Aldy menenggak habis cairan birnya, mengangkat botol bir itu tinggi-tinggi dan menghantamkannya ke arah kepala Yusril yang masih berlutut di samping tempat Aldy duduk saat ini.
Pranggg! ...
Botol itu pecah berkeping-keping. Meski begitu, tak ada darah sama sekali yang menetes dari kepala Yusril, dan Yusril juga tak terlihat menggerakkan kepalanya sedikitpun berkat hantaman botol bir itu.
"Udah gue duga, kaca botol ini bahkan gak pantes disebut kaca, lebih ke plastik. Itulah kenapa setiap kali gue pesan satu dus bir ini, sampai rumah pasti ada satu atau dua botol yang pecah ... Produsennya bajingan emang."