Ruangan ini masih dipenuhi dengan aura panas perdebatan. Tentu tidak ada orang tua yang senang bila putrinya sampai hamil di luar nikah. Namun, Xia Xingchen tentu juga tidak berharap dirinya harus terpojokkan seperti ini, apalagi harus menerima kenyataan ini.
"Guopeng, aku sekarang sudah tahu ternyata anak perempuan sulungmu yang biasanya terlihat sederhana dan alim ini telah melakukan perbuatan tidak senonoh dengan seseorang di luar sana." Ujar Istri Xia Guopeng, Li Lingyi yang duduk di samping suaminya. Meski ia seorang ibu, ucapannya ini justru makin memprovokasi kemarahan suaminya.
Kemudian ia pun makin memperpanas situasi ini dengan berkata, "Jika kamu tidak memperlakukannya dengan baik, mungkin dia bisa berbohong dan merusak reputasi keluarga Xia."
Xia Xingkong yang merasa namanya ikut disebut-sebut hanya mengerutkan alisnya. Ia mengerutkan kedua alisnya hingga hampir menempel satu sama lain. Tidak ingin dianggap gadis nakal seperti kakaknya, ia pun marah dan berkata, "Ma, apa yang Mama ucapkan? Aku tidak sama seperti Kakak... Tidak! Aku tidak akan melakukan hal itu dengan laki-laki, apalagi sampai hamil. Aku pasti tidak akan membuat keluarga Xia malu." Meskipun ia sedang emosi, namun ia masih bisa berkata dengan lembut. Berbeda dengan yang dikatakan mamanya yang hanya memicu api amarah.
Sayangnya Xia Xingchen tetap merasa tersindir dalam situasi ini, ia hanya menatap Xia Xingkong dengan tatapan dingin dan berkata, "Xia Xingkong, apa kamu bisa diam?"
"Aku... Aku minta maaf." Mata Xia Xingkong langsung memerah, kemudian ia pun melanjutkan ucapannya "Ayah, maaf. Aku sudah berbicara sembarangan, dan membuat Kakak sedih."
Sayangnya ucapan itu tidak membuat Xia Guopeng menurunkan emosinya. Ia masih sangat marah sampai-sampai wajahnya sangat kaku. Ia pun bangkit dan langsung menampar wajah Xia Xingchen dengan keras, "Kamu melakukan sesuatu yang salah. Harusnya kamu meniru sikap adikmu! Kata-kata Xingkong benar. Kamu sudah membuat keluarga Xia benar-benar kehilangan muka pada orang lain!"
Tamparan Xia Guopeng cukup keras. Sehingga setelah ditampar oleh ayahnya, Xia Xingchen hanya bisa merasakan telinganya berdengung. Wajahnya juga seketika memerah karena tamparan itu, ia pun bingung untuk menentukan sikap yang tepat dalam situasi seperti ini. Kemudian ia pun menggertakkan giginya lalu menundukkan punggungnya, dan berlutut. Sebenarnya ia masih ingin menolak untuk mengakui perbuatan yang telah dilakukannya.
Xia Xingchen masih tetap bersikeras merasa bahwa dirinya sama sekali tidak bersalah. Ia menganggap bahwa tamparan yang dilakukan oleh ayahnya itu adalah suatu bentuk penindasan pada dirinya. Bila nanti ada kesempatan baginya untuk melakukan hal yang sama seperti yang ia dapatkan hari ini, maka ia akan mengambil kesempatan itu!
"Gugurkan anak ini! Segera!" Xia Guopeng akhirnya menyuruh Xia Xingchen untuk menggugurkan anaknya.
Sebelum Xia Xingkong pergi, ia menghela napas sembari berkata, "Kak, Kakak Xu Yan sudah sangat baik padamu, kamu seharusnya tidak berbuat seperti ini…"
Xia Xingchen merasa sakit hati, namun ia juga sadar bahwa dirinya tidak lagi layak untuk Xu Yan.
******
Demi menuruti permintaan ayahnya, Xia Xingchen meminta izin tidak masuk sekolah. Setelah itu, ia segera berangkat ke rumah sakit untuk menggugurkan anak yang ada di dalam perutnya itu. Tidak hanya itu, ayahnya meminta Li Lingyi untuk pergi bersamanya, sebab ia takut akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada anaknya ini.
"Xia Xingchen!" Perawat memanggil namanya. Ia pun segera berdiri dan mendatanginya. Sesungguhnya, ia merasa bahwa semua yang dialaminya ini seperti mimpi, mimpi yang sangat buruk. Jadi, setelah dirinya sudah membuka matanya dan bangun, ia berharap mimpi buruk itu telah hilang.
"Lepaskan celanamu dan berbaring! Bersiaplah untuk anestesi!" Suara dokter itu terdengar dingin.
Kemudian Xia Xingchen naik ke meja operasi dan sudah bersiap untuk menghadapi semua ini dengan tenang. Sayangnya, perasaannya sekarang semakin cemas dan semakin membuat tubuhnya merasa gemetar.
Dalam hatinya, ia merasakan rasa benci yang mendalam. Ia sangat membenci orang yang membuatnya hamil. Namun lucunya, bersamaan dengan itu, ia sendiri juga tidak tahu pria yang menidurinya itu! Kenapa ia bisa mengalami hal konyol seperti ini?
Ketika ia sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba pintu kamar operasi terbuka. Orang-orang dengan menggunakan mantel putih bergegas masuk ke dalam ruang operasi ini. Wajah mereka tampak seperti orang yang sangat terhormat, seolah-olah mereka telah siap menghadapi penghalang di depannya.
"Direktur!" Para dokter dan perawat pun menyapanya.
Di sisi lain, Xia Xingchen sudah terbaring di meja operasi dan tidak memperhatikan kedatangan orang yang baru datang tersebut.
"Xia Xingchen! Siapa yang namanya Xia Xingchen? Operasi apa yang akan dilakukan kepadanya?" Direktur itu bertanya beberapa kali dengan suara yang keras. Dari nada bicaranya, sepertinya ia sedang merasa panik dan bingung.
Kemudian Xia Xingchen pun mengerutkan keningnya, sehingga membuat alisnya sedikit terangkat.
Perawat itu menunjuknya sembari berkata, "Direktur, apakah Anda mencari Xia Xingchen ini?"
Direktur itu seketika mengeluarkan sebuah foto dari sakunya dan dengan hati-hati ia membandingkan wajahnya. Beberapa saat kemudian ia mengangguk dengan tergesa-gesa, "Ya, itu dia! Operasi apa ini?"
"Kami baru saja bersiap melakukan operasi pengguguran janin!"
"Jangan bergerak! Tidak ada yang diizinkan untuk melakukan operasi padanya!" Direktur rumah sakit itu memberikan perintah tersebut kepada dokter dan perawat di ruangan ini. Hal ini tentu membuat semua orang di sini menjadi bingung.
Asisten direktur itu berkata ke semua dokter yang ada di ruangan itu, "Saya baru saja mendapat panggilan telepon dan mengatakan bahwa tidak ada yang boleh melakukan pengguguran janin pada Nona Xia. Jika dilanggar, maka tanggung sendiri resikonya!"
Dokter yang ada di sana pun penasaran dan bertanya, "Siapa yang menelepon?"
Direktur rumah sakit pun langsung membisikkan dengan suara yang rendah. Entah siapa yang dibisikkan oran itu, dokter yang memimpin operasi itu langsung terkejut ketika diberitahu identitas nama penelepon. Ia tercengang cukup lama sambil membuka mulutnya sedikit lebar.
Wajah Xia Xingchen yang awalnya tampak sangat dingin ketika awal memasuki ruangan operasi ini, seketika ia berubah menjadi tampak terperangah sekaligus terpesona.
"Nona Xia, silahkan ikut dengan kami!" Direktur itu mempersilahkan secara pribadi. Perawat di ruangan ini segera membantunya turun dari meja operasi dan memperlakukannya dengan hati-hati, "Hati-hati, jangan sampai menyakiti anak itu."
Xia Xingchen mengerutkan keningnya, ia tidak bisa mengerti kenapa mereka semua tiba-tiba memperlakukannya seperti ini, "Mengapa Anda tidak bisa menggugurkan anak saya?"
"Nona Xia, jangan bertanya apapun mengenai anak Anda. Anda tidak boleh menggugurkannya. Selain itu, rumah sakit kami tidak akan melakukannya untuk Anda, bahkan rumah sakit di seluruh kota S, tidak akan ada dokter di rumah sakit mana pun yang berani menerima permintaan Anda tersebut. Jika Anda tidak menyukainya, Anda mungkin bisa membesarkan bayi tersebut di rumah sakit kami. Silahkan datang ke kantor saya dan saya akan melakukan pemeriksaan untuk Anda. Dan saya juga akan memberi Anda beberapa makanan bernutrisi yang cocok untuk perkembangan janin ini."
"Apakah ayah anak ini yang menelepon kalian?" Xia Xingchen menatap direktur dengan tajam.
Perlahan suasana hatinya berubah menjadi tenang, namun tatapan matanya tampak sinis, "Direktur, siapa dia? Apakah benar dia tidak mengizinkan saya untuk menggugurkan anak ini?"
Ketika asisten direktur itu baru saja hendak mengatakan dengan samar-samar nama depan ayah dari bayi yang dikandungnya ini. Namun, ia tidak bisa mendengar kata-kata setelah kata 'Bai', hanya marganya saja yang terdengar olehnya.
Direktur Rumah Sakit itu menggelengkan kepalanya dengan sedih kepada asistennya itu sembari berkata, "Nona Xia, saya harap Anda tidak mempermalukan saya. Saya tidak tahu apakah dia adalah ayah dari anak Anda. Singkatnya, jika Anda tidak menyerah, Anda dapat mencobanya di rumah sakit lain."
Saat ini Xia Xingchen merasa masih belum ingin menyerah. Calon anaknya ini pasti tidak akan bisa tinggal bersamanya, sehingga ia pun mencoba untuk berpindah ke rumah sakit lain.
Namun, sesuai dengan yang dikatakan oleh direktur rumah sakit ini. Setiap rumah sakit yang ada di kota S sudah mengambil foto dan mengidentifikasi wajahnya. Bahkan sekelompok dokter di rumah sakit ini saja justru mengundangnya ke kamar direktur dengan hormat. Alhasil operasi pengguguran tersebut tidak dilakukan, tetapi malah memberikannya banyak nutrisi yang bermanfaat bagi bayinya.