Unduh Aplikasi
12.77% VOLDER / Chapter 53: Chapter 53

Bab 53: Chapter 53

Mobilnya bergerak menuju pinggiran kota Manhattan yang gelap dan sepi. Kami memasuki komplek gudang yang terawat, tidak ada sekuriti atau seorang pun yang terlihat di tempat ini. Walaupun Gregory membawaku ke tempat yang mencurigakan tapi anehnya aku tidak pernah merasa takut saat bersamanya.

Ia memarkirkan mobilnya di depan salah satu gudang yang berukuran lebih kecil. "Keluar." perintahnya padaku sebelum keluar dari mobil. Kubuka seatbeltku lalu keluar dari mobilnya.

"Aku ingin kembali." kataku lagi padanya, "Kita... bisa berbicara besok, aku tidak akan kabur." Menghabiskan waktu berdua dengannya hingga pagi berbahaya untuk hatiku.

Gregory menghentikan langkahnya ke arah gudang lalu berbalik dan berjalan ke arahku, "Kenapa kau tidak melaporkanku?" ulangnya, kedua matanya terlihat lebih gelap di keremangan malam.

"Untuk apa? Tidak akan ada yang mempercayaiku." Kupeluk diriku sendiri saat angin malam yang dingin berhembus ke arah kami.

Gregory melepas jas biru tuanya lalu menyampirkannya di bahuku. "Ayo masuk, di dalam lebih hangat." Ia menarik bahuku agar berjalan bersamanya.

Dengan sedikit panik kusentuh tangannya yang menangkup bahuku, "Tidak, a—aku tidak bisa..."

Ekspresinya berubah lebih dingin saat menatapku, "Aku tidak akan menyakitimu, Lana. Kau berhutang penjelasan padaku." desisnya dengan amarah.

Kugigit bibirku lalu kembali menggeleng.

Ia melepaskan tangannya dari bahuku, ekspresi terluka menghiasi wajah tampannya. "Apa kau takut padaku?"

"Tidak." jawabku lalu kembali menggigit bibirku, "Aku hanya... hanya..." Takut jatuh cinta padamu, pikirku dengan sedih. Saat ini aku tidak memiliki waktu untuk hal seperti ini.

"Hanya apa?" desaknya, "Aku hanya ingin menjelaskan tentang malam itu padamu."

"Untuk apa kau mencariku selama ini?" tanyaku balik.

"Untuk apa? Sudah kubilang aku ingin menjelaskan apa yang terjadi malam itu." sahutnya sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

"Kau tidak perlu melakukannya, kita hanya bertemu sekali malam itu." balasku.

Gregory menarik nafasnya dalam-dalam, "Apa kau melihatku..."

Aku mengangguk padanya, "Aku melihatmu. Sebenarnya mahkluk apa kau sebenarnya?"

Ia mengerutkan keningnya, "Kenapa kau tidak takut padaku? Dan kenapa kau terlihat sangat santai saat melihatku malam itu?"

Kutarik jasnya agar semakin rapat membungkus tubuhku, hangat bekas tubuhnya dan aroma parfumnya yang lembut menyelubungiku seperti perisai yang membuatku merasa aman. "Aku tidak peduli dengan hal itu... hanya penasaran."

"Kau... manusia yang aneh." gumamnya dengan tatapan intens yang membuatku tidak nyaman.

"Jadi aku tidak akan memberitahu siapa-siapa." lanjutku, "Apa masalah kita sudah selesai?"

"Belum." jawabnya dengan suara rendah. "Kita baru memulainya, Lana."

Kubalas tatapannya dengan pandangan tidak mengerti, "Apa?"

Gregory mengangkat bahunya sekilas lalu melangkah hingga Ia berada di depanku, "Entah apa alasannya, tapi wajahmu selalu menghantuiku selama beberapa tahun terakhir." bisiknya di telingaku, nafas hangatnya menyapu tengkukku. "Hingga setiap wanita yang kutiduri harus memiliki rambut pirang dan mata biru sepertimu. Bagaimana bisa seorang wanita yang hanya kutemui sekali bisa mengacaukan pikiranku seperti itu?"

Pernyataannya membuatku membeku di tempat. "La—Lalu apa yang kau inginkan dariku?"

Gregory menarik nafasnya dalam-dalam di sebelah telingaku lalu menarik wajahnya menjauh, "Aku hanya ingin berbicara denganmu..."

"Sekarang?"

"Sekarang. Semalaman." gumamnya dengan senyuman yang membuat wajahnya semakin tampan. Aku tidak merasa heran jika rumor tentang Gregory Shaw seorang playboy ternyata benar.

"Apa lagi yang harus kita bicarakan? Aku sudah bilang tidak akan memberitahu siapapun tentang malam itu."

Ia mengangkat kedua alis hitamnya, "Siapa bilang aku ingin membicarakan malam itu? Aku ingin tahu tentang dirimu..."

Oh, ini benar-benar situasi yang sangat buruk... karena aku mulai tergoda.

Gregory yang seakan mengetahui isi pikiranku, tersenyum semakin lebar. "Lana, aku berjanji kita hanya akan berbicara sepanjang malam ini."

***

Aroma kopi yang baru diseduh membangunkanku dari tidurku. Kukerjapkan kedua mataku lalu menatap bingung tembok berwarna abu-abu di seberangku. Aku memandang sekitarku dengan semakin bingung, saat ini aku sedang tidur di ranjang asing. Selimut berwarna hitam menutupiku hingga ke leherku.

Ah... Gregory Shaw. Tempat ini adalah apartemen rahasianya yang berada di atas gudang.

Ingatan semalam kembali mengalir di dalam kepalaku, kupejamkan kembali mataku erat-erat saat rasa menyesal mulai menggerogotiku.

"Sudah bangun?" suara Gregory membuatku membuka mata lagi. Ia berdiri di samping pintu kamar yang terbuka sambil membawa segelas kopi. Hanya mengenakan celana panjangnya, Gregory berjalan mendekati ranjang lalu meletakkan gelas kopi di meja kecil sebelah tempat tidur. Rambut coklat gelapnya masih agak berantakan.

"Aku sudah buat sarapan." katanya dengan sedikit riang, sepertinya moodnya sedang sangat baik pagi ini. "Keluar saja kalau kau sudah siap." tambahnya sebelum menutup pintu kamar.

Aku menunggu beberapa saat sebelum turun dari tempat tidur. Kuambil kemeja yang kemarin Ia pakai lalu mengenakannya, tanganku sedikit gemetar saat mengancingkannya. Aku belum meminum obatku pagi ini.

Setelah meminum beberapa teguk kopi aku pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukaku, tapi setelah beberapa kali aku membasuh wajahku pandanganku tertuju pada memar pink kemerahan di sekitar leher dan dadaku.

"Si sialan itu." gumamku dengan marah lalu keluar tanpa mengeringkan wajahku.

Greg mendongak dari meja makan saat melihatku lalu tersenyum. "Kau mau pancake atau—"

"Apa kau yang melakukan ini?!" tuduhku sambil menunjuk bekas cupang di leherku.

"Ah... maaf." balasnya tanpa penyesalan di suaranya, lalu tanpa rasa malu Ia kembali tersenyum padaku. "Aku membuat pancake dan waffle, mana yang kau suka?"

Kubuka mulutku untuk membalasnya dengan kalimat pedas, tapi kuurungkan saat rasa sakit menusuk muncul di perutku. Kupejamkan mataku sambil meremas perutku, setelah rasa sakitnya memudar aku pergi mencari tasku. Tapi sebelum aku bisa mencari apa yang kubutuhkan, Gregory meletakkan tempat obatku di atas meja makan.

"Kau mengintip isi tasku?" tanyaku dengan marah lalu mengambil tempat obatku dari atas meja dan langsung meminum satu butir.

"Obat apa itu?" tanyanya dengan tenang, tanpa rasa bersalah sedikit pun.

"Bukan urusanmu." Kutuang segelas air lalu meminumnya.

Gregory menungguku selesai minum sebelum melanjutka, "Lana, apa kau sedang sakit?"

Kubanting gelas di tanganku ke atas meja. "Rumor mengatakan kau memiliki peraturan hanya tidur dengan tiap wanita sekali, tidak pernah lebih dari itu. Bukankah itu artinya kita sudah tidak punya urusan apa-apa lagi?"

Senyuman di wajahnya menghilang seketika lalu tiba-tiba Gregory tertawa hingga hampir tersedak, membuat rasa marahku padanya jadi memudar. "Darimana kau mendengar rumor seperti itu?" tanyanya sambil mengusap ujung matanya yang berair karena tertawa terlalu keras.

"Kehidupan seksmu sangat terkenal di kalangan sosialita." gerutu dengan ketus.

Ia masih tersenyum padaku, seakan melihat amarahku menyenangkan untuknya. "Tapi rumor itu tidak salah juga..."

"Kalau begitu sekarang kita sudah tidak punya urusan apa-apa lagi. Kita sudah tidur bersama satu kali."

"Tidak." kali ini senyumannya benar-benar menghilang, kedua mata birunya menatapku dengan serius. Kontras dengan penampilannya saat ini yang bertelanjang dada dan rambutnya yang agak berantakan. "Kita masih punya urusan. Kau dan aku."


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C53
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk