Pembicaraan itu tampak terhenti, keduanya sama-sama diam dengan cara mereka masing-masing. Bagaimana tidak, mungkin kali ini adalah titik mereka untuk saling merenungi, titik mereka untuk saling memahami satu sama lainnya. Bagaimanapun persahabatan itu adalah ikatan yang sangat nyata, yang tidak bisa untuk diukur oleh hal apa pun itu.
"Lo mau dateng kesini?" tanya Kinan pada akhirnya, Tanti yang masih berlinang air mata itu pun tampak mengangguk, seolah Kinan tahu tentang anggukannya sekarang.
"Iya, gue udah perjalanan kesana. Sebentar lagi nyampek."
"Gue tungguin elo."
"Oke."
Tak berapa lama, Tanti dan Dian pun keluar dari mobil, Dian yang baru pertama kali berada di apartemen itu pun agaknya berdecak kagum. Bagaimana tidak, apartemen itu adalah apartemen termahal yang ada di negeri ini.