Unduh Aplikasi
22.85% The Three of Us [Indonesia] / Chapter 8: Keterima

Bab 8: Keterima

"Nei... nei... nei..." ucap Farel santai tapi dengan wajah serius. "Aku koreksi, yah. Aku ini... mantan playboy. Inget, mantan. Man-tan!" tukas Farel beserta wajah seriusnya.

Lalu ia senyum sambil teruskan bicaranya, "Dulu mungkin iya, tapi sekarang aku udah tobat dan hanya kepingin kamu aja, Sar. Sumpah berani samber wewe gombel!" Dua jari Farel membentuk huruf V.

GREP!

Diraih dan digenggamnya tangan Sarah, lalu berlutut di depan gebetan. "Sar, plis terima aku jadi pacarmu, yah! Aku beneran serius ini. Aku udah kagak playboy lagi. Cuma kepingin ama kamu, Sar."

Faza yang ada dalam tubuh Sarah malah ill-feel seketika. 'Yang bener aja lo Rel! Ini Faza yang lo lamar, nyet!' Ingin banget Faza ngomel kayak gitu ke Farel, tapi pasti nantinya bakal ketahuan.

Kalau pacaran, otomatis pasti ... Farel bakalan minta yang macem-macem, kan? Udah ketahuan banget otak mesum Farel hanya dengan sekali lirik!

"Gimana, ya...? Gue gak yakin kalau lo cinta ama gue."

Ya iyalah! Farel kan katanya gak suka Faza, benar kan? Tadi tuh cowok baru ngomong soal begituan.

"Ealaahh... apa anakku lagi dilamar, yah?" Mamanya Sarah tiba-tiba datang sambil bawa dua gelas jus jeruk.

Farel langsung noleh ke Beliau dan ngomong tanpa bangun dari acara berlututnya, "Iya, Tante. Ini lagi lamar anak Tante. Tante bakalan setuju, kan? Tante nggak keberatan aku jadi menantu Tante, kan?" Farel harap-harap cemas.

Tante terkikik dahulu. Setelah itu menjawab, "Tante sih seneng-seneng aja kamu jadi mantu Tante, Rel. Siapa sih yang bisa nolak mantu kayak kamu? Hihi... Tapi... semua juga Sarah yang tentuin, karena dia yang bakal jalani, kan?"

Farel senyum dan kembali tatap Sarah. Mukanya dah ngarep banget.

"Ih Mamaaaaa! Jangan diliatin gitu dong. Sarah maluuuuuu," protes Faza saat Mama nya ngeliatin segitunya ke arah Farel. Mana ini cowok gak ada malu-malunya pakai acara nembak segala.

"Iya deh, Mama ke dapur dulu. Farel, berjuang ya!" Mama mengerling jahil, melangkah ke arah dapur.

Faza memutar dua bola mata malas, lalu kembali ke Farel lagi.

"Gue maunya lo dapat restu dari Faza, baru lo gue terima. Gimana?" tantang Faza sambil naik turunin alisnya. Kalau sudut pandang Farel pasti nunggu Faza bangun dari koma, tapi dari Faza sendiri jutsru ia yang akan melihat sikap cowok di depannya ini setelahnya.

Faza naikkan kakinya dan duduk ngangkang kayak biasa sambil senderan di sofa. Sialan! Faza masih normal meski pacaran dengan Farel lewat tubuh Sarah. Itu sama aja dirinya gay. Ogah!

Lagipula, Faza belum puas jahilin Farel.

"Sar, tutup dong ah paha kamu," Lagi-lagi Farel tempelkan jaketnya ke kaki Sarah yang ngangkang.

Sewaktu Sarah mo protes, Farel langsung kasi anceman alus, "Kalo aku nerjang kamu gara-gara liat paha mulusmu, gimana? Apa emang itu yang kamu mau? Diserang ama aku? Toh kamu teriak pun aku yakin Mamamu cuek aja karena Tante dah restui aku." Farel nyengir.

Ya, memang Sarah harus mikir berkali-kali dulu kalo mo bertingkah seenak dengkul. Dan Farel udah kagak mau kikuk lagi kalo di depan Sarah. Sikap Sarah aja bisa seenaknya. Kenapa Farel kagak?

"Ingat, cantik... aku udah bukan playboy lagi. Itu artinya fokusku cuma kamu, loh yah! Jadi kalo kamu bikin aku terangsang, aku gak mau diprotes, loh!" Farel mengedipkan mata kanannya.

Oh ya, jangan lupakan posisi Farel yang masih berlutut di depan Sarah.

Faza merengut sebal dan turunkan kakinya, lalu rapatkan.

"Ck! Lo kayak maksa banget deh biar gue jadian ama lo," ujar Faza kesal, menabok tangan Farel, berdiri dan berkacak pinggang. "Iya deh, iya. Kita pacaran!"

Bukannya Faza beneran naksir Farel, tapi tadi cuma iseng aja langsung nerima cowok tersebut tanpa mikir dua kali.

Tenang aja, ini murni hanya salah satu dari kejahilannya. Faza gak bakalan baper kok, itu mustahil!

"Eits! Tapi meski kita pacaran, lo gak berhak ngatur-ngatur gue tapi... gue yang berhak ngatur lo!" Faza tunjuk jidat Farel dan toyor seenaknya.

Ya kesannya Faza jahat sih bisa-bisanya cuma menganggap semua ini permainan doang. Tapi ... Farel pasti juga merasa bahagia bisa berhasil jadiin Sarah pacarnya, meski sebenarnya sih yang pacaran itu si Faza.

Faza masih berharap, sebelum ia bangun nanti, Farel sudah menjadi orang yang sempurna untuk Sarah. Tapi jika cowok itu gagal dalam memenuhi restu dari Faza ... ucapkan saja selamat tinggal setelahnya.

Intinya, ini adalah jalan menuju restu tak langsung seorang Faza.

Mata Farel langsung blink-blink berbinar kayak lampu karnaval.

Dia bangun lalu peluk erat Sarah. "Beneran, kan Sar? Kamu lagi gak nipu aku, kan? Ahahaha! Aku bahagia banget! Baaangeett! Sarah, makasih! Makasih! Mmuah! Mmuah!!"

Saking hepinya, Farel ampe lonjak-lonjak gaje sambil teriak girang.

"Ada apa, sih?" Tante kembali datang ke ruang tamu, karena suara Farel kedengeran ampe dapur sono.

Farel noleh ke Mamanya Sarah. Dia hampiri dan genggam sukacita tangan calon mertuanya. "Tanteeee! Aku diterima! Diterimaaaa! Wuhuuu!" Akhirnya Tante ikutan lonjak-lonjak meski pasang muka bingung.

"Keterima apaan, Rel?"

"Keterima jadi calon mantu Tante! Yipiii!!"

"Rel, berenti dulu, stop, Tante bisa semaput," Tante pun menghentikan ritual lonjak gajenya Farel.

"Maksudnya kamu tadi... Sarah nerima cinta kamu?" tanya Beliau. Farel mengangguk gembira. "Owalaahh! Selamat, ya cah bagus. Kalo gitu sekarang kamu manggilnya Mama aja ke Tante. Yah?"

Farel angguk-angguk lagi sambil senyum lebar. "Boleh ... boleh! Mama! Hehe... aku punya dua Mama. Cantik-cantik semua! Aseekk!"

Tante pun nyubit lengan Farel saking gemasnya. "Calon mantuku paling bisa aja kalo ngomong, ufufufuu..." Tante buru-buru benerin rambutnya.

'Astaga... Gue berasa jadi gay seketika.' Faza membathin miris sambil elus-elus dadanya. Tapi tertawa pelan melihat Farel lonjak-lonjak gaje persis seperti anak kecil begitu, kemudian tergelak.

"Hahaha! Farel! Lo kayak anak kecil gitu, pffttt! Kampret lo, ah!" Entah kenapa, meski Farel menembak Sarah, diterima, lalu melihat Farel bahagia begitu malah membuat dirinya juga ikut bahagia.

Apa mungkin ... Faza sudah merestui Farel dengan Sarah? Atau sebenarnya Faza senang karena bisa pacaran dengan ... Farel?

Yang mana, nih?

"Ah...." Faza menghentikan tawanya, berdehem pelan. Bukan, ia gak naksir Farel. Ia juga gak senang karena pacaran tak langsung dengan cowok tersebut. I-Ini cuma sekedar ujian kecil untuk Farel.

"Besok gue mau jalan-jalan ama elo, ada waktu?"

Oh! Anggap saja itu ajakan kencan secara tak langsung. Bener, kan? Faza merasa terlalu lama tidur di Rumah Sakit. Faza ingin jalan-jalan, ditrakir lalu main sepuasnya.

"Ah! Kalau Farel mau nginep juga boleh. Bener, kan Sar?" Si Mama malah kasi saran.

"Ide bagus," sahut Faza cepat. Gampang banget ngucapin gitu. Mungkin Faza gak sadar kalau tubuhnya itu jenis perempuan, gampang bikin nafsu lelaki.


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C8
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk