Pagi yang indah mengantar senyuman Natan saat Ara membuka matanya, membuat semuanya indah, keduanya tersenyum dan Ara tampak manja.
"Pagi sayang..." Ara mengedipkan matanya dan memeluk tubuh Natan,
"Masih ngantuk yank." Tidak biasanya Ara begitu manja, sebenarnya Ara tidak mau ikut menemui Ane, entah kenapa ada rasa tidak enak menyelimuti hatinya.
"Ayo siap -siap mandi! kita berangkat." suara Natan lembut.
"Kamu yakin kalau aku ikut tidak mengganggu kalian." Natan kaget mendengar itu,
"Kalau kamu tidak ikut, aku juga tidak, aku dan kamu satu, kamu lupa?" Ara menundukan kepalanya, memainkan kancing kemeja Natan,
"Mau di mandiin?" Ara menggelengkan kepalanya,
"Awas tangannya yang luka jangan kena air dulu." Ara mengangguk dan masuk kekamar mandi. Ara keluar dengan mengenakan dress warna hijau army tanpa lengan polos hanya ada renda kecil mengelilingi ujung roknya namun terlihat cantik di kenakan Ara, warnanya sama dengan kaos yang di kenakan Natan.
"Kamu cantik sayang," Natan mendekat dan sekilas mencium bibir Ara,
"kamu juga tampan, membuat aku tidak rela pergi hari ini." Ada keraguan di matanya entah cemburu atau memang karena enggan pergi, Natan tersenyum dan menarik tubuh Ara kepelukannya,
"Kak, sudah siap? Ayo sarapan terus berangkat!" Lexa yang sudah terlihat rapi memberitahu Natan dan Ara.
Mereka bertiga turun dan sarapan setelah itu Natan mengendarai mobilnya bersama Ara dan Mama Raya, Lexa dan Herlambang satu mobil dengan papa Fano.
Perjalanan hanya memakan waktu 2 jam perjalanan, keluarga Ane menempati Villa agak jauh dari keramaian, mobil masuk kedalam halaman dan berhenti.
Natan turun membuka pintu mobil Ara dan menarik Ara kesisinya, di depan Rumah keluarga Ane telah menyambutnya dengan ramah bahkan Ane terlihat semangat dan hendak memeluk Natan, namun Natan mundur beberapa langkah,
"Akh, aku baru ingat kita bukan anak kecil lagi." Ane tertunduk malu,
"Iya Ne... dulu kita masih sekolah dasar..." itu jawaban Natan,
semuanya tertawa... dan pandangan terakhir tertuju pada Ara,
"Ini siapa Nat?" Ayahnya Ane mengerutkan keningnya.
"Istriku Om," tiba- tiba wajah Ane berubah muram, Ane menatap Ara dari atas sampai bawah Ara sempurna membuat dirinya makin kesal.
"Wah cantik Nat, kamu pintar memilihnya." orang tua Ane mencoba ramah.
"Tentu Om, dimataku istriku sempurna." Natan tersenyum bangga.
"Ayo silahkan masuk." Semua keluarga Herlambang masuk dan duduk di kursi, Herlambang berbincang dengan Ayahnya Ane,
"Nat, kita duduk dibelakang aja yuk!" Ane hendak menarik tangan Natan namun Natan kibaskan,
"Aku bisa sendiri, ayo yank!" tangan Natan melingkar di pinggang Ara, di samping Ara juga menempel Lexa. Wajah Ane agak memerah karena di abaikan tapi segera netral kembali, mereka duduk di gazebo di Taman belakang Villa di samping kolam ikan.
"Nat, dulu kita sering menghabiskan waktu berdua di sini..." Ane memulai pembicaraan sambil tersenyum, dan mulai melihat raut wajah Ara yang kurang nyaman, Ane sedikit bahagia.
"Itu sudah lama Ne, kelas 4 SD dan bahkan aku sudah lupa." Jawab Natan datar. Tampak Ane cemberut.
"Memang di antara kalian ada yang special? Lexa rasa tidak... bahkan sejak SMP kak Natan selalu menghindar dari kak Ane." Lexa berkomentar karena takut Ara terbawa suasana.
"Kamu tahu apa lexa... faktanya kami sangat dekat."
"Kak Ane, akukan sudah mengerti dan ingat semua tentang kak Natan waktu SMP." Ane diam kehabisan kata - kata dan berdiri kesal, melihat Ara sedang lengah, Ane pura- pura tarsandung dan posisinya dada Ane yang terbuka, menempel di dada Natan.
"Ups... maaf Natan, aku tersandung." Natan yang kaget segera berdiri dan tentu saja Ane langsung jatuh keatas rumput Taman,
"Ikh Natan kok aku malah di jatuhin sih." suara manjanya keluar, Natan tidak peduli apa- apa lagi tangannya menarik Ara dan Lexa melirik sekilas Ane.
"Kamu menjijikan." terus pergi,
"Mam kami pulang duluan, Angsa gilanya sudah mulai kumat." Lexa berpamitan dan berlalu, semua orang yang sedang berbincang di ruang tamu bingung, Raya sekilas menatap wajah Natan merah padam jadi tau apa yang di maksud Lexa. Ane menyusul setengah berlari, melihat Natan mau pulang. Ane terlihat oleng dan terjatuh di depan semuanya, orang tuanya tampak cemas dan meminta tolong,
"Sayank, tolong dulu!" Suara Ara lembut walau hatinya sedang tidak senang, Natan menghentikan langkahnya,
"Ada papa, ada kakek dan ada orang tuanya." Natan berlalu meninggalkan tempat itu mesuk ke mobil dan mengganti baju, baju yang tadi kejatuhan tubuh Ane di lemparnya ke tong sampah, dan bersandar di kursi, Ara berlari dan masuk kedalam mobil, Ara terdiam saat melihat Natan telah berganti baju,
"Kenapa ganti baju Nat?" Suara Ara perlahan,
"Aku tidak suka bau orang lain nempel di baju aku." wajah Natan masih merah padam dan Ara meredamnya dengan ciuman, perlahan Natan emosi Natan nilai, stabil dan mulai tersenyum.
"Kamu tidak marah melihat adegan Ane jatuh tadi?"
"Sebetulnya aku marah, cuma aku tau kamu tidak akan tergoda."
"Ma'af tadi aku lengah." Ara menggelengkan kepalanya dan mencium Natan kembali,
"Bukan salahmu."
Sementara di dalam ruang tamu suasana masih panik karena Ane tidak sadar- sadar bahkan orang tuanya menangis, tapi Lexsa melihat adanya ketidak beresan terlihat sesekali bibir Ane bergerak sedikit, lalu munculah ide Lexa,
"Mama ada kecoa..." teriaknya, spontan Ane yang memang pobia kecoa langsung lompat dari sofa, membuat yang ada di ruangan itu bengong, karena terlalu terkejut, tangan Ane tidak sengaja menyapu gelas teh yang ada di meja tamu dan tumpah ke dressnya, sangat memalukan.
"Kak Ane... tidak usah pura- pura pingsan, kak Natan tidak akan terpengaruh, kecuali kalau kak Ara yang pingsan, bisa saja kak Natan menangis karena panik." Muka Ane menjadi merah menahan malu karena terbongkar kebohongannya, orang tuanyapun menatap Ane dengan tatapan marah dan malu sekali menghadapi keluarga Herlambang,
"Kami pamit ..." Herlambang segera keluar tanpa menunggu atau memberi hormat, Herlambang telah muak karena tingkah Ane, Raya dan Fano juga Lexa keluar segera masuk mobil,
"Lex, kenapa tidak bersama kakakmu?"
"Kak Natan lagi marah serem, tadi kak Ane sepertinya pura- pura tersandung dan jatuh di atas tubuh kak Natan." Semuanya menghela napas panjang,
"Ya sudah kita pulang! ternyata membuat keputusan berkunjung ke sini tidak benar," Raya bergidik mengingat kelakuan Ane.
"Untung Lexa ada ide mam... seru kan jadinya dan mereka akan sedikit menjaga jarak dengan keluarga kita, Lexa tidak suka sama tingkah laku Angsa gila itu." Lexa tersenyum bahagia.
"Bagaimana kamu tahu kalau Ane pura- pingsan Lex?" Raya penasaran menoleh ke arah Lexa,
"Lexa masih bisa melihat bibirnya bergerak- gerak seperti menahan senyum, dan Lexa ingat dia takut sekali sama kecoa makanya Lexa coba takutin."
"Anak pintar." Herlambang memeluk Lexa,
"Tentu saja aku pintar kek, karena aku cucunya Herlambang."Lexa tertawa.
Sepanjang perjalanan pulang mereka tertawa jika ingat Ane yang pingsan dan terlihat begitu lemah tiba- tiba melompat dengan gesitnya karena seekor kecoa.
Sementara Natan mulai mengemudikan mobilnya dengan sedikit tenang, Ara menempelkan tubuhnya di bahu Natan dengan manja, mobil di parkirkan di halaman rumah, Natan dan Ara masuk kedalam rumah Dan Natan langsung masuk kekamar dan mandi, Ara tersenyum melihat apa yang di lakukan Natan,
"Tenang kak, Angsa gilanya sudah Lexa tangani tadi jadi, keluarga kita tidak harus berhubungan dengan mereka lagi."
"Bagus." kata Natan datar,
"Ma"af Nat, mama yang mengajakmu kesana." Natan cuma mengangguk, selebihnya diam tanpa suara.
Setelah selesai makan, Natan kembali
kekamarnya berbaring di tempat tidur,
"Nat jangan tiduran, kamu baru selesai makan," Ara mengingatkan, Natan tiba- tiba menatap Ara tajam, dan langsung menindihnya,
"Nat kamu mau ngapain?"
"Mau olah raga buang lemak." Nada suara Natan bergetar, dan Ara perlahan menyesuaikan semuanya.
Hanya suara nafas mereka yang terdengar tidak beraturan.
"Makasih sayank." Natan mengecup kening Ara dan memekuknya, Ara mengangguk dan tersenyum membalas pelukan Natan.