Unduh Aplikasi
19.51% [BL] Hanya 24 Jam Saja / Chapter 8: Lampion

Bab 8: Lampion

10 Tahun Kemudian

"AWAS-AWAS, JANGAN ADA YANG MENGHALANGI JALAN...!!!"

"Ayo cepat bawah ke Rumah Sakit. Orang ini masih bernapas. Ambil ponselnya dan cepat hubungi keluarganya."

"Kenapa banyak sekali orang yang suka bunuh diri di jembatan ini?"

______________________________________

Aku mendengar suara-suara teriakan di mana-mana, suara brangkar di dorong, suara orang banyak berlarian ke sana kemari, suara orang yang sedang panik, dan bahkan aku mendengar suara ibuku yang terdengar di sampingku. Ibuku sedang menangis sambil memanggil namaku 'Resa'. Aku ingin membuka kedua bola mataku dan ingin mengatakan kepada ibuku, jangan menangis untuku karena ini semua pilihanku sendiri, akan tetapi kedua bola mataku tidak ingin terbuka dan menatap ibuku yang sedang menangis tersedu-sedu.

Ibu maafkan aku. Bukan maksudku untuk melakukan ini, aku merasa sangat putus asa, aku tidak sanggup lagi memikirkannya. Aku sudah berusaha melupakannya, tapi Zhu Zheng selalu saja hadir dalam setiap mimpiku. Mimpi dimana, untuk yang terakhir kalinya aku bisa bertemu dan berbicara dengannya.

*

*

*

*

10 Tahun yang Lalu.

"Ayo pulang. Sampai kapan kamu akan menatap lampion yang sudah menghilang di langit." Kata Zhu Zheng yang kini sudah berdiri dari duduknya.

"Jangan menungguku. Aku masih ingin sendirian di sini. Jadi pulanglah, Anita sudah menunggumu."

Aku mendengar Zhu Zheng menghembuskan napasnya dan duduk kembali di sampingku. Lebih tepatnya satu meter dariku.

Bebrapa saat kemudian ponsel Zhu Zheng berdering lagi, ini yang ke sembilan kalinya ponsel Zhu Zheng berdering, dan penelponya masih orang yang sama, 'Anita'. Itulah orangnya, mungkin saja.

Zhu Zheng mengangkat telponya dan mengatakan pada seseorang yang berada di seberang telpon bahwa di sudah akan kembali.

"Ini sudah jam 3 subuh. Ayo pulang dan istirahat."

"Kamu duluan saja. Aku masih ingin berada di sini."

"Tidak ada lagi Bus yang akan ke kota jam segini."

"Maka aku akan menunggu sampai bus itu ada."

Zhu Zheng jangan lagi berbicara denganku. Aku saat ini sedang menyiapkan mentalku untuk bisa melupakanmu. Jadi biarkan aku sendiri. Itulah kata yang ingin aku ucapkan pada Zhu Zheng.

Telpon Zhu Zheng berdering lagi.

"Pulanglah, Anita pasti sangat menghawatirkanmu."

"Tidak. Aku akan menemanimu."

"Zhu Zheng!!" Ucapku dengan suara tinggi. Aku melihat Zhu Zheng sedikit terkejut dengan teriaku.

Resa, "Jangan keras kepala. Pulanglah, tinggalkan aku sendirian di sini."

"Kamu yang keras kepala! Lihat, lihat di sekelilingmu, apa masih ada orang di sini selain kita berdua?!! Tidak ada. Dan mana mungkin aku bisa meninggalkanmu sendirian di sini."

Aku menatap Zhu Zheng dalam diam.

"Kenapa..." Air mataku mulai jatuh membasahi kedua pipiku, "kenapa kamu ingin menemaniku di sini?! Aku sudah membebaskanmu dan berjanji tidak akan lagi mengikutimu. Kalau kamu perhatian padaku seperti ini, aku tidak akan pernah bisa melupakanmu..."

"Maka jangan pernah melupakanku."

Apa maksudmu Zhu Zheng(?) Apa maksud dari ucapanmu itu(?) Tolong jelaskan itu padaku. Aku sama sekali tidak mengerti. Kamu selalu membuang muka setiap kali melihatku, kamu selalu saja menganggapku tidak pernah ada di sekitarmu, kamu selalu saja menatapku dengan tatapan benci dan menjijikan, seakan-akan aku adalah kotoran/sampah yang sangat bau dan menjijikan.

Tapi kenapa kamu mengatakan agar aku tidak pernah melupakanmu(?)

"Kamu tidak di izinkan untuk melupakanku."

"Tian..." Aku menatap Zhu Zheng dengan deraian air mata, "ini sangat menyakitkan."

Setelah perdebatan yang panjang, akupun mengalah dan kembali bersama Zhu Zheng.

.....

Selama lima hari aku memutuskan untuk tidak ke kampus. Aku ingin menenangkan pikiranku dan mengatasi kedua bola mataku yang membengkak akibat terlalu banyak menangis.

Hari ke enam akupun kembali berkulih seperti biasanya. Tidak ada dari teman sekelasku yang mengatakan, kenapa kamu tidak ke kampus Resa(?) Semua orang hanya sibuk dengan urusan mereka masing-masing, termaksud Zhu Zheng.

Saat ini aku mengambil posisi duduk paling pojok belakang untuk menhindari dan tidak akan pernah lagi menampakan wajahku di depannya.

Itulah janji kencan yang harus aku bayar.

Setiap harinya aku akan ke kampus lebih cepat dari jadwal dan bersembunyi di pojok belakang untuk menatap Zhu Zheng dalam diam, begitu juga pada saat jam pulang. Aku akan menunggu Zhu Zheng menghilang dari ruangan kelas dan barulah aku bisa pulang dan kembali ke Apartemenku.

Beberapa hari ini, Zhu Zheng jarang sekali ke kantin kampus dan lebih memilih berdiam diri di kelas. Sedankan aku selalu menghabiskan setiap waktu istirahatku di perpustakaan. Selama membaca buku, aku sama sekali tidak bisa berkonsentrasi, hati dan pikiranku selalu mengarah pada Zhu Zheng, Zhu Zheng, dan Zhu Zheng.

Tapi aku selalu mengatakan pada diriku sendiri, aku pasti bisa melupakannya. Aku pasti bisa.

Hari demi haripun berlalu, tepatnya pada Tanggal 27 Desember 2016. Aku mendengar kabar burung....

Bahwa Zhu Zheng akan menikah dengan Anita di bulan Maret 2017.

.

.

.

Bersambung . . .

Selesai pengetikan pada hari–

Senin, 01 – 06 – 2020


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C8
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk