Pertemuan di pantai antara Gu Yu dan Xu Weilai menciptakan suasana yang menyedihkan. Apalagi Gu Yu juga masih merasa bahwa Xu Weilai tidak pernah melakukan sesuatu seperti kata-kata yang diucapkannya. Terutama saat ia mengetahui bahwa Xu Weilai menerima lamaran Kakeknya.
'Menjijikan…' Satu kata itu langsung menusuk hati Xu Weilai.
Pikirnya, Gu Yu pasti sedang merendahkan Xu Weilai. Lebih parahnya lagi, Xu Weilai pun juga ikut merendahkan dirinya sendiri. Mental Xu Weilai benar-benar jatuh.
Situasi yang memojokkannya ini membuat Xu Weilai mengingat kembali peristiwa tiga tahun yang lalu, saat Gu Yu tidak menginginkannya. Pada akhirnya ia tidak berhubungan lagi dengannya. Setidaknya saat dirinya pergi ke luar negeri, ia bisa terbebas dari segala perasaan buruk itu. Sayangnya, ia masih tetap teringat akan kenangan indah bersama Gu Yu.
Namun setelah ia menelpon Kakek Gu dengan memberitahu persetujuannya untuk menikah dengan Gu Yu, ia tidak bisa lagi menghadapi Gu Yu dengan angkuh.
Meskipun tiga tahun lalu tidak ada kemungkinan bagi mereka berdua untuk bersatu. Satu hal yang masih menyedihkan adalah hati Xu Weilai masih sakit luar biasa, seperti ada sesuatu yang menusuk hatinya, sungguh terasa perih yang tidak tertahankan. Ia sampai ingin menahan tangisannya agar tidak terlihat lebih menyedihkan.
Xu Weilai menggigit erat bibirnya dan berusaha untuk mengendalikan perasaan agar tidak terlihat menyedihkan dihadapan Gu Yu.
Ia menghela napas dalam-dalam dan baru mengangkat kepalanya. Dengan berpura-pura tidak peduli, ia berujar, "Gu Yu, sebenarnya aku tidak ingin mengganggumu lagi, tapi... Kakek Gu memberi hadiah pernikahan satu miliar. Aku sudah bertanya pada diri sendiri, tapi aku tidak bisa menolak godaan besar itu."
Ucapan Xu Weilai itu semakin menyulut amarah Gu Yu. Telapak tangan Gu Yu yang besar langsung mencengkram kuat leher kurus Xu Weilai. Tidak hanya itu, tatapan tajamnya menusuk Xu Weilai seperti sedang mengupas tulang belulang Xu Weilai.
"Hah! Kau setuju menerima lamaranku demi... satu miliar?" Suara Gu Yu sangat dingin.
Wajah mereka berdua semakin dekat, sampai-sampai Xu Weilai bisa melihat jelas aura bengis dari pupil hitamnya. Pandangan itu seolah-olah sanggup melenyapkan langit dan bumi. Sayangnya tidak tahu apakah hanya ilusi, ia seperti sedang merasakan kekuatan membunuh yang tajam dan dapat melemahkan dirinya. Xu Weilai hanya berpikir untuk berharap agar mendapat harapan yang lain.
Begitu pikiran itu muncul di benaknya, ia merasa bahwa dirinya sangat konyol. Di saat seperti ini ia masih bisa memikirkan hal yang bodoh.
Tapi... apakah ia setuju menikah dengan Gu Yu demi uang satu milyar itu demi membantu keluarga Xu?
Pernyataan itu bisa membohongi dirinya sendiri, tapi tidak pada hatinya. Alasan ia setuju menikah dengan Gu Yu karena... ini satu-satunya cara untuk bisa dekat dengannya.
Xu Weilai tidak berani menatap mata Gu Yu. Ia takut mengeluarkan hal yang ada di pikirannya. Ia pun panik dan menundukkan mata, "Ya, Tuan Gu, aku tahu kau membenciku. Aku juga tahu kau sudah punya kekasih, tapi, demi uang satu miliar itu, aku hanya bisa setuju..."
Cengkraman tangan Gu Yu semakin erat. Kata-kata selanjutnya tidak bisa keluar lantaran tersendat di tenggorokan.
Xu Weilai tidak sanggup melawan karena ia kesulitan bernapas dan badannya juga tidak bisa bergerak.
Tiba-tiba, muncul pikiran jika ia ingin mati saja. Seketika Xu Weilai merasa hal itu keputusan yang lebih baik bagi dirinya saat ini. Selain itu juga agar ia tidak perlu memikul tanggung jawab Keluarga Xu dan tidak perlu mengkhianati perasaannya.
"Ya, bagus."
Gu Yu yang menatap Xu Weilai tiba-tiba menyeringai, seperti sedang menertawai Xu Weilai, "Xu Weilai, aku tak akan membiarkanmu mati seperti ini, ini terlalu mudah bagimu!" Suara Gu Yu terdengar semakin berat.
Tangan dingin Gu Yu menepuk-nepuk pipi Xu Weilai, dinginnya tanpa sadar menggetarkan badan Xu Weilai. Kemudian ia melepaskan Xu Weilai dengan mendorongnya ke pintu mobil. Akibat benturan itu, Xu Weilai yang awalnya merasa sakit akhirnya bisa bernapas lagi.
Gu Yu menatap Xu Weilai sambil tersenyum dingin, matanya masih dipenuhi amarah, namun suaranya kembali seperti semula, "Xu Weilai, karena kau ingin bermain, jadi jangan menyesal!"
"Aku akan bermain denganmu, bermain sepuasnya!" Tambahnya.
Selesai berkata seperti itu, Gu Yu menghela napas dalam-dalam, matanya yang tampak semakin kejam itu seolah sanggup melenyapkan apapun. Ia kembali menatap Xu Weilai, mengangkat bibirnya dan memerintah "Turun!"