Jinna : Ini...
Kurapika : Ini adalah kalung emas dari suku Kuruta yang mempunyai kekuatan sebagai pencipta kebakaran.
Leorio tidak jadi menanyakan harga dari peluru meriam tadi. Dia berdiri diam di samping dan melihat Kurapika sedang membicarakan kalung dari sukunya ke Jinna. Gon, Lucia dan Killua yang mendengarkan pembicaraan Kurapika datang ke tempat mereka.
Jinna : Kalung ini asli...
Gon : Mahal tidak?
Jinna : Kalau dilihat dari segi harga, nilainya tidak terlalu tinggi.
Killua : Ooh, begitu.
Kurapika : Aku tidak bermaksud untuk menukarkan kalung emas itu dengan uang. Aku juga tidak butuh kamar. Aku hanya menunjukkannya, karena kupikir kalau anda mungkin mengetahui sesuatu tentang kalung ini. Tolong beritahu aku, sejak kapan kapal karam itu berada disana?
Jinna dan Banna beserta Gon dan para peserta lainnya refleks melihat ke arah kapal karam yang ditunjuk oleh Kurapika yang berwarna merah maron yang tidak terlalu jauh dari tempat Jinna berada.
Banna : Sejak pertama kali kami memulai usaha disini, kapal itu telah ada disana.
Jinna : Mengenai suku Kuruta, maaf tidak ada hal yang bisa kuceritakan padamu.
Kurapika : Oh, begitu.
Jinna : Nah, kukembalikan kalung emas ini lalu...
Jinna meletakan kalung emas beserta sebuah kunci kamar di atas meja.
Jinna : Ini terimalah. Kupinjamkan sebuah kamar untukmu secara gratis karena kau sudah bersusah payah menemukan kalung emas yang sangat berharga itu. Tapi, karena kunci kamar ini untuk kamar yang berisi dua orang. Tidak masalah kan, jika kupasangkan dengan yang lainnya nanti?
Kurapika : Tidak masalah. Terima kasih (tersenyum)
Banna : Silakan ke kamar kelas 2, nomornya 210.
Gon, Killua, Lucia, Leorio dan Kurapika saling pandang lalu tersenyum. Gon mengacungkan jempolnya. Setelah itu, Gon, Killua dan Kurapika duluan berpisah dari Leorio dan Lucia. Mereka menuju ke kamar masing-masing.
Jinna : Baik, orang berikutnya...
Leorio : Hei, kakek. Kira-kira peluru meriam ini dapat harga berapa?
Jinna : Mari kulihat dulu...
****************************************
Tidak lama kemudian, semua peserta mendapatkan kamar mereka masing-masing.
Lucia : (Aku memang sudah mendapatkan kamar kelas 1 untuk tiga orang. Tapi kenapa aku harus sekamar dengan mereka?!) *merasa kesal*
Lucia mengomel panjang lebar sendirian di dalam hatinya. Ternyata pasangan kamarnya adalah Bourbon dan Geretta.
Bourbon adalah peserta ujian dengan menggunakan ular, sedangkan Geretta adalah peserta ujian dengan menggunakan sumpit panjang untuk berburu.
Lucia : Ular-ular sialan! Dan kau peserta dengan nomor 384, kenapa kau bisa setenang ini saat dikelilingi oleh ular-ular sialan itu?! Kalau kalian memonopoli semuanya begini, aku jadi tidak bisa beristirahat dengan tenang, kan?! (marah)
Geretta dan Bourbon : . . . . . (tidak perduli)
Ular : Shiiiiii.... (berdesis)
Lucia : (Apa kubunuh saja semua ular-ular sialan ini?!) *tersenyum licik*
Tanpa sadar Lucia yang merasa kesal menggeluarkan sedikit hawa bloodlust miliknya. Ular-ular Bourbon yang menggelilingi Lucia pun langsung pergi berhamburan karena ketakutan.
Lucia : (Tidak, itu tidak ada untungnya bagiku. Lagipula ularnya terlalu banyak. Ah, sebaiknya aku keluar untuk mencari Killua saja)
Di bagian Gon dan Killua.
Gon duduk dengan tenang di atas pipa besar tempat pembuangan air. Dia sedang memancing ikan. Gon sedang menunggu umpannya digigit oleh ikan. Sedangkan Killua hanya diam berdiri tepat di belakang Gon. Dia melamun sambil sesekali melihat ke arah Gon.
Gon : Ah!! Umpannya digigit!!
Gon menarik alat pancingnya sekuat tenaga.
Gon : Dapat!! (senang)
Killua kaget dan menghindar ke arah samping karena ikan yang di dapat oleh Gon melompat ke arahnya.
Killua : Hiiiii!!!
Gon segera menangkap ikan yang dari tadi melompat-lompat ditempat.
Gon : Wah, lihat Killua. Ikannya besar juga ya!
Killua yang masih takut dan sedikit shock tidak bisa berbicara apapun. Dia sedikit jijik dengan ikan yang masih hidup.
Gon : Killua, kau mau coba mancing tidak?
Killua : Oh? Hmm, boleh ya?
Gon : Iya, nih kupinjamkan alat pancingnya, cobalah tangkap satu ekor!
Gon mengambil cacing yang masih hidup dari dalam sebuah kotak kecil yang tadi dia ambil dari dalam tasnya.
Gon : Pertama-tama, pasang umpannya seperti ini. Nah, gunakan cacing yang masih segar ini ya.
Killua : Hiiii... Cepat jauhkan dariku sana!! Bisa-bisanya kau memegang benda itu dengan tangan kosong seperti itu?! Menjijikan!!
Gon tercengang dan kebingungan melihat reaksi Killua yang merasa jijik dan takut dengan seekor cacing yang bergerak-gerak ditangannya.
Gon : (Aneh! Padahal dia sendiri bisa memegang jantung atau benda hal yang lebih luar biasa dari ini?)
Setelah Gon memasangkan umpan pada ujung kailnya, dia melempar umpan itu ke dalam air.
Gon : Nih pegang pancingnya ya. Kalau dapat, tarik sekuat tenaga ya!
Killua duduk di sebuah pipa besar yang tadi digunakan oleh Gon. Dia dengan semangat menunggu pancingnya bergerak. Gon mengajari Killua bagaimana cara memancing ikan.
Gon : Kau undang ikannya.
Killua : Apa?
Gon : Caranya gerakkan alat pancingnya seperti ini secara perlahan-lahan ke kiri dan ke kanan atau di goyang seperti ini supaya umpannya terlihat sangat lezat dan menarik perhatian para ikan.
Killua mengikuti gerakan Gon dan tidak lama kemudian, umpannya digigit oleh ikan.
Killua : Dapat!! (senang)
Gon : Tunggu sebentar sampai ikannya memakan umpannya sepenuhnya. Lalu, tarik sekuat tenaga!
Killua : Okay!!
Gon : (Killua memang hebat, padahal baru pertama kali dan aku cuma menjelaskannya sekali dan dia langsung bisa) *tersenyum*
Gon : Sekarang!!
Killua langsung menarik sekuat tenaga dan ikannya pun melompat keluar, akan tetapi Killua terkejut dan berteriak keras.
Killua : Uwaaaaaaaa!!! Apa ini?! Singkarkan dariku cepat!!
Gon hanya tertawa melihat reaksi Killua yang ketakutan dengan ikan yang melompat-lompat ke arahnya.
Gon : Hahahaha...
Killua : Uwaaaa!! Menjijikan!!
Killua meskipun merasa takut dan jijik, dia memaksakan diri untuk berdiri lalu hendak memberikan ikan hasil tangkapannya ke Gon.
Ketika Killua mau memberikan alat pancing beserta ikan yang masih sedikit melompat-lompat itu, tanpa sengaja Killua melihat ke mata ikan tersebut. Mata ikan tersebut seolah-olah melotot ke arah Killua.
Tiba-tiba terdengar suara yang muncul dari kepala Killua dan itu membuat Killua semakin takut. Gon kebingungan melihat reaksi Killua yang semakin takut.
Ikan : "Kenapa kau melihat mataku begitu, oniichan?"
Killua : Gon!! Ikannya berbicara!!! (berteriak histeris)
Gon : Haa?
Tiba-tiba terdengar ada seseorang yang tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya di belakang mereka. Gon dan Killua refleks melihat ke arah sumber suara yang ternyata adalah Lucia.
Lucia : Hahahaha... Aduh, lucu sekali. Tidak kusangka oniichan masih tidak berubah tetap saja takut pada ikan.
Killua antara merasa malu dan kesal pun memberikan alat pancing dan ikan yang masih melompat-lompat ke Gon dan langsung mengejar Lucia yang kabur.
Gon yang tidak mengerti hanya bisa diam tercengang melihat kedua sahabatnya saling mengejar satu sama lain di dek kapal.
**************************************
Sementara itu di lobby, terlihat Hanzo sedang protes dan marah-marah ke arah Jinna. Dan Leorio yang juga bermaksud mau menukar kamarnya menghentikan langkah kakinya saat mendengar Hanzo menyebut nama Kurapika.
Hanzo : Ini tidak bisa diterima! Apa kacamata ini hanya hiasan saja, hah?!
Jinna : Tidak. Tolong tenang dulu sebentar.
Hanzo : Tenang bagaimana?! Mustahil kau tidak mengetahui nilai harta-harta itu, kan?! Sudah hotelnya buruk. Pelayanannya pun buruk! Kenapa aku harus satu kamar dengan Kurapika yang hanya mendapatkan satu kalung murahan, hah?!
Jinna : Itu...
Leorio : Tunggu sebentar, bagaimana kalau tukar dengan kamarku, kalau kau tidak suka dengan kamarmu yang sekarang?
Hanzo : Memang kamarmu bagaimana?!
Leorio : Kamarku ada di paling ujung lorong ini dan cukup dengan satu orang dan kamarku mendapatkan sinar matahari. Bagaimana?
Hanzo langsung melepaskan kerah baju Jinna dan mendekati Leorio. Dia memegangi tangan Leorio dengan senang.
Hanzo : Ok, aku setuju. Terima kasih. Ini kunci kamarku, nomornya bisa kau lihat di kuncinya. Silakan!
Leorio menerima kunci Hanzo dengan senang hati. Hanzo pun dengan penuh semangat langsung pergi berlari menuju ke kamar Leorio.
Jinna : Kau tidak apa-apa menukarnya begitu saja?
Leorio : Iya, aku tidak apa-apa. Lagian, kamarnya itu adalah kamar temanku dan aku ada sedikit urusan, kakek tua.
Leorio pergi meninggalkan Jinna yang kebingungan menuju ke kamarnya Kurapika. Kurapika yang baru saja selesai mandi pun sedang memakai bajunya.
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Kurapika refleks melihat ke arah pintu yang terbuka dan terlihat Leorio berdiri di ambang pintu dengan tersenyum lebar di wajahnya.
Leorio : Hai...
Kurapika : Kenapa tidak mengetuk pintu dulu?
Leorio : Memangnya kenapa? Kita kan rekan sekamar.
Kurapika tidak menanggapi jawaban Leorio. Dia berjalan menuju ke arah tempat tidurnya, lalu mengambil kalung emas yang tadi dia letakan di atas kasurnya. Kurapika memasukkan kalung emas tersebut ke kantong celananya.
Leorio : Hanzo yang meminta tukar denganku, berarti memang sudah takdir.
Kurapika berjalan menuju pintu dan melewati Leorio begitu saja, lalu berkata sesuatu.
Kurapika : Di antara teman baik pun ada sopan santun.
Leorio : Hai, mau kemana?
Kurapika menghentikan langkah kakinya tepat di ambang pintu tanpa menoleh melihat ke arah Leorio.
Kurapika : Bukan urusanmu.
Setelah mengatakan itu, Kurapika langsung menutup pintu kamarnya dan meninggalkan Leorio yang hanya terpaku diam berdiri di tempat. Lalu, beberapa detik kemudian, Leorio memegangi dagunya dan bergumam, "Bukan urusanku, ya?"
***************************************
Sementara itu, kembali di bagian Hanzo.
Hanzo tidak bisa berkutik sedikit pun. Dia tidak memakai satu pun busana. Dia hanya memakai celana dalam dan berbaring di tempat tidur.
Tempat yang ditempati oleh Hanzo saat ini memanglah sesuai dengan perkataan Leorio. Kamar kelas 3 untuk satu orang dan bisa mendapatkan sinar matahari.
Hanzo : Memang ini adalah kamar satu orang dengan sinar matahari yang bagus. AKAN TETAPI!!! KALAU BEGINI, JANGANKAN BISA BERISTIRAHAT DENGAN TENANG. OTAKKU PUN BISA BERDIRI!!
Tanpa sengaja, Hanzo memegangi ganggang jendela bulat yang terbuat dari besi yang ada disamping tempat tidurnya, lalu berteriak dengan keras dan otomatis langsung bangkit dari tempat tidurnya.
Hanzo : PANASSSSSS!!!!
***************************************
Di bagian peserta ujian lainnya.
Tonpa duduk di atas kasur dan memegangi samping wajahnya. Dia merasa sangat tertekan dan ketakutan.
Tonpa : (Setelah mengikuti ujian Hunter sebanyak 35 dan terus bertahan hidup. Meskipun tidak pernah berhasil menjadi seorang Hunter, inilah pertama kalinya aku mengalami kesulitan seumur hidupku)
Dengan hati-hati dan berat hati, Tonpa melihat ke arah pasangan kamarnya yang sedang duduk di atas kursi. Pasangannya sedang melihat ke arahnya dengan tatapan tajam, serius dan menusuk seperti ingin menusuknya hidup-hidup dengan jarum miliknya. Pasangannya ternyata adalah Illumi.
Tonpa : (Kenapa aku harus sekamar dengan orang aneh seperti dia?! Dia tidak jelas manusia atau tidak. Bukan hanya tatapannya yang tajam dan menekan ini, akan tetapi tampangnya yang tanpa ekspresi itu sangat mengerikan karena seluruh wajahnya hingga tubuhnya penuh dengan jarum. Tolong aku, dia sedang melihat ke arahku!!! T_T)
Tonpa pun menangis dan berteriak keras dalam hati. Inilah yang disebut sakit tapi tidak berdarah. Tonpa langsung berlari keluar dari kamar untuk mencari orang yang mau bertukar kamar dengannya.
-Bersambung-
Please VOTE and COMMENT 😊 Thank you 🙏