Pagi itu Manuel sudah bersiap-siap membawa kopernya yang berisi pakaian, dan peralatan serta perlengkapannya yang sekiranya ia butuhkan. Manuel keluar kamar dan berpamitan dengan Rey, Nay dan Vellycia serta yang lainnya.
Manuel menuju kediaman Dewi. Disana sudah menunggu ayah Dewi di teras nya, dan Manuel sudah berada disana, lalu diajak berjalan sambil berbincang-bincang menuju pesantren.
"Siapakah nama panjang mu nak?" tanya Ayah Dewi
"Nama panjang saya Risk Immanuel Jansen paman" jawab Manuel
"Namamu bagus sekali, siapa nama orangtuamu nak?" berjalan dengan memegang tongkatnya
"Nama ayah saya Jhon Antonius Jansen, dan ibu saya bernama Ruth Nazareth Jansen"
"Itu semua nama yang baik nak, paman tanya sekali lagi benarkah engkau bersedia ikhlas lahir batin ingin mengenal Dewi dengan mengenal agama Dewi terlebih dulu?"
"Iya paman, izinkan saya mengenal putri paman melalui agamanya paman"
"Iya kamu mengantongi izinku nak, kamu bukan orang indonesia ya, mukamu tidak ada Indonesia nya sama sekali" ucap ayah Dewi sambil bercanda
"Hehehe ia paman, saya lahir di Jepang paman, orang tua saya lahir di Inggris namun kami sudah lama tinggal dan menetap di Jepang paman"
"Oh begitu, lantas sedang apa kamu di Indonesia"
"Bisnis saya dan sahabat-sahabat saya ada di Indonesia paman"
"Oh adakah keinginan untuk menetap di Indonesia"
"Saya sudah mengurus kewarganegaraan saya paman, belum ada sebulan yang lalu bersama dengan sahabat saya Rey kami sudah merubah kewarganegaraan kami. Saya sudah menjadi warga negara Indonesia paman, sebelumnya sahabat saya Rey warga negara Milan, dan saya warganegara Jepang, kami berdua sudah menjadi warga negara Indonesia saat ini paman." jelas Manuel
"Alhamdulilah, Oh seperti itu apakah sulit nak?" sambil bernafas lega ucap ayah Dewi
"Lumayan paman, saya dengan sahabat saya Rey itu tidak terhitung sudah berapa kantor yang kami masuki untuk mengurusnya."
"Yang penting sekarang sudah menjadi warga negara 62 ya nak" gurau ayah Dewi
"Hehehe paman bisa saja, apa masih jauh paman?"
"Tidak kita sudah sampai, kita masuk lewat gerbang depan, mari nak"
Setelah berjalan lumayan jauh, akhirnya mereka pun sampai , setibanya mereka di pesantren suasana pesantren yang sempat membuat Manuel canggung sekali. Ada beberapa peristiwa yang ia lihat seperti,
1. Ketika Manuel dan ayah Dewi masuk, dan mereka bertemu dengan banyak orang, semua berlari datang ke ayah Dewi dan mencium punggung tangan ayah Dewi.
2.Ketika Manuel dan Ayah Dewi masuk, hendak ke sebuah ruangan seluruh orang yang sedang mau berjalan semua berhenti, dan menunggu hingga ayah Dewi lewat dan masuk ke ruangan tersebut.
3.Tiada seorang wanita semua pria, dan beraneka macam usia
Melihat ini semua banyak sekali yang ingin ditanyakan oleh Manuel. Setelah itu Manuel tiba di sebuah ruangan sederhana dengan meja dan kursi layaknya ruangtamu.
"Duduklah nak, tanyakan apa yang ingin kamu tanyakan" ucap Ayah Dewi sambil duduk dan memberikan Manuel air minum
"Paman, mengapa mereka semua mengucapkan salam dan mencium tangan paman?"
"Karena itu adalah adab nak sebagai wujud dari rasa kasih sayang dan penghormatan"
"Apakah itu harus dilakukan paman?"
"Dari Aisyah bahwa ia berkata, "Tidaklah aku pernah melihat seseorang yang lebih mirip cara bicaranya dengan Rasulullah melainkan fatimah, jika fatimah datang ke rumah Rasulullah, beliau menyambutnya mencium tangannya, dan jika hendak pulang fatimah mencium tangan Rasulullah" (HR. Abu Dawud 5217, di shahihkan pula oleh Al-Albani dalam Misyaktul Masabih).
Beberapa ulama berkata tak mengapa mencium tangan seorang imam, atau ustadz,ulama,kiai, asal dilakukan harus dalam rangka kasih sayang, dan penghormatan, bukan syahwat, karena syahwat hanya diperbolehkan untuk pasangan suami istri. Begitu nak" jelas ayah Dewi
"Baik paman, maka bolehkah saya mencium tangan paman?"
"Bolehkah paman bertanya apa alasannya?"
"Karena saya menghormati paman, dan saya berharap saya dapat mendapatkan ilmu dari paman"
Ayah Dewi tersenyum sembari memberikan tangannya, dan ia berkata,
"Mintalah ilmu hanya kepada Allah, paman bukan seseorang yang memberikan ilmu, Allah lah yang memberikan ilmu itu padamu, melalui beberapa perantara dan cara"
"Baik paman, bolehkah saya bertanya kembali paman?"
"Katakanlah nak"
"Paman apa itu Pesantren?. Mengapa pesantren ini hanya ada laki-laki paman?''
"Pesantren itu sama seperti sekolah nak, bedanya disini sekolah yang merangkap sebagai rumah inap. Sebuah asrama pendidikan tradisional, dimana para siswanya semua tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan Kyai. Kami menyebut murid disini sebagai santri.
Dan mengapa yang disini semua pria, jadi ceritanya nak, paman dulu memiliki tanah warisan dari orang tua paman, nah paman membuat lah sebuah pesantren namun paman tidak mengisinya dengan murid-murid, paman mencari saudara-saudara teman-teman yang berada diluar sana, yang baru keluar dari penjara, para tuna wisma, para anak-anak punk, anak jalanan. Paman mengajak mereka ke pesantren, dulu hanya paman gurunya, namun sekarang alhamdulillah kami memiliki 20 guru, dan santri-santri disini di beri ilmu agama, ilmu bersosialisasi, ilmu untuk bekerja, dan menghasilkan uang yang halal, di saat mereka masuk mereka tanpa ilmu, dan disaat mereka sudah siap untuk keluar dan siap untuk menjalani hidup di luaran sana, paman berharap ilmu yang di dapat disini bisa menolongnya di luaran sana" jelas ayah Dewi
"Apa paman tidak takut, bukan kah mereka bukan orang baik paman?"
"Janganlah kita memberi stigma negative kepada mereka nak, mungkin mereka punya masa lalu yang kelam, mungkin mereka berbuat kesalahan, siapa dari kita yang tidak pernah berbuat salah, semua pernah berbuat salah, bedanya adalah kesalahan kecil atau besar, fatal atau tidak, ketahuan atau tidak, mendapat hukuman atau tidak. Paman melihat mereka, paman rasa mereka seperti itu karena kita tidak memberi mereka tempat karena kita tidak memberi mereka wadah,"
"Maksutnya paman?" tanya Manuel
"Begini, mereka mungkin salah, mereka mencuri, mereka bersalah, mereka dihukum mereka bebas,mereka mengulangi hal itu lagi, mereka di penjara, masuk dan mengulangi lagi. Mereka mencuri karena lapar, mereka lapar karena tidak punya uang, mereka tidak punya uang karena mereka tidak punya pekerjaan, mereka tidak mendapat pekerjaan karena tidak memiliki lowongan, adapun lowongan namun memiliki persyaratan harus lulusan ini dan itu berpengalaman minimal setahun kerja dan sebagainya" inilah yang membuat mereka merasa tidak memiliki peluang untuk memperbaiki nasibnya.
"Namun paman, banyak sekali cara yang baik untuk mendapatkan uang, tidak harus terjun kedalam dunia hitam, kedalam dunia yang gelap?" ucap Manuel
"Banyak sekali nak, maka dari itu kita memberi ilmu agama, membina mereka agar mereka lebih dekat dengan allah, sehingga kebutuhan ekonomi tidak menjadikan alasan untuk mereka berbuat kejahatan, agar ketika mereka ingin membunuh, ingin mencuri, ingin menyakiti, ingin menipu dan sebagainya, dia akan ingat Allah nak. Anggaplah mereka adalah manusia yang sedang tersesat, kita berusaha kita berdoa kita belajar bersama, kita mengajak teman-teman saudara-saudara kita untuk ke jalan yang benar, ke jalan yang baik, jalan dimana Allah meridhoi kita menggolongkan kita sebagai hambanya yang beriman."
"Mengapa paman mau melakukannya?"
"Karena paman merasa jika paman harus Melakukannya nak, surga terlalu sempit untuk dihuni seorang diri, banyak dari kita menganggap mereka itu sampah masyarakat, sehingga banyak dari kita yang menjauhi mereka, tidak menginginkan mereka meninggalkan mereka, nah disaat seperti itulah seharusnya kita menengok mereka, kita ajak teman kita yang tersesat kita tunjukan jalannya, kita beritahu caranya, kita bekali mereka dengan ilmu yang selama ini tidak mereka dapatkan, sehingga mereka yang dilihat orang tampak buruk, tampak hina, tampak bengis dan kejam, sesungguhnya mereka juga manusia sama seperti kita, mereka berbuat salah mereka mengakuinya mereka menyesal mereka ingin berubah, mereka bertaubat, dan mereka siap untuk menjalani hidup menghadapi dunia yang keras ini dengan ilmu yang didapatkan"
"Mulia sekali, pemikiran paman ini"
"Tidak nak, kemuliaan hanya milik Allah SWT nak, paman hanya berusaha semampu dan sebisa paman saja"
Manuel terdiam memikirkan semua ucapan ayah Dewi yang sangat bijak, setelah itu ayah Dewi pun mengenalkan seorang pria bernama Anwar pria seusia dengan Manuel, memiliki tato di lehernya, Manuel melihat Anwar merasa tidak nyaman,. Ayah Dewi pun berkata,
"Nak kenal kan lah ia adalah Anwar, Anwar perkenalkan kita memiliki tamu baru bernama Manuel, ia akan menetap disini selama 1 bulan. Tolong ajari Manuel cara hidup di pesantren, kenalkan dia dengan agama kita nak" ucap Ayah Dewi
"Saya Manuel" Manuel pun mengulurkan tangannya dengan ragu.
"Perkenalkan saya Anwar" menjabat tangan Manuel sambil merangkulnya.
"Manuel apa kamu lihat tato di leher Anwar?" tanya ayah Dewi
"Ia paman"
"Dulu tubuh Anwar ini penuh dengan tato, tapi sekarang tatonya hanya tinggal di leher, setiap tahun ia menyicil menghapus tatonya, dulu paman menemukan dia di bawah jembatan, sembunyi setelah menjambret di pasar, namun lihatlah dia sekarang menjadi guru ngaji, dia mengajari mengaji setiap hari, dia guru disini, lihatlah nak, Anwar pun memiliki masa lalu, namun ia berusaha untuk berubah, tanyakanlah pada Anwar mengapa ia ingin berubah'' perintah ayah Dewi.
"Anwar kenapa kamu ingin berubah dan kamu bisa jadi seperti sekarang bagaimana ceritanya?" tanya Manuel
"Saya dulu bertemu kiai, saya sedang sembunyi di dalam gerobak di bawah jembatan, saat itu kiai menemukan saya, saya mengancam kiai saya keluarkan pisau saya taruh di leher kiai, saya takut-takuti kiai agar pergi meninggalkan saya, namun kiai datang mendekat membuka gerobak dan membantu saya keluar dari dalam gerobak, kiai berkata, apa kamu mau makan? Mari pulang ikut saya, saya kasih kamu makan, saya saat itu takut di temukan warga akhirnya saya ikut kiai, oleh kiai saya di bawa ke pesantren, saya di beri makan,minum, kiai ambilkan saya baju dan celana yang bersih, kiai bilang tinggalah disini, bercocok tanam, beternak, bantu saya urus pesantren ini, dari situlah saya menangis, saya mulai sadar perlahan jika sudah terlalu lama saya meninggalkan agama saya, sudah sangat lama saya tersesat, namun Allah mendatangkan hidayahnya kepada saya dengan menghadirkan kiai kedalam hidup saya, dari situlah saya bertekat untuk bertaubat saya bersungguh-sungguh untuk berubah, saya menghapus semua tato saya, saya memiliki tato ada ratusan di sekujur tubuh saya, sekarang tinggal 1 yang dileher saya ini, dan akhir tahun ini in shaa Allah saya akan menghapusnya" jelas Anwar sambil menangis
Manuel hanya terdiam ia nyaris tak percaya,namun yang dilihatnya bukanlah sebuah kebohongan, ini sungguh-sungguh ini kenyataan. Manuel pun berkata,
"Bolehkah saya mengenal agama ini?"
"Boleh dengan senang hati, agama kami adalah agama yang terbuka, agama yang damai, agama yang indah" jawab Anwar
Manuel tersenyum dan mengucapkan terimakasih, Ayah Dewi pun berpamitan, Anwar dan Manuel pun mencium tangan ayah Dewi. Ayah Dewi pulang kerumahnya, Manuel di antar oleh Anwar ke kamarnya untuk menaruh barang-barangnya dan di ajak keliling ke sekitar pesantren di kenalkan dengan beberapa guru dan santri. Manuel pun tinggal di pesantren tersebut hidup disana bersama dengan para murid.
Semua orang memiliki masa lalu
Orang baik dulu pernah punya masa lalu
Orang jahat pun pasti akan punya masa depan
Janganlah kita melihat segala sesuatu dari luarnya saja
Lihatlah hitam tak selalu kotor, dan putih tak selalu bersih (lihatlah Ka'bah yang sangat menenangkan, dan putihnya kain kafan justru terlihat menakutkan)
Lihatlah masa lalu itu seperti kaca spion mobil dan masa depanmu adalah kaca depan mobil.
Lihatlah sesekali tengoklah spion itu namun jangan terlalu lama, karena kamu masih terus berjalan maka lihatlah kaca depan mobil tersebut.
Boleh kita menangisi masa lalu, meratapi masa lalu, namun jangan jadikan masa lalu itu sebagai penghenti jalanmu.
Teruslah melangkah pelajari kesalahanmu dimasa lalu hingga itu bisa merubah masa depanmu.
🍂 Manuel