Meta terdiam, sementara Yoga agaknya tahu suara siapa itu. Rahangnya mengeras mendengar suara itu barada di radius dekat dengan Meta. Akan tetapi, dia harus menguasai dirinya sendiri. Dia harus pura-pura tak cemburu meski hatinya sekarang terasa terbakar.
"Gimana? Aku cuma mau menemanimu mengantar undangan itu. Kalau suamimu cemburu ya nggak apa-apa. Ini Cuma tawaran aja…," jelas Dion yang seolah menyindir. "Lagi pula, undangan sebanyak itu kamu mau nganterin sendiri, pasti susah, kan?" imbuhnya lagi.
"Sayang, gimana? Dion mau nganterin aku buat nyebarin undangan ini. Boleh?" tanya Meta hati-hati.
Kedua tangan Yoga tampak mengepal kuat, bahkan Pak Cipto bisa melihat dengan jelas perubahan mimik wajah dari bosnya itu.