"SAMPAI BERTEMU LAGI SEMUAAA!" Luffy berteriak dan melambai ketika Going Merry menuju ke pusaran air raksasa. Trio pengecut berteriak dan menangis serta berpegangan di pagar kapal setiap saat, sementara empat anggota yang lebih kuat menyikapi situasi ini dengan cara yang berbeda.
Luffy melompat-lompat kegirangan, Robin tampak tegang, tetapi terlihat tenang, Zoro berpegangan pada pagar dengan seringai di wajahnya, sementara Sanji terus menawarkan kedua wanita itu lengannya sebagai pegangan (Nami lebih sering ditawari, karena dia tampak takut, sedangkan Robin tidak ). Burung di pagar tampak panik, ketika ia mencoba terbang, tetapi ia terikat ke pagar.
Kemudian semuanya tiba-tiba berhenti.
"Hmm, kenapa keseruan ini berhenti ?!" Luffy cemberut dan kecewa.
"APANYA YANG SERU?!" teriak hampir semua orang, kecuali Robin dan Zoro. Keduanya hanya tertawa.
"Tapi berlayar di pusaran air sangat menyenangkan!" Luffy cemberut lagi. "Lebih seru dari yang pertama kali!"
"Pertama kali?" Zoro bertanya, sementara beberapa anggota kru menepok jidat, menghela napas, atau tertawa.
"Yap! Shishishishi! Ketika aku berlayar dari desa asalku, aku secara tidak sengaja berlayar ke pusaran air!" Luffy menjelaskan. Mata Zoro menonjol keluar.
"Kau hampir mati bahkan sebelum mendapatkan first matemu ?!" Zoro berteriak pada kaptennya. Luffy mengangguk dan tertawa malu-malu.
"KAU IDIOT!" Teriak Nami, sementara Luffy terus tertawa.
"Well, jika aku mati, maka biarlah terjadi." Luffy memberitahunya. "Itu berarti sejauh itulah aku bisa pergi!"
Mata Zoro melebar setelah mendengar ini.
-------------
Flashback:
"Mari kita menguji kutukan pedang ini dengan keberuntunganku. Jika aku kalah ... maka itu berarti aku tidak akan pernah menjadi orang yang istimewa!"
------------
Zoro menyeringai.
"Jadi, tidakkah kau akan malu jika kau mati karena pusaran air ?!" Nami bertanya. Namun Luffy terkekeh.
"Aku akan mati, jadi bagaimana aku bisa malu?" Luffy bertanya dan menatap Nami.
"Jadi, sekarang apa yang terjadi?" dia bertanya setelah beberapa saat hening, tetapi pertanyaannya dijawab oleh seseorang yang bukan anggota krunya.
"HEY, MUGIWARA!" seseorang berteriak. "Aku datang untuk kepalamu. Zehahahaha!"
Tinju Luffy segera menghitam. Tawa Blackbeard langsung terhenti.
'Jadi, aku tidak salah.' dia pikir. 'Dia pasti sangat kuat.'
"Tapi kau sepertinya tidak tertarik kemarin!" Luffy balas berteriak, berusaha membuat suaranya terdengar senetral mungkin.
"Zehahahahaha! Itu sebelum aku tahu kau menolak posisi Shichibukai dan mendapat bounty bagus di kepalamu! Tapi kurasa kau tidak tahu itu! Jadi lihatlah ini!" Blackbeard berteriak dan menunjukkan dua poster buronan.
"Pemburu bajak laut Zoro, 60.000.000 Berry ... dan Monkey D Luffy, 160.000.000 Berry! Zehahahaha!" Blackbeard memberitahunya. Sebagian besar Kru Luffy menganga mendengar ini. Luffy hanya menyeringai.
"Jadi kurasa Smoker juga tidak memberi tahu mereka tentang haki-ku atau mereka tidak percaya padanya." Luffy pikir. 'Itu bagus. Aku hampir berpikir bahwa aku akan merusak rencanaku karena itu. '
Tapi kemudian matanya tertuju pada Blackbeard. Luffy menyeringai lagi.
'Dia menginginkan kepalaku.' Luffy berpikir dan menyeringai. 'Jadi, kurasa itu artinya aku bisa membunuhnya sekarang.'
Luffy menarik pedangnya dan menebas ke depan dari pagar kapal.
"Tsuyoi Akainami (Strong Red Wave)!" Luffy berteriak dan gelombang besar berwarna merah darah melaju menuju rakit kecil Blackbeard yang menyedihkan.
'Kamu belum memiliki seorang pendekar pedang.' Luffy berpikir dengan seringai jahat. 'Jadi, apa yang akan kau lakukan, Fatbeard?'
Robin meliriknya.
'Dia tidak bercanda.' pikir Robin dengan mata melebar. 'Tebasan itu dimaksudkan untuk membunuh!'
Beberapa anggota lain menatap Luffy dengan terkejut.
'Ini tidak pernah terjadi sebelumnya.' Pikir Zoro. 'Krieg agak mirip, tapi ini di level lain. Luffy hanya ingin menutup mulut Krieg, tetapi orang ini ... '
Pada saat-saat terakhir, Jesus Burgess menendang Blackbeard ke sisi lain rakit dan segera setelah dia menarik kembali kakinya, gelombang pedang itu melaju melewati bagian tengah rakit dan memotongnya menjadi dua, menggores kakinya dan menghancurkan sebagian besar sepatunya. Air yang telah terbelah, mulai terisi. Kedua bagian rakit itu mengapung ke arah yang berbeda dan rakit itu juga mulai retak dari efek setelah serangan. Segera, kedua bagian itu retak dan kemudian rakit itu oecah menjadii sepuluh potong. Blackbeard berpegang erat-erat pada satu bagian rakit menatap dengan ngeri ke arah Luffy.
Luffy menyeringai dan mengangkat pedangnya lagi.
'Tidak, aku tidak bisa mati di sini!' Pikir Backbeard. Dia tampak takut setengah mati. Dia tahu kecuali suatu kejaiban terjadi, dia akan mati.
"HEY, BERHENTI!" dia berteriak memohon. "JANGAN LAKUKAN!"
Mata Luffy menjadi gelap dan dia mengertakkan giginya karena marah. Blackbeard tahu bahwa dia mungkin memperburuk masalah.
"Satu-satunya hal yang aku benci adalah pembunuh nakaman, Blackbeard ... adalah bajingan pembunuh nakamanya!" Luffy mengatakan ini dan memotong ke depan.
Namun begitu dia melakukannya, sebuah peluru mengenai tepat di kepalanya. Luffy memantulkan peluru, tapi tembakan itu cukup untuk mengubah arah tebasan Luffy. Gelombang pedang Luffy melewati Blackbeard, menghancurkan sepotong rakit lain di dekatnya, tetapi tidak melukainya.
Luffy mengengok ke kiri dan menatap Auge, penembak jitu Blackbeard, yang berdiri di atas sepotong rakit, dengan senapan mengarah ke arahnya.
'Setidaknya nakama-nya setia.' Luffy berpikir. 'Untuk sekarang …'
Penembak jitu itu menembaknya beberapa kali, mencegah Luffy melakukan sesuatu selama beberapa saat. Kemudian, pelurunya habis. Luffy menyeringai padanya dan berbalik ke Blackbeard, namun begitu dia akan memotong untuk ketiga kalinya, air meledak dari bawah mereka.
Going Merry terlempar ke langit.
-----------------
Seluruh anggota Blackbeard berjalan ke kapten mereka dan bersama-sama mereka duduk di atas sepotong kayu terbesar.
"Zehahahaha! Aku masih hidup!" Teriak Blackbeard. "Aku cukup beruntung, bukan?"
Sang juara, Jesus Burgess merengut.
"Kapten, bagaimana kau bisa menganggap ini enteng?" dia berteriak pada kaptennya. "Kau sudah sedekat ini dengan kematian dan itu semua salahmu!"
"Zehahaha! Tapi aku hidup!" Blackbeard berteriak lagi. "Kurasa belum waktunya aku mati, eh Auge?"
"Tepat." Penembak jitu itu menjawab pelan.
"Oh dan terima kasih, Auge!" Blackbeard memberitahunya. Penembak jitu mengangguk.
"Jujur, kapten!" Burgess sedikit kesal. "Jika kau tahu dia bisa melakukan itu, mengapa kita menyerangnya di laut ?!"
"Tapi aku tidak tahu tentang itu!" Blackbeard menjawab. "Pokoknya, lupakan saja sekarang. Yang penting kita semua baik-baik saja! Zehahahahaha!"
"Terserahlah."
-------------------------
Sementara itu, di Going Merry, yang sedang terbang menuju langit. Luffy menyarungkan pedangnya dan mengepalkan kedua tangannya. Dia berdiri di bagian samping Going Merry.
'Sial!' Luffy berpikir. 'Aku gagal! Itu adalah kesempatan terakhir ku untuk menyingkirkannya sebelum dia mendapatkan Ace! Mengapa aku tidak mengabaikan permintaan Shirohige dan membunuhnya saat di kota! '
Luffy mengertakkan gigi.
Ketika akhirnya dia mengangkat kepalanya, Luffy melihat Zoro dan Robin menatapnya.
'Dia bahkan nyaris tidak memperhatikan posisi kapal ini berada.' Robin berpikir. 'Ini bukan tentang kebijakannya soal perjanjian dengan White beard saja. Ini sepertinya masalah pribadi. '
Luffy mengambil napas dalam-dalam dan memaksakan senyum di bibirnya. Dia melihat sekeliling dan memperhatikan sisa nakama-nya, jauh lebih tenang dari ketiganya.
"Buka ikatan layar!" Nami memerintah. "Ini bukan hanya pilar air! Ini seperti lautan! dengan aliran yang mengalir secara vertikal!"
"YOSH!" Luffy berteriak dan senyuman sekarang, Luffy melupakan blackbeard sedikit ketika melihat navigator yang bertekad kuat. Luffy terus melakukan apa yang diperintahkan. Nami melanjutkan untuk menjelaskan beberapa hal tentang fenomena ini, tetapi Luffy hanya fokus pada apa yang dia lakukan.
"Siapa navigator kapal ini?" Luffy mendengar Nami bertanya. Luffy hanya menyeringai emndengar ini.
"Itu adalah Nami Swaann!" Sanji bernyanyi dengan hati di matanya, tetapi tidak melakukan tarina mienya. (Itu mungkin sedikit berbahaya untuk dilakukan dalam situasi seperti itu.)
Nami terus meneriakkan perintah saat Luffy melompat turun dari tiang utama dan mendorong tangannya ke udara.
"SKY ISLAND KAMI DATANG!"