suara yang lemah di ujung telepon.

"Kamu ada di mana?" tanya Yose.

"Aku di rumah sakit."

"Apa kamu sakit?"

"Lebih baik jangan banyak tanya dan segera jemput aku di rumah sakit yang kemarin. Kunci mobil ada di meja rias. Dan jangan terlambat."

Yose pun gegas menyusul Reina. Tanpa mandi dah hanya cuci muka. Tak ada waktu baginya untuk mengulur waktu sebab Reina pasti sudah menunggunya saat ini.

Seharian dia keasikan bersama dengan Lara hingga melupakan ponselnya.

"Dia baik-baik aja, kan?" gumam Yose ketika mengarahkan mobilnya keluar dari garasi.

Biasanya Reina akan marah-marah padanya. Atau mungkin membentaknya karena sudah melupakan dirinya. Tetapi dia tak ada tenaga untuk marah. Malah jadi aneh.

Lara malam itu tiba-tiba menghubungi Yose lagi. Ia nyalakan ponselnya dengan speaker bluetooth. Lalu terdengar suara Lara yang tampak sedih juga.

"Yos, kamu ada di mana?" tanya Lara.

"Aku lagi menuju ke rumah sakit. Istriku sedang sakit," jawab Yose sambil melirik layar gawainya sesekali.

"Kenapa, Reina? Apa kamu lagi ada masalah?"

"Hmm. Apa kamu bisa menemaniku malam ini?"

Mendadak Yose bingung. Dia harus menjemput Reina lebih dulu sebelum dia bertemu dengan Lara.

Dua wanita itu tampak tak baik-baik saja. Dan kini dia kebingungan harus mendatangi yang mana duluan.

"Nanti, usai menjemput Reina aku akan menemuimu," ucap Yose kalut.

Hanya itu yang bisa dikatakan pada Lara.

"Oke. Nanti aku akan mengirimkan alamatnya."

"Kamu jangan macam-macam, oke?!"

Terdengar suara Lara malah terkekeh. Lalu panggilan pun ditutup oleh Lara.

Yose tahu kalau Lara akan kecewa padanya. Tapi mau bagaimana lagi, dia tak ada pilihan lain. Karena Reina saat ini kandungannya sedang ada masalah.

Saat sampai di ruang tunggu. Yose melihat Reina masih menunggu giliran. Ternyata banyak yang juga menunggu tapi kebanyakan ibu hamil di sana dengan para suaminya.

Yose melangkah ragu. Dia takut kalau Reina akan memarahinya bahkan mengumpat padanya di depan umum.

Namun perkiraaanya salah. Ketika bayangannya terlihat oleh Reina. Wanita itu mendongak dan hanya diam saja.

"Masih berapa lama lagi?" tanya Yose.

"Satu orang lagi," jawabnya lemas.

"Kamu sudah makan?"

"Belum."

Reina hanya ingin memakan masakan Yose hari itu. Dan ketika sudah tiba giliran Reina. Reina masuk.

Namun ketika dia hendak masuk. Ia melirik ke arah Yose.

"Masuklah," kata Reina.

Yose berdiri ragu. Tetapi dia masuk juga dan melihat Reina diperiksa oleh dokter saat itu.

Dokter mengatakan kalau Reina terlalu stress dan kelelahan. Hingga dia menjadi seperti saat ini.

Dan yang dibutuhkan Reina hanyalah istirahat dan bahagia.

"Jadi, istri saya tidak apa-apa, Dok?" tanya Yose dia keceplosan mengatakan kalimat itu pada dokter.

Membuat Reina tertegun dan melirik ke arahnya. Memandangnya dari samping dan tak percaya.

"Saya sarankan bapak mengawasi makanan dan kegiatan istrinya ya. Soalnya kehamilan masih muda itu rentan," ungkap dokter menjelaskan.

Yose hanya mengangguk. Dia sudah mengerti apa yang dokter katakan.

Beberapa hari ini Reina memang terlihat sangat gelisah. Apalagi kalau malam tiba. Dia selalu cemas ketika tidur. Dan berkeringat dingin saat terbangun dari mimpinya.

Yose membimbing Reina dengan sabar. Melewati lorong menuju lobi rumah sakit.

"Aku akan ambil dulu mobilnya, kamu di sini saja."

Reina mengangguk. Mengawasi Yose yang sedang berjalan terburu-buru menuju tempat parkir.

Entah mengapa akhir-akhir ini dia merasa kalau dirinya aneh. Dia merasa nyaman dengan lelaki yang baru satu bulan ini dinikahi.

Padahal dulu dia sangat kesal tiap kali Yose terlihat di depan matanya. Namun sekarang? Ia hanya ingin melihat lelaki itu di matanya.

Reina berjalan dengan hati-hati ketika menuruni undakan tangga. Lalu masuk ke mobil.

"Kamu mau makan apa malam ini?" tanya Yose.

"Aku ingin makan masakanmu," jawab Reina. Tanpa menoleh ke arah Yose.

"Kamu yakin?"

"Apa aku harus mengatakannya dua kali?"

"Oke aku akan memasak untukmu nanti."

Lalu hening. Hingga Yose menyalakan musik untuk mengusir keheningan tersebut.

Dan beberapa saat kemudian hujan turun. Yose teringat dengan Lara yang saat ini sedang menunggunya di kafe.

Yose tak bisa meninggalkan Reina. Tapi dia juga ingin bertemu dengan Lara. Baru bertemu tadi sore. Dia sudah rindu dengan wanita itu.

Yose tertangkap basah ketika tersenyum sendiri oleh Reina.

"Kamu kenapa senyum?"

Yose yang terpergok hanya berdeham karena tak tahu harus menjawab apa.

"Oh ya. Apa aku boleh bertanya sesuatu padamu?" tanya Yose.

"Tanya apa?" tanya Reina.

"Itu, kamu sebenarnya mimpi apa? Sampai kamu seperti itu."

Reina menghela napasnya kemudian membuang pandangannya ke arah luar jendela. Rintik hujan berubah menjadi semakin deras.

Lalu ia mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi waktu itu. Jika dia tanpa sengaja telah membunuh seseorang. Dan Daniel yang menggantikan posisinya menjadi tersangka.

Yose tercekat. Seakan tak bisa berkata. Daniel lelaki yang sangat mencintai Reina. Makanya dia ingin mempertahankan bayi yang ada di dalam kandungannya.

Sesaat ketika Reina menceritakan hal tersebut. Dia jadi teringat pada Daniel. Lelaki yang meringkuk di penjara karena perbuatan yang tak dilakukannya.

Rasa bersalahnya semakin besar ketika Reina merasa jika dia sudah mulai nyaman dengan Yose.

Reina turun dari mobil. Dan kedapatan sedikit basah di baju dan rambutnya.

Sementara itu Yose semakin gelisah karena sudah satu jam berlalu dan belum bisa menemui Lara.

"Aku akan memasak makanan untukmu dulu," ucap Yose.

"Dulu? Apa kamu akan pergi?"

"Apakah boleh?"

"Sampai jam berapa?"

"Aku tidak tahu."

"Kamu mau menemui wanita?"

Yose diam. Tangannya membeku.

"Aku ingin menemui nenekku," jawab Yose berbohong dan Reina lebih memilih untuk mempercayainya.

"Baiklah kamu bisa pergi," kata Reina lalu masuk ke dalam kamarnya.

Ia bersiap untuk mandi karena tadi belum sempat membersihkan diri.

Setelah mandi. Dia tak melihat Yose di dalam rumah lagi. Hanya saja masakannya sudah selesai dibuat. Tertata rapi atas meja.

Reina menarik kursinya. Dan menatap gamang makanan yang ada di depannya.

"Apa gunanya aku makan kalau tak ada yang menemaniku," gumamnya.


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C16
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk