"Perhatian semua aku kenalkan tunanganku Davina" Ramses membrikan berita yang mengejutkan bagi mereka biasanya Raja tidak pernah memberi tahukan apa pun kepada semua orang yang hadir.
"Waaah... dia gadis yang sangat cantk dan memiliki kulit yang putih bercahaya" salah seorang tamu memberikan komentarnya.
Dengan pakaian berwarna putih dengan potongan pada jaman mesir kuno Davina menjadi pusat perhatian dan kecantikan yang memancar membuat semua wanita di tempat pesta merasa iri.
"Selamat Yang Mulia atas pertunangannya, biasanya zyang Mulia akan langsung menikahinya tanpa pemberi tahuan seerti ini dan wanita yang melangsungkan malam pertama langsung berstatus selir" ucap etinggi yang merasa jengkel karena dia memiliki putri yang tidak dipilih oleh Ramses.
"Dia tentu saja berbeda dengan gadis gadis dan wanita wanita yang lainnya dia gadis spesial" Ramses berkata untuk membuat peringatan pada laki lakiyang berkomentar tadi.
"Lalu bagaimana posisi Ratu Nefertari Yang Mulia? jika gadis itu telah mendapatkan tempat spesial dari Yang Mulia?" tanya pejabat yang lain ingin tahu.
"Tentu saja Aku tetap di posisiku sebagai Ratu utama dan gadis baru merupakan selir Yang Mulia, benarkan apa yang saya ucapkan Yang Mulia" Nefertari berjalan menuju Ramses dan Davina.
Davina semakin bingung dengan situasi sekarang yang di hadapinya namun dia hanya bisa terpaksa menjalani apapun yang terjadi
Maklum Davina belum bisa mengingat apa yang terjadi padanya sebelum dia ada di istana Firaun saat ini.
Davina hanya menunjukan senyum manisnya saja tanpa berkata apa pun dan selalu berada di sisi Ramses dengan mengalungkan lengannya di lengan Ramses.
Davina tidak mengenal siapapun di tempat ini kecuali Ramses yang telah mengaku sebagai tunangannya.
"Sayang kamu merasa capek ya?" Ramses bertanya dengan lembut tidak seperti biasanya dia bersikap kepada yang lainnya terlampau kejam.
"Hehemmm..." jawab Davina sambilmenganggukan kepalanya tanda iya memang merasa lelah.
"Baiklah kita kembali ke kamar dan berstirahat" jawab Ramses dan mulai membopong Davina menuju kamarnya.
♢♢♢♢♢♢♢
Di tempat Aldi.
Kedatangan keluarga Davina ke Mesir di sambut oleh kedutaan mesir karena Orang tua Davina adalah seorang yang memiliki kedudukan tinggi di masarakat di jakarta dan juga merupakan orang penting.
Aldi menceritakan kronologi kejadian saat Davina menghilang dan itu membuat darah dari sang kakak tersayang Devan mendidih karena amarah yang sudah memuncak.
"Harusnya aku tak mengijinkanmu membawa Davina bersamamu karena Aku tahu kamu tidak becus menjaga Adik kesayanganku" berkata dengan amarah.
Mendengar ucapan dari Devan Aldi merasa bersalah seharusnya dia mengikuti kemanapun Davina melangkah dan pergi untuk menjaganya.
'Davina dimanakah kamu?' suara hati Aldi merasakan sesak yang amat menyakitkan.
Aldi sangat mencintai Davina dari awal pertemuan mereka di kampus yang saat ini adalah tempat mereka menuntut ilmu untuk mencapai cita cita mereka.
Mereka belum juga menemukan petunjuk apa pun atas menghilangnya Davina di Piramid.
Ke dua orang Tua Davina gelisah dan sedih air mata mereka luruh hati mereka tersayat sembilu dan mereka hanya bisa pasrah pada takdir Tuhan semoga sang putri tercinta mereka bisa ditemukan dengan cepat walau pun banyak kemungkinan yang terjadi dan hal terburuk pun mereka akan terima jika itu sudah menjadi ketentuan nasibnya.
"Pa.... Mama nggak sanggup Pa...jika seandainya Davina ditemukan dalam keadaan tak bernyawa" menangis tersedu sedu.
"Kita harus ihklas dengan apa pun yang ada di depan kita nanti" Papa menjawab Mama dengan penuh kewibawaan dan juga kesabaran untuk menenangkan hati sang Istri.
"Sebaiknya papa dan Mama kembali kehotel tempat kita menginap, biar Devan yang memantau pencarian Davina jika ada hal yang di temukan akan Devan kabari " Devan menghawatirkan kedua orang tuanya yang mengalami shyock berat.
"Baiklah Papa akan ajak Mama kembali ke hotel agar Mama bisa langsung beristirahat" jawab sang Papa.
Kemudian keduanya pergi meninggalkan lokasi di mana Davina menghilang tanpa jejak.