Unduh Aplikasi
42.06% My version, Lucia [Hunter x Hunter] / Chapter 61: 61 - Hisoka x VS x Lucia Part 1

Bab 61: 61 - Hisoka x VS x Lucia Part 1

Gon : (Tapi bagaimana caranya aku mencari Hisoka ya?)

Tiba-tiba ada banyak kupu-kupu merah mendatangi Gon. Gon sedikit tersentak kaget lalu refleks mundur perlahan ke belakang. Akan tetapi kupu-kupu itu terus mengikutinya dan menggelilingi tangannya yang terluka.

Gon : Apa? Kenapa mereka berkerumunan di sekitar tanganku? Apa-apaan mereka ini?

Gon kebingungan lalu mencoba untuk melakukan uji coba. Dia menggerakkan tangannya yang dibalut seadanya saja ke atas lalu ke bawah terus ke kiri dan ke kanan secara perlahan-lahan dan kupu-kupu merah itu terus mengikuti Gon lebih tepatnya mengikuti tangan yang terluka.

Gon : Kupu-kupu merah ini sepertinya tertarik dengan bau darah? Ah! Kalau tidak salah bahu sebelah kanan Hisoka terluka, kan? (tersenyum)

Di bagian Hisoka.

Hisoka duduk bersandar santai di bawah pohon yang rindang, dia memerhatikan seekor kupu-kupu yang berhenti tepat di atas jari telunjuknya. Sedangkan ada beberapa ekor kupu-kupu merah mengelilingi bahu Hisoka. Tiba-tiba terdengar bunyi BIP BIP BIP. Ponsel milik Hisoka berbunyi. Hisoka menggeluarkan ponselnya dari saku celananya.

Illumi : "Hisoka, apa kau sudah dapat target ID mu?"

Hisoka : "Iie, mada da yo (Belum)"

Illumi berada di balik pohon besar dan sedang mengawasi Lucia yang sibuk membuntuti dan memerhatikan Gon, satu tangannya memegangi ponselnya dan satu tangannya lagi sedang memainkan jarumnya.

Illumi : "Kau sedang apa?"

Hisoka : "Kenapa bertanya?"

Illumi : "Kau tahu siapa sebenarnya targetmu, kan?"

Hisoka : "Uun (Tidak)"

Illumi : "Oshiete arou ka (Apa kau mau memberi tahuku?)"

Hisoka : "Iya, ii yo (Tidak, tidak usahlah)"

Illumi : "Sokka. Sore jaa atode ne (Begitukah. Kalau begitu, sampai jumpa nanti ya)"

Illumi memutuskan sambungan teleponnya demikian juga dengan Hisoka yang matikan ponselnya. Hisoka meniup ke arah kupu-kupu yang ada di jarinya. Kupu-kupu itu terbang menjauhinya.

Hisoka : Teki to san nin aru kara (Karena aku hanya mencari 3 peserta untuk diburu) *tersenyum licik*

**************************************

Gon menggunakan kupu-kupu merah untuk mencari jejak Hisoka. Dia mengikatkan benang pada sayap kupu-kupu tersebut dan juga mengikatkan benangnya pada jari telunjuknya. Dia terus berjalan pelan di atas rumput-rumput tinggi mengikuti dua ekor kupu-kupu yang terbang di depannya.

Gon : (Jika ini bekerja, kemungkinan kupu-kupu ini akan membawaku ke tempat Hisoka berada)

Setelah berjalan cukup lama. Gon beristirahat sejenak di bawah pohon rindang sekalian mengisi perutnya dengan buah apel dan setelah itu dia kembali berjalan tanpa henti. Kupu-kupu merah terus terbang mencari bau darah. Dan pada akhirnya, kupu-kupu merah ini mengarah ke tempat adanya bau darah.

Gon tersentak kaget. Dia menghentikan langkah kakinya karena terlihat Hisoka sedang duduk santai di bawah pohon rindang sendirian. Meskipun jarak di antara Gon dan Hisoka cukup jauh tapi masih bisa terlihat dengan jelas.

Dengan cepat Gon langsung melepaskan benang yang mengikat jari telunjuknya. Dua ekor kupu-kupu merah pun terlepas dan terbang ke arah Hisoka.

Gon : (Itu dia!)

Gon berjongkok dan bersembunyi di balik semak-semak lalu mengatur nafasnya. Dia berencana menunggu sampai ada sebuah kesempatan yaitu saat Hisoka bergerak untuk memburu targetnya. Tanpa sadar Gon memegang erat alat pancingnya. Dan menatap Hisoka lekat-lekat.

Detak jantung Gon berdetak sangat kencang. Dia juga gemetaran. Dia merasakan ketakutan dan ketegangan luar biasa. Meskipun udara dingin menusuk kulitnya akan tetapi rasa gugup dan tegang membuat air keringatnya bercucuran tanpa henti.

Gon : (Aku harus tetap tenang!)

Akan tetapi jantungnya masih berdetak tak karuan. Sekali lagi Gon menegaskan perkataannya di dalam hati dan pikirannya.

Gon : (Tetap tenanglah!)

Gon menghembuskan nafas dengan pelan dan berhasil menenangkan dirinya. Dengan segera menghilangkan keberadaannya dengan sempurna. Seketika itu juga pikiran dan pandangannya pun ikut menjadi kosong.

Gon : (Ato wa matsu, hisoka ga ogoku made (Aku hanya perlu menunggu, sampai Hisoka bergerak))

Di bagian Leorio dan Kurapika.

Leorio masih terus berjalan mencari targetnya. Dia mentelusuri banyak pepohonan, di sepanjang jalan dia terus mengeluh dengan kesal.

Leorio : Sial! Di mana sih orang-orang ini bersembunyi? Dasar, kita kan bukan lagi bermain petak umpat! Aku sudah menghabiskan waktu dua hari hanya untuk mencari, tapi aku bahkan tidak melihat satu orang pun semenjak masuk ke dalam sini!

Leorio meletakkan tas kopernya di atas tanah lalu beristirahat sejenak di bawah pohon. Tiba-tiba terdengar suara bunyi daun, di balik semak-semak muncullah seseorang. Leorio pun langsung bangkit dan menggeluarkan pisau belati kecilnya.

Leorio : DARE DA?! (SIAPA?!)

Tonpa : Aahh tunggu sebentar! Tahan dulu, ini aku! Ini aku! (sedikit panik)

Tonpa mengangkat kedua tangannya ke atas lalu tersenyum kaku.

Leorio : Tonpa! Brengsek! Jangan katakan padaku kalau targetmu itu adalah--

Belum sempat Leorio menyelesaikan perkataannya. Tonpa dengan cepat memotong perkataan Leorio dengan panik.

Tonpa : ARGHH... Ma-matte, matte! Ochitsukete! Anta ore no taagetto janee yo! (ARGHH... Tu-tunggu, tunggu dulu! Tolong tenanglah! Kamu bukanlah targetku kok!)

Leorio yang masih tidak mempercayai ucapan Tonpa pun masih menondongkan pisau belati kecilnya ke arahnya dan menjaga jarak dengan ekstra hati-hati dari Tonpa.

Leorio : Kau itu sangat licik sekali, aku tidak pernah percaya padamu! Mana buktinya?!

Tonpa dengan cepat merogoh saku celananya lalu menggeluarkan sebuah kartu dan memperlihatkannya langsung ke arah Leorio. Kartu itu menunjukkan angka 191 (Bodoro).

Tonpa : Nih lihat!

Leorio yang melihat nomor itu bukanlah nomor ID nya sedikit merasa lega akan tetapi dia masih ekstra hati-hati dan menjaga jarak. Tonpa yang melihat Leorio menurunkan pisau belati kecilnya pun menghembuskan nafas lega.

Tonpa : Haaah... Untunglah kau mempercayaiku. Berkelahi dengan orang yang bukan targetku itu bukanlah gayaku. Itu akan membuang-buang waktu dan energiku saja.

Tiba-tiba Tonpa sedikit bergerak mundur ke belakang lalu menunjuk ke arah Leorio dan langsung menuduhnya.

Tonpa : Oh!! Tu-tunggu dulu! Jangan bilang, jika targetmu itu aku?!

Leorio : Bukan. Kau bukan targetku.

Leorio melipatkan kembali pisau belati kecilnya lalu menggeluarkan nomor targetnya untuk di perlihatkan ke Tonpa. Kartu Leorio menunjukkan angka 246 (Ponzu).

Tonpa melangkah maju ke arah Leorio. Sekarang jarak di antara mereka berdua cukup dekat. Lalu Tonpa mengatakan kalau nomor 246 itu adalah nomor ID nya Ponzu. Seketika itu Leorio tersentak kaget. Tonpa melihat Leorio dengan tatapan heran. Dia tidak percaya kalau Leorio sama sekali tidak tahu kalau nomor ID itu adalah Ponzu.

Ponzu adalah seorang gadis yang seumuran dengan Leorio dan Kurapika. Dia mengenakan topi kuning besar dengan flap putih yang menampung lebah yang akan keluar sesuai keinginannya atau saat jatuh atau pun saat menjerit. Dia juga mengenakan blus salmon, celana kuning pucat dan sepatu flat orange.

Tonpa : Kenapa kau tidak tahu? Jadi selama kita semua bekerja sama di pulau bulan sabit, kau ngapain saja coba? (menyindir)

Tonpa menatap Leorio dengan tajam. Leorio terlihat cukup panik. Dia mencoba mengalihkan pandangannya ke arah lain dan tidak berani menatap Tonpa secara langsung. Leorio sesekali melihat ke arah Tonpa dan berusaha mencari-cari alasan yang tepat.

Leorio : Ah... Tidak. Itu... Hmm... He he he (tertawa kaku) Bukannya begitu. Aku kenal kok yang bernama Ponzu itu, hanya saja aku sedikit lupa. Lagian selama di pulau bulan sabit kita semua kan bekerja serius secara terpisah-pisah jadi aku tidak fokus untuk melihat wajah para peserta ujian. Lalu, sewaktu mengambil kartu pun, aku hanya tidak mempunyai kesempatan untuk mencarinya...

Tonpa tersenyum licik dengan sangat lebar.

Tonpa : Hee... Apa aku harus memberitahumu?

Leorio : Apa?

Leorio merasakan firasat buruk ketika Tonpa mengatakan hal itu sambil tersenyum licik yang menyebalkan.

Tonpa : Penampilan targetmu, senjata, kemampuan khusus, dan kelemahannya. Tapi itu tidak gratis ya!

Tonpa kembali memegangi perutnya, terdengar ada suara aneh dari perut Tonpa. Ternyata Tonpa dengan sengaja memakan sesuatu untuk menyukseskan rencana dan bekerja sama dengan peserta nomor 118 (Sommy) untuk menipu Leorio.

Tonpa : Aku tadi memakan buah yang kurang bagus. Sejujurnya aku susah berdiri karena perutku sakit sekali. Bukannya kau ingin menjadi seorang dokter, kan? Apa bisa kau membantuku? Aku perlu obat... Ugh... (pucat pasi)

Leorio sedikit percaya karena dia melihat wajah Tonpa yang memutih karena menahan rasa sakit. Tonpa memegangi perutnya lalu memegangi pantatnya untuk menahan diare yang akan keluar. Leorio segera pergi mengambil tasnya yang ada di bawah pohon.

Leorio : Tunggu dulu. Tahanlah itu! Aku mempunyai semua obat diare dan obat sakit perut.

Tonpa : Ohh!! Terima kasih banyak!! (merasa senang)

Leorio : Tapi tidak gratis, katakan dulu apa yang kau tahu tentang targetku!

Tonpa mengatakan semuanya mengenai penampilan, gender, senjata dan kemampuan khususnya Ponzu supaya bisa membuat Leorio mempercayainya dan cepat membuka tasnya.

Setelah itu, dia memohon-mohon pada Leorio. Akan tetapi, Leorio mengatakan padanya dia akan memberikan obatnya tapi dengan menyuruh Tonpa untuk menjaga jarak darinya.

Tonpa mengikuti perintahnya, lalu saat Leorio membuka tasnya. Tiba-tiba Sommy yang dari tadi menunggu di balik semak-semak muncul dan menyerang Leorio.

Refleks Leorio melompat ke arah samping akan tetapi semua isi tasnya keluar berantakan. Monyet peliharaan Sommy langsung dengan cepat mengambil nomor IDnya Leorio dan kembali ke majikannya lalu memberikan nomor ID Leorio ke Sommy.

Sommy : Fufufu... Aku mendapatkan nomornya (tersenyum licik)

Leorio tidak bisa berkata apapun karena saking syoknya, dia hanya bisa terpaku diam di tempat saat melihat nomor IDnya telah di curi oleh Sommy.

Tonpa : Ternyata benar. Aku tahu kalau kau pasti menyimpannya di dalam tas kopermu itu (tersenyum licik)

Leorio : Tonpa! Ternyata kau bekerja sama dengannya?! (merasa geram)

Tonpa : Begitulah (tersenyum licik) Aku tidak butuh obatmu itu karena aku sudah punya! Gimana aktingku tadi? Bagus, kan? Lalu sebenarnya kau itu lah targetku.

Tonpa mengunyah obat diare yang dia dapatkan dari Sommy.

Leorio : Ja-jadi bagaimana dengan kartu yang tadi kau tunjukkan padaku itu?! (menahan amarah)

Sommy : Itu adalah nomor targetku. Lalu punya Tonpa yang ini (tersenyum licik)

Sommy menunjukkan sebuah kartu dengan angka yang tertera adalah 403 dan itu adalah nomornya Leorio.

Sommy : Kita bertukar kartu dan begitu mudahnya kau terkena trik kecil kami (tersenyum lick)

Tonpa : Kena kau! Hahahaha...

Sommy dan Tonpa tertawa keras sambil mengejek kebaikan dan kebodohan Leorio. Leorio langsung mengamuk. Dia yang sejak tadi menahan amarahnya pun langsung meledak. Tonpa yang melihat kemurkaan Leorio pun langsung kabur.

Sedangkan Sommy melompat ke atas pohon. Leorio mengejar sambil memaki Tonpa yang berlari sekuat tenaga. Tonpa terjatuh dan wajahnya 100% mendarat ke tanah karena kakinya di jegal oleh Kurapika yang tiba-tiba muncul di balik semak-semak.

Leorio hanya bisa melonggo. Dia kebingungan melihat Kurapika yang tiba-tiba muncul. Ternyata sejak awal Kurapika terus mengikuti Leorio dari belakang dan menyaksikan semuanya dalam keadaan diam. Dia menunggu yang tepat untuk menangkap Tonpa karena targetnya adalah Tonpa.

Leorio : Kurapika? (bingung)

Kurapika : Yo!

Leorio : Oh... AH!! BUKAN YO!! KENAPA KAU ADA DISINI, HAH?! (berteriak)

Kurapika : Itu karena aku membuntutimu (tersenyum)

Leorio : Hah?! (mulai emosi)

Kurapika : Targetku adalah dia! (menunjuk ke arah Tonpa) Leorio, apa kau mau bekerja sama denganku? (tersenyum)

Setelah puas menghajar Tonpa sampai wajahnya bengkak dan babak belur parah. Leorio mengikatnya dan meletakkannya di atas batu besar. Terus membuat papan pengumuman kecil bertulisan "tolong jangan dimakan ya!"

Leorio berlari sekuat tenaga untuk mengejar Sommy yang bisa dengan cepat bergerak bebas melompati pepohonan seperti monyet. Sommy tertawa mengejek saat melihat Leorio yang mengamuk. Tiba-tiba monyet peliharaannya menghilang.

Dia tersentak kaget lalu berhenti di atas pohon. Dia melihat monyet kesayangannya terancam di tangan Kurapika yang berdiri di atas pohon. Seketika Sommy menyerah. Dia dan monyetnya pun diikat di bawah batu besar bersama dengan Tonpa.

Dan pada akhirnya Kurapika mendapatkan nomor ID targetnya dan Leorio pun berhasil mendapatkan kembali nomor IDnya. Meskipun misi mereka selesai, akan tetapi Kurapika yang merasa memanfaatkan Leorio memutuskan untuk membantu dan menemani Leorio untuk mencari targetnya Leorio.

Kembali di bagian Gon dan Hisoka.

Tidak terasa matahari sudah kembali terbenam. Akan tetapi Hisoka masih tetap diam di tempat. Gon yang sudah menunggu terlama lama menjadi ragu dan berpikiran negatif karena sampai matahari terbenam pun Hisoka tidak bergerak sama sekali.

Gon : (Kenapa dia masih belum bergerak? Apa jangan-jangan targetnya dia adalah aku dan dia juga sudah tahu kalau targetku adalah dia? Jadi dia tahu kalau aku akan datang menemuinya makanya dia terus menungguku?)

Gon menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Gon : (Tidak. Berpikirlah positive! Dia pasti bergerak! Aku hanya perlu bersabar dan menunggu)

Malam hari pun tiba. Hisoka memandangi langit malam. Gon juga mengikuti arah pandang Hisoka dan terlihat ada sebuah bulan sabit. Tiba-tiba hawa bloodlustnya Hisoka muncul keluar dan itu membuat Gon sangat ketakutan sehingga menutupi matanya dengan erat. Tubuh Gon gemetaran hebat dan air keringatnya bercucuran tanpa henti.

Gon : (Kowai! Kowai! Kowai! Iya da! Koko ni itakunai! (Aku takut! Aku takut! Aku takut! Tidak! Aku tidak ingin berada disini!) Aku bisa merasakan nafsu membunuhnya yang luar biasa itu dari sini!)

Bukan hanya Gon, semua hewan yang berada di sekitar sana pun juga langsung kabur dan bersembunyi ketakutan. Burung-burung yang berterbangan ketakutan. Sedangkan Lucia yang berada beberapa meter dari mereka berdua memegangi tubuh munggilnya untuk menahan dirinya supaya tidak terpancing dengan hawa bloodlust milik Hisoka.

Lucia : (Hisoka brengsek! Cepat tenangkan dirimu dong!)

Tanpa terasa matahari pun kembali menampakkan batang hidungnya dan terdengar suara burung berkicau. Meskipun tidak sepenuhnya menghilang, hawa bloodlust milik Hisoka sedikit mereda dan Hisoka berusaha tenang. Dia menahan dirinya lalu bangkit dari tempatnya dan mulai bergerak untuk mencari targetnya.

Gon : (Bagus dia mulai bergerak! Aku pasti bisa melakukannya!)

Sudah hampir tiga jam, Hisoka terus berjalan membungkuk tanpa berhenti dengan pelan. Wajahnya sangat menyeramkan dan aura disekitaran tubuhnya juga sangat gelap. Sejak tadi dia tidak menyadari keberadaan Gon yang membuntutinya dari belakang.

Gon : (Hawa membunuhnya belum mereda sepenuhnya. Jika di lihat dari kondisinya sekarang, aku menjamin dia pasti menyerang siapa pun yang ditemuinya dan disitulah kesempatanku untuk mencuri nomor ID nya! Aku harus fokus! Ah, sebaiknya aku menemukan mangsanya sebelum dia menemukannya terlebih dahulu!)

Gon pun dengan cepat berlari ke arah samping. Dia memanfaatkan semak-semak yang ada untuk menutupi dirinya dari Hisoka lalu berlari ke depan lebih cepat. Gon memanjati pohon besar untuk mencari target Hisoka.

Gon : (Kalau dari atas sini aku bisa lebih cepat menemukan peserta yang akan ditargetkan oleh Hisoka sebelum Hisoka yang menemukannya!)

Dengan tenang, Gon mulai melihat dari arah kiri lalu ke arah kanan.

Gon : (Ada! Ketemu!)

Gon langsung mencari sosok Hisoka untuk melihat ke arah mana Hisoka akan berjalan dan di mana mereka akan bertemu.

Gon : (Lalu, aku harus mencari tahu di mana jalan mereka akan berpapasan... Ah! Di sana ya!)

Dengan cepat Gon langsung menuruni pohon.

Gon : (Aku harus buru-buru! Kesempatanku cuma sekali dan itu harus berhasil!)

Gon berlari cepat lalu menemukan titik spot yang sangat bagus. Dia bersembunyi di balik semak-semak dan menunggu sampai Hisoka dan peserta itu berpapasan di tengah-tengah sesuai perkiraannya. Dia memegangi alat pancingnya dengan erat.

Kali ini Gon merasa sangat percaya diri. Tidak ada sedikitpun rasa takut ataupun keraguan. Meskipun merasa tegang, Gon sangat yakin dan bersemangat. Dia menghilangkan keberadaannya lalu menutupi matanya, Gon berkonsentrasi untuk merasakan langkah kaki Hisoka dan peserta ujian itu.

Hisoka yang melihat ada seseorang peserta di depannya langsung tersenyum lebar yang menyeramkan dan menancap gas, dia berlari sangat cepat bagaikan kerasukan dengan hawa nafsu membunuh yang tinggi. Hisoka menunjukkan ekspresi gila yang menyeramkan. Dia menggeluarkan kartu jokernya dan bersiap-siap untuk membunuh targetnya.

Peserta ujian yang menyadari hal itu sangat terkejut. Dia melihat Hisoka semakin mendekatinya akan tetapi dia tidak bisa berbalik mundur atau pun kabur, terpaksa dia menggeluarkan golok besar dari balik bajunya. Meskipun tangannya bergemetaran hebat dia memberanikan dirinya untuk menantang Hisoka.

Peserta ujian : Hisoka?! Sial! Majulah brengsek!!! (Berteriak keras)

Hisoka : GYAAAAA!!!

Tiba-tiba dengan kecepatan tinggi Lucia muncul dari arah diagonal. Dia melakukan tendangan keras ke arah Hisoka. Hisoka sedikit tersentak. Tendangan Lucia tidak berhasil mengenai Hisoka karena berhasil di tangkis oleh Hisoka. Hisoka menahan tendangan kerasnya Lucia dengan gelang besi ditangannya sehingga Hisoka sedikit termundur ke belakang.

-Bersambung-

Bagaimana dengan cerita pada episode kali ini, Readers? Semoga sukses membuat kalian penasaran dan berteriak keras ya. Hahaha... #kabur 🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️

Ya, seperti biasanya jangan lupa KOMENTAR dan tentu saja VOTE supaya Author semangat ya! Terima kasih banyak 🙏😊 Mohon ditunggu kelanjutannya ya ❤


Load failed, please RETRY

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C61
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk