Di pagi hari udara terasa lebih dingin. Namara menggigil sambil meringkuk di sudut ruangan. Jika dia bisa keluar dari sini, dia bersumpah tidak akan memasuki tempat ini lagi.
Namara meraba pinggangnya perlahan. Matanya yang tertutup langsung terbuka lebar. Dia segera bangun dan memeriksa kembali dengan benar.
"Di mana botol itu?!"
Perasaannya menjadi panik. Dia berusaha mencari di seluruh tubuh, barangkali terselip di suatu tempat. Namun, setelah beberapa saat dia masih belum menemukan benda itu.
"Apa aku menjatuhkannya?" Namara menggigit bibir dengan cemas. Dia melihat ke lantai berharap benda itu jatuh di sana. Tidak ada. Itu benar-benar tidak ada.
Namara memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing. Jika dia kehilangan botol itu maka semuanya akan sia-sia. Benar-benar sia-sia ….
Apa yang harus dia lakukan sekarang? Namara berjalan mondar-mandir dengan frustrasi.