Semua orang di buat terkejut melihat Gama menunjuk ke arah ruangan kosong di pinggir tangga yang ada di sebelah kiri perpustakaan.
"emm.. itu kan bukan orang" kata Nanda meragukan.
"Hahaha maaf maaf. Maksud Gama, orangnya ada di... Dalam sini" kata Gama dengan cerianya membuka pintu itu, dan di dalam ruangan yang di penuhi dengan bangku bangku yang sudah rusak dan tidak terpakai, ada seseorang yang sedang meringkuk di sana sambil memandangi mereka dengan ketakutan.
Dia meringkuk ketakutan dan terlihat gemetar dengan celana panjang dan jaket kulit serta ada sebuah HT di tangannya.
"Siapa kau?" Tanya Ady aneh Mencoba mendekat perlahan.
Orang yang sedang ketakutan itu secara spontan berdiri dan mencoba menerobos dengan mengeluarkan sebuah pisau lipat yang dia sembunyikan di balik jaketnya. Ady yang melihatnya pun jadi terkejut sampai tidak bisa bergerak.
Tapi dengan cepat, Rendra yang berada di ambang pintu maju mendekat dan menendang pisau yang di pegang oleh orang itu dan langsung mengunci pergerakan orang itu dengan kakinya di lantai.
"Hei bodoh, apa yang mau coba kau lakukan?" Tanya Rendra dengan ekspresi yang teramat datar.
Ady yang masih kaget melihat kejadian itu di hadapannya terdiam melihat Rendra mendudukinya. Pisau dan HT yang di pegang orang itu pun terjatuh di lantai.
"Ren sudah cukup, dia terlihat kesakitan" kata Ady memelas. Rendra yang mendengar Ady berbicara begitu pun melonggarkan kunciannya sedikit dan berbisik.
"Dengar, jangan coba-coba melakukan hal bodoh, kau mengerti?" Tanya Rendra sambil membantu orang itu berdiri dan menahan tangannya di belakang punggung.
Orang bertubuh kurus dan terlihat tidak terawat itu sedang gemetar karena tangannya terus di tahan oleh Rendra.
"Kenapa kau mengambilnya?" Tanya Resti sedih.
"Ughh.. bukan aku, aku hanya di suruh oleh seseorang" katanya masih mencoba membebaskan diri dari cengkraman Rendra.
Gama yang melihat HT itu tergeletak di sana pun berjalan mendekat dan mengambil HT itu. Rendra yang melihat adiknya mendekat, rupanya cukup membuat Rendra lengah. Orang itu berhasil lepas dan langsung mengambil pisau lipat itu dan membawa Gama ke pojok ruangan. Dengan gemetar dia meletakkan ujung pisau itu di leher Gama sampai ada sedikit luka di lehernya.
"Ce-ce-cepat minggir, atau anak ini akan terluka" katanya gemetaran. Rendra yang kesal karena kelalaiannya pun tidak berani mendekat.
Anna, Resti dan Nanda yang berada di depan pintu pun ikut khawatir melihat Gama. Tapi Gama sendiri justru terlihat tenang dan malah menyentuh ujung mata pisau yang berada di lehernya.
"Apa paman yakin?" Tanya Gama datar.
"Hhhh.. hah? Bicara apa kau?" Tanya orang itu gelagapan.
"Kalau paman ingin menyandra, orang yang seharusnya paman hindari itu justru Gama" kata Gama perlahan menyentuh pergelangan tangan orang itu.
"Hhhh.. hah? Kenapa memangnyAAAAAA...!!!!" Dalam sekejap Gama mencengkram pergelangan tangan orang itu dan membantingnya di lantai.
"Karena kekuatan kita berbeda jauh" kata Gama masih meremas tangan orang itu hingga terdengar tulangnya retak dan orang itu berteriak sangat keras sampai ke seluruh penjuru sekolah.
"Adik kecil cukup, lengannya patah" pinta Ady dan Gama pun melepaskan nya lalu mengambil pisau itu dan memberikannya ke Ady.
Murid-murid kelas 3-B yang lainnya baru saja sampai dan mereka terengah-engah karena habis berlari dari kelas mereka.
"ADA APA?" tanya Rijal panik.
Semua murid pun melihat ke dalam ruangan itu mulai mengerti apa yang terjadi di sana. Mereka melihat seorang pria yang meronta kesakitan sambil terus memegangi pergelangan tangan kanannya yang baru saja patah.
"Gawat teman-teman, ada guru yang sedang naik kesini" kata Shinta panik setelah melihat ke arah tangga.
"Cepat cepat, sembunyikan Gama" kata Nanda ikut panik dan beberapa murid menarik Gama dan membawanya ke kelas mereka.
Ady, Rendra, Rijal dan Rilang yang masih berada di ruangan itu pun di hampiri guru.
"Hei, ada apa ribut ribut? Ini kan masih jam pelajaran sekolah, sudah bodoh malah membuat keributan" kata guru perempuan itu ketus.
Namun untuk sesaat dia melihat ada seseorang yang terlihat kesakitan di dalam ruangan itu.
"Apa ini?? Siapa orang itu?? Apa yang sudah kalian perbuat hah? Aku akan melaporkan ini ke polisi" kata guru itu kesal sambil berjalan turun dan pergi ke ruang guru untuk menelpon polisi.
"Bagaimana ini?" Tanya Rilang.
"Aah.. santai saja, tidak mungkin kita di tangkap, toh kita kan tidak menyentuhnya sama sekali" kata Rijal menenangkan temannya.
Tapi saat itu juga Rendra mengangkat tangannya.
"Aku menyentuhnya" kata Rendra datar.
"Dan juga.. ada pisau lipat di tangan ku hehehe.." kata Ady sambil memperlihatkan pisau yang dia pegang. Kedua temannya pun langsung menjadi panik dan mencoba menyembunyikan Ady dan Rendra.
"Hei hei, tenanglah teman-teman, tidak apa-apa" ucap Rendra mencoba menenangkan mereka, tapi Rilang dan Rijal seakan tidak mendengar ucapan Rendra dan tetap mendorongnya.
Guru perempuan tadi pun kembali naik dengan langkah kaki yang sengaja di hentakan dengan keras ke lantai karena kesal.
"Aku sudah menelpon polisi, dan kalian berempat akan tau akibatnya" ancam guru itu kesal bersama seorang guru BP laki-laki.
"Bagus lah, pekerjaan kita jadi lebih mudah" kata Rendra tersenyum dengan wajah malasnya.
Gama yang di bawa oleh semua murid ke dalam kelas pun mulai bingung dimana mereka harus menyembunyikan Gama.
Lalu mereka melihat dari jendela terlihat kalau Ady, Rendra, Rilang dan Rijal sedang berjalan kembali dan di belakang ada dua guru yang mengikuti mereka.
"Tunggu disini, jangan coba-coba untuk kabur" kata guru perempuan itu.
"Kalian ini tolol atau bagaimana hah? Kalau tau kalian bodoh, kalian seharusnya belajar, bukannya malah berkeliaran seperti binatang. Sudah bodoh, kelakuan pun tidak menunjukkan seorang murid. Dasar tidak berguna!!" teriak guru itu murka dan pergi meninggalkan kelas itu.
Semua murid pun diam termenung dan seorang petugas polisi datang 20 menit kemudian dan memanggil para murid satu persatu untuk di tanyai sesuatu terkait orang itu. Dan beberapa waktu pun berlalu sampai murid terakhir selesai. Mereka semua masih menunduk diam, ketakutan dengan apa yang akan terjadi nanti.
"Hei sudah lah, tidak perlu murung terus seperti itu. Inspektur yang menangani ini kenalan kami, dia yang menjadi jembatan antara kepolisian pusat dan Gama dulu" jelas Rendra menenangkan teman-temannya.
"Benarkah?" Tanya Nanda, dan Rendra pun mengangguk.
Mereka semua pun merasa lega mendengarnya lalu tertawa serempak.
"Ngomong-ngomong, aku tidak melihat adik ku, dimana kalian menyembunyikan nya?" Tanya Ady heran. Seketika itu tawa mereka pun hilang berganti Bingung. Karena mereka juga sama-sama tidak tau.
"Loh, Anna juga tidak ada. Kemana dia?" Tanya Resti.
Saat semua orang diam, mereka mendengar suara yang berasal dari lemari sapu yang berada di pojok kelas. Dengan perlahan Mendekat, Ady pun membuka lemari itu dan mereka semua terkejut sekaligus tersipu karena di dalam lemari itu Anna sedang memeluk Gama dengan sangat erat di tubuhnya dan menutup telinga Gama dengan erat.
"EEEHH!!!!!!" Semua yang melihatnya langsung berteriak kaget, kecuali Ady yang masih tampak biasa saja.
Mereka melihat Anna yang sedang memeluk Gama dengan erat sambil menutup telinganya, itu membuat wajah semua orang menjadi merah. Anna yang menyadari kalau lemari itu terbuka pun langsung melepaskan Gama yang terlihat bingung.
"Sudah selesai?" tanya Anna sambil merangkak keluar bersama Gama.
"Sudah selesai apanya!!, apa kau sadar apa yang kau lakukan tadi?" tanya Resti malu.
"Tentu saja, tapi yang pasti Gama sendiri tidak akan berfikir jorok seperti kalian" kata Anna keluar dari lemari itu dan merapihkan seragamnya.
"Dan juga.. tadi itu cukup menegangkan. Tapi sepertinya karna masalah ini akan jadi semakin besar, sebaiknya aku kembali ke kelasku yah" pamit Anna dan semua orang hanya bengong melihat kepergian Anna.
"Kenapa dia menutup telinganya yah?" pikir Ady heran.
"Adik kecil, apa kau tidak apa-apa?" tanya Ady berjongkok sambil merapihkan rambut dan kacamata Gama, dan Gama hanya mengangguk pelan.
Tiba-tiba semua orang langsung berkumpul untuk melihat Gama lebih dekat karna penasaran.
"Hei hei, bagaimana dengan yang tadi? tolong jelaskan, kenapa kau bisa tau orang itu ada disana?" tanya Rilang.
"Iya benar, coba beritahu. Karna tadi aku yang paling di curigai, aku jadi ingin tau. Tadi kan hanya Nanda dan Resti yang melihat langsung" sambung Dodi, dan semua orang pun ikut menyahut dengan ramainya.
Gama yang terlihat ketakutan karna keramaian itu pun langsung memeluk Ady dan bersembunyi di belakang kakinya.
"Hei, tidak apa-apa.. Mereka semua temanku" kata Ady sambil mengelus kepala adik kecilnya. Gama pun mendongak melihat Ady lalu perlahan melepaskan pelukannya.
"Jadi adik kecil, apa kau mau memberitahu kami?" tanya Ady sambil melepaskan pelukan Gama dengan perlahan dan Gama pun mengangguk.
"Pertama Hesti" kata Gama sambil melihat Resti. Semua orang termasuk Ady pun mengangkat kedua alis mereka.
"Siapa itu Hesti?" tanya Ady heran. Gama pun melihat kakaknya dan menunjuk ke arah perempuan yang ada di hadapannya.
"NAMANYA RESTI!!" Kata mereka semua bersamaan.
"Anak ini aneh.." pikir semuanya.
"Tadi Resti bilang kalau dia datang dan belum ada siapa pun dan setelah itu Resti pergi ke kamar mandi kan?" tanya Gama dan Resti pun mengangguk.
"Tapi kenyataannya, sebenarnya bukan Resti yang datang duluan. Tapi Dodi" Tambah Gama.
"hah? bagaimana bisa?" tanya Resti. Dodi yang ada di sana pun ikut mengerutkan keningnya.
"Benar, sepertinya itu mungkin. karna setelah sampai di sekolah aku tidak langsung ke lantai tiga, tapi aku langsung ke kamar mandi yang berada di lantai dua" kata Dodi menyambungkan.
"Sedang apa kau disana?" tanya Nanda.
"Sepatu, pasti sepatu kan? sepatumu bermasalah saat di tengah perjalanan kau kemari tadi pagi. Aku tidak tau apa, tapi kemungkinan itu membuatmu harus melepaskan sepatumu. Benar kan adik kecil?" kata Ady memotong dan Gama pun mengangguk.
"Benar, karna dia tidak memakai sepatu, jadi suara langkah kakinya pun hampir tidak terdengar. Di tambah karna suara air atau keran, pasti suara langkah kaki Dodi jadi semakin tidak terdengar" katanya lagi menjelaskan.
"Tunggu tunggu, kalau begitu. Langkah kaki siapa yang aku dengar?" tanya Resti heran.
"Tentu saja itu langkah kaki si pencuri" Kata Gama santai dan berjalan keluar kelas lalu kembali masuk. Seisi kelas itu di buat terkejut dengan kenyataan yang ada karna itu tidak terpikirkan sama sekali.
"Ti-tidak mungkin.. Ja-Jadi.." kata Resti dengan mata berkaca-kaca melihat ke arah anak kecil yang kembali berjalan mendekati mereka.
"Dia habis apa di luar" pikir Ady heran.
"Begini, dia memang sudah mengetahui kalau Resti akan datang pertama, jadi dia menunggu dan menggunakan kesempatan saat Resti pergi ke kamar mandi. Lalu saat dia akan turun, dari sela-sela tangga dia melihat ada Dodi yang tergesa-gesa naik ke atas. Jadi dia pun panik dan bersembunyi di ruangan itu menunggu kesempatan untuk pergi. Dodi yang tidak memakai sepatu pun langkah kakinya menjadi sangat sangat pelan. di tambah suara air mengalir dari keran yang di nyalakan oleh Resti, jadi lah tidak terdengar ada orang yang lewat" jelas Gama.
"WOOOAAAAHHHH...!!!! masuk akal" kata mereka senang mendengarnya.
"Tapi bagaimana kalau Resti tidak mau ke kamar mandi?" tanya Nanda mengerutkan keningnya. Gama pun menyeringai mendengar pertanyaan itu.
*BUM!!
Terdengar suara letupan keras dari luar kelas dan membuat mereka semua terkejut. Tanpa berlama-lama mereka semua pun berlarian keluar dan melihat ke sekitar tapi tidak ada apapun yang terjadi disana.
"Itu jawabannya" Kata anak itu berjalan pelan keluar dari kelas. Mereka semua pun terbelalak melihat Gama yang masih tersenyum berdiri dengan kacamatanya.
"Oh, coba kalian pikirkan. Kalau ada suara yang besar dan berbahaya seperti itu, apa yang akan kalian lakukan kalau kalian sendirian dan berada di lantai tiga?" tanya Gama lagi masih tersenyum.
"Lari.. pokoknya turun ke bawah dan menjauh" tebak Resti mengerutkan keningnya.
"Tepat.." kata anak itu menunjuk ke arah Resti.
*BUM!!!!
Saat terdengar suara itu lagi, bukan hanya mereka, tapi Gama juga ikut mengangkat alisnya lalu berjalan ke arah tong sampah yang ada di depan kelas.
"Suara itu berasal dari.. HT yang bisa memutar rekaman dengan memori di dalamnya. Sewaktu tadi Anna membawa Gama masuk ke dalam lemari sapi, Gama memeriksa HT itu dan ternyata ada suara seperti itu di dalamnya" katanya sambil menunjukkan HT yang dia dapatkan dari sang pencuri.
"Tunggu, maksudnya lemari sapu kan? bukan lemari sapi?" pikir semua orang heran menatap Gama.
Karna merasa tidak enak, Ady meminta semuanya untuk kembali masuk ke dalam kelas.
"Lalu, kenapa pada saat Dodi sudah lewat dia tidak langsung pergi?" tanya Nanda.
"Bukan tidak mau, tapi tidak bisa, karna di saat Dodi sudah masuk ke kelas, Resti keluar dari kamar mandi, dan saat Resti sudah masuk ke kelas. Tiga orang yang muncul setelah Resti pun sampai di lantai tiga, yaitu Nanda, Yuni dan Rijal, Sampai saat itu, seluruh murid di sekolah ini pun satu persatu berdatangan sehingga dia tidak bisa pergi kemana-mana dan berakhir dengan perintah untuk terus mengawasi kelas ini dan memberi tahu kepada orang yang menyuruhnya apa saja yang akan di lakukan kelas ini, iya kan?" kata Gama berbicara melalui HT yang dia ambil tadi. Semuanya pun terkejut dengan tingkah Gama melakukan itu.
Tapi Tidak ada suara disana, hanya ada suara sinyal sinyal yang terputus menyambung.
"Anda memberi tahu orang itu untuk jangan khawatir, karna sewaktu-waktu murid kelas ini pasti akan keluar karna saran dari seseorang untuk mencari orang yang mencurigakan. Tapi nyatanya, ada satu orang yang terus berada di antara lantai dua dan lantai tiga sambil terus mengawasi tangga yang berada di kanan maupun kiri" jelas Gama.
"Oh, itu aku yah" kata Rendra mengangkat tangannya.
"Keren, semuanya tertebak" pikir semua orang.
"Lalu? bagaimana kau tau kalau orang itu berada di ruangan itu?" tanya Dodi.
"Debunya. Resti bilang, selain kelas kalian dan perpustakaan yang berada di lorong tengah, tidak ada satu ruangan pun yang terpakai kan? ruangan itu debunya agak menipis di bagian knop pintu dan sela-sela pintu yang menandakan sempat ada angin yang berhembus keluar masuk di ruangan itu dan menggeser pintunya" jawab Gama singkat.
"Dan... sekarang, dimana uangnya?" tanya Rijal.
"...."
"Disini" ada suara yang terdengar dari arah pintu kelas dengan suara berat dan tegas, mereka melihat seorang pria gemuk dengan kumis tebal dan memakai jaket serta topi lebar menunjukan sebuah amplop coklat di tangannya.
"Sudah 4 tahun aku tidak mendengar deduksimu, rasanya kangen sekali" kata orang itu berjalan masuk dan berdiri di depan Gama.
"Anda siapa" tanya Nanda.
"hohoho... saya Inspektur Jalal" jawabnya singkat sambil menunjukan ID card miliknya.
"Aku benar-benar sangat merindukanmu. Kalau saja ayahmu tidak melarang, pasti sekarang kau masih ada di kepolisian kan?" kata Inspektur itu berjongkok dan memberikan amplop itu ke Gama.
"Yaa.. tapi apa boleh buat, sangat wajar kalau orang tua sangat menghawatirkan anaknya. Meskipun pandai, tapi kau tetap lah anak-anak" kata Inspektur itu tersenyum dan dia pun berdiri.
"Ayo pulang, aku akan mengantar mu ke rumah" ajak Inspektur itu.
Gama pun menoleh ke arah Ady dan Ady pun menyuruh Gama mengikuti Inspektur itu. Gama berjalan mendekati Resti lalu memberikan amplop itu dan lari mendekati dan meraih tangan Inspektu besar itu.
Mereka semua kembali ke tempat duduk masing-masing. Dan Resti masih terus menceritakan kejadian yang ada di ruangan tadi kepada teman-temannya. Ady hanya tersenyum senang melihat teman-temannya yang ceria sekarang. Tapi seperti hari hari biasa, tidak ada guru yang datang untuk mengajar, sampai jam sekolah usai.
Mereka pun berpamitan dan pergi menuju rumah masing-masing.
Di tengah jalan, Nanda yang sedang dalam perjalanan pulang bersama Yuna dan Rijal pun terhenti dan memikirkan sesuatu.
"Ada apa?" tanya Rijal heran menatap temannya tiba-tiba tampak bingung. Gadis berkulit agak gelap itu pun kembali mengangkat kepalanya lalu tersenyum dan menggeleng pelan.
"Emm?? hahaha tidak ada. Ayo lanjut lagi" katanya.
Rijal dan Yuna pun saling memandang lalu mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka.
Di sela-sela obrolan mereka, Nanda masih memikirkan apa yang menggangu kepalanya saat di sekolah tadi.
"Kemana perginya Riski yah tadi. Dia kan tadi ikut pergi bersamaku, Resti dan Ady" pikirnya.
******************
Ady dan Rendra yang sampai di rumah mereka pun melihat Gama sedang menghidangkan makan siang di atas meja. Saat menyadari kedua kakaknya sudah pulang, dia pun menoleh ke arah ruang depan dengan celemek yang dia kenakan di tubuhnya.
"Adik kecil, bisa kemari sebentar?" panggil Ady masih di depan pintu dan berjongkok.
Gama pun melepaskan celemek yang dia pakai dan menghampiri kakaknya dengan wajah heran. Sambil tersenyum, Ady pun menyentuh kepala Gama.
"Terima kasih untuk hari ini, dan.. aku punya sesuatu untuk mu" kata Ady memberikan teh berkemasan botol kesukaan adiknya dengan ukuran 1 liter. Dengan mata bercahaya karna senang, Gama pun menerima minuman itu dan langsung berlari meletakannya di dalam kulkas.
"Gama membuat bubur pacar kesukaan Rendra" katanya datar sambil melompat ke bangku miliknya di meja makan.
"Benarkah? waaah... kau memang adik terbaik yang pernah ada" kata Rendra mendekati meja makan dengan riangnya.
************
Di tempat lain di dalam sebuah mobil hitam, anak perempuan yang duduk di bangku belakang terus tersenyum memandangi keluar jendela itu pun akhirnya menghela napas panjang lalu melihat ke arah supirnya.
"Pak, bisa tidak bapak mengantar ku besok?" kata Anna di perjalanan pulang menuju rumahnya.
"ohohoo.. tentu saja non, apa perlu buat surat ijin untuk sekolah dulu?" tanya supir itu.
"Tidak perlu, itu merepotkan" jawab Anna sambil tersenyum dan memainkan HP-nya.
"Kali ini kita akan pergi kemana non?" tanya supir itu lagi. Anna pun merenggangkan badannya karna pegal.
"Kita akan ke bandung, ada sebuah kafe yang ingin aku kunjungi" kata Anna tersenyum.
____________________________________
Terimakasih untuk kalian yang udah ngasih PS, saya tau ada yang baca tulisan saya aja udah seneng banget ko hehehee...
Di tunggu untuk kritik dan sarannya yah.. tetap stay yaah.. tiap harinya tetap akan up. Sampai ketemu lagi, Ciao ^_^