Beberapa menit kemudian, mereka sampai di sebuah club malam terkenal di New York. Jonathan memarkirkan mobilnya di halaman club malam tersebut. Membuat Oliv bersiap siap membuka pintunya, jika saja Jonathan tidak menyahut.
"Tunggu disitu!" Jonathan berlari keluar dan membuka pintu kursi kemudi, dan dengan super protektif, pria itu menggandeng tangan Oliv erat erat. Membuat Oliv merasakan kehangatan ketika tangan mereka saling bertautan. Jonathan menaikkan resleting jaketnya yang melekat di tubuh Oliv hingga seluruh bagian dada gadis itu tertutup. Meninggalkan Oliv yang tampak menatap Jonathaan tak percaya.
Mereka memasuki club malam yang sudah ramai dengan musik disco. Oliv tersenyum lebar. Gadis itu begitu merindukan suasana club malam, tempat dimana biasanya ia berkumpul bersama teman temannya dulu. Sejak kejadian mengerikan itu, Oliv hampir tidak mengenal apa artinya mencari kebahagiaan.
"Jonathan!" segerombolan pria dan wanita yang meskipun tua masih terlihat gagah di sudut club memanggil nama Jonathan, membuat pria itu menoleh dan melambaikan tangannya.
Oliv bisa melihat sosok Jane dengan dress merah ketat yang begitu pas dengan tubuh bahenolnya. Dan dalam hati, Oliv merutuki betapa indahnya tubuh Jane. Ya, Oliv harus mengakui bahwa jane terlihat sungguh seksi dengan kulit coklat eksotis, payudara yang indah serta bokong yang mampu membuat pria manapun tergoda.
Jane tampak menghampiri mereka, menatap Jonathan sebentar sebelum memeluk pria itu. Dan lagi lagi, tangan Jonathan harus terlepas dari tangan Oliv. Membuat Oliv kesal dengan tingkah wanita itu.
"What is this, Jonathan? Kau bawa anak dari kenalanmu lagi?" tanya Jane dengan desahannya. Jonathan hendak membalas, nun di dahului oleh Oliv yang segera mengambil alih Jonathan. Oliv memeluk erat erat lengan Jonathan dan menatap Jane tajam, "Aku bukan anak dari kenalannya"
"Aku calon ibunya Alva Marteen!" lanjut Oliv, membuat Jonathan mendelik tak percaya ke arah Oliv. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa wajah Jonathan memerah mendengar penuturan Oliv.
"What? Seleramu anak kecil, Jonathan?" Jane tampak meremehkan, membuat Oliv mendengus, "Aku dua puluh delapan tahun, Aku cukup matang untuk menjadi istrinya."
"Dan menurutmu aku peduli?" Jane tersenyum sinis dan kembali memeluk lengan Jonathan. Namun, pria itu melepaskan pelukan Jane risih, "Maaf, tetapi Olivia sedang datang bulan. Kau ingat bagaimana dia menyusahkanku hanya karena cemburu kepadamu kemarin?"
Penuturan Jonathan membuat Jane malu berat. Sedangkan Oliv? Tentu saja gadis itu tersenyum puas seraya menyandarkan kepalanya di lengan kekar Jonathan.
"Whoah Jonathan. Kau bawa pacar setelah sekian lama tidak dekat dengan wanita manapun? Hebat sekali" Seorang pria menyahut, membuat Oliv tersenyum lebar.
"Pacarmu cantik juga, ya. Ternyata wanita ini yang membuatmu menolak Jane habis habisan. Oh, kau hebat juga." Mereka kembali berceletuk, membuat Oliv srmakin tersenyum sinis ke arah Jane. Serius, Oliv hanya benci melihat wajah Jane yang terus menerus memggoda Jonathan.
Perlahan, Jonathan mulai larut dalam obrolannya dengan teman temannya. Meninggalkan Oliv yang semakin bosan hanya melihat orang orang bercengkrama. Oliv ingin berjalan jalan mengelilingi club, namun ia tahu Jonathan tidak akan mengizinkannya.
"Oliv. Aku akan kesana sebentar. Kau tunggu disini, ya." Oliv tersentak ketika Jonathan berkata demikian, namun kemudian, gadis itu menyahut, "Kemana?"
"Sebentar. Ada urusan. Kau tunggu disini saja." Mendengarnya, senyuman Oliv melebar. Jonathan pergi, tandanya, oliv bisa berkeliling untuk melihat suasana club.
"Jangan kau pikir, kau bisa pergi kemanapun." seolah bisa membaca pikiran Oliv, Jonathan berkata demikian. Membuat senyuman Oliv mendadak hilang, gadia itu mendengus kesal dengan sikap overprotektif Jonathan.
"Aku tidak suka di bantah. Dan kau harus tetap disini sampai aku kembali. Ingat. Jangan sentuh apapun!" Jonathan memperingati Oliv untuk yang terakhir kalinya sebelum bergabung dengan teman temannya.
Meninggalkan Oliv yang lagi lagi bosan.Padahal, tujuannya ijut Jonathan karena Oliv ingin merasakan suasana Club malam yang sudah lama tidak ia datangi. Oliv ingin menari nari di lantau dansa. Tapi lihat apa yang terjadi dengannya? Jika tahu begini, Oliv akan lebih memilih untuk tidur hingga besok pagi.
Tidak terasa, sudah setengah jam Oliv menunggu dan Jonathan tidak juga kembali. Oliv merasa jengah. Dia benar benar bosan, dan jika tetap seperti ini, Oliv lebih baik mengajak Jonathan pulang.
Oliv memutuskan untuk mencari Jonathan. Gadis itu menelusuri setiap tempat di club malam dengan menundukkan kepalanya. Well, dia akan menjadi anak baik yang mematuhi perintah Jonathan. Ya, Oliv tidak akan mengundang pria lain untuk mengajaknya minum alkohol ataupun menari di lantai dansa.
Oliv terus mencari, hingga pandangannya berhenti pada seorang pria yang sangat ia kemal dengan meminum gelas berisi alkohol yang dituangkan oleh wanita menyebalkan bernama Jane. Dan, ya! Pria yanh dimaksud adalah Jonathan Marteen. Jonathan sedang tertawa seraya memeluk pinggang Jane. Kemudian, Jane tampak mengalungkan tangannya di leher Jonathan. Membuat pria itu mendorong Jane ke tembol dan menciumnya. Jane semakin brutal dengan menggerayai celana Jonathan.
Dan shit.
Oliv benci melihat itu. Oliv memilih untuk meninggalkan tempatnya. Gadis itu berlari, dan menabrak seorang pria hingga terjatuh.
"Are you okay?" pria itu bertanya, membuat Oliv mendongak dan meminta maaf.
"Kau datang bersama siapa?" tanya pria itu, Oliv terdiam. Sama sekali tidak berniat untuk menjawabnya.
Melihatnya, pria itu tersenyum dan membawa Oliv ke suatu meja. Pria itu meminta bartender untuk mengantarkan sebotol vodka dan dua gelas kaca, kemudian menyerahkan gelasnya kepada Oliv.
"Aku mentraktirmu untuk dua alasan." ucap pria itu seraya menuangkan vodka tersebut ke gelas Oliv, membuat Oliv mendongak, "Apa?"
"Yang pertama, kau orang asing yang kelihatannya sedang ada masalah."
Oliv masih menatap wajah pria itu.
"Yang kedua, karena kau cantik."
Oliv memutar bola matanya. Jika dia sedang tidak kesal, dia pasti sudah mencibir pria sok gombal itu habis habisan. Namun serius, Oliv sedang tidak mood untuk meladeni hal sekecil itu.
"Aku menerima traktiranmu untuk dua alasan." Oliv berkata, membuat pria itu tersenyum ketika menatapnya.
"Pertama, karena aku sedang tidak mood untuk meladeni gombalan pria buaya sepertimu. Dan kedua, aku butuh merasa senang."
Setelah mengatakannya, Oliv segera meminum vodka tersebut dalam sekali tegukan. Membuat pria asing itu tampak tersenyum semakin lebar. Well, gadis di hadapannya sungguh menarik.
"Kau mau tambah?" ucap pria itu seraya menuangkan kembali ke gelas Oliv, yang langsung diteguk habis oleh Oliv. Gadis itu kini tertawa. Persetan dengan Jonathan dan seluruh larangannya. Jika pria itu bisa melupakan Oliv, kenapa Oliv tidak bisa membantah perintahnya?
"Kau sangat menarik" ucap pria itu seraya menuangkan kembali Vodka ke gelas Oliv Dan lagi lagi Okiv meminumnya dalam sekali tegukan. Kini, Oliv sudah benar benar mabuk. Gadis itu menyandarkan kepalanya di meja dan mengetuk-ngetuk gelasnya, "Aku mau lagi!!!"
Pria itu menuruti permintaan Oliv, dan lagi lagi, Oliv menelan vodkanya.
"Panas sekali sih, Nyalakan AC nya! Mana remot AC nya?!" teriak Oliv, membuat pria di hadapannya tampak terkekeh. Pria itu melepaskan jaket kulit yang melekat di tubuh Oliv, dan cukup terpukau oleh keindahan dada Oliv.
"Kau sungguh Indah." pria itu berbisik di telinga Oliv, membuat Oliv mengalungkan tangannya di leher pria itu, "Dasar Jonathan bodoh!!!! Memangnya kau siapa menyuruhku menunggumu, dan kau bersama wanita jalang itu?!"
Pria itu kembali tersenyum. Kemudian menarik tangan Oliv ke lantai dansa. Oliv menggila. Gadis itu menari dengan gila dan erotis. Membuat gerombolan pria mengerumuninya akibat kegilaan itu. Mereka mulai menyentuh tubuh Oliv, dan Oliv yang sedang mabuk pun sama sekali tidak menyadarinya. Seorang pria asing bahkan dengan berani meremas bokong Oliv, dan saat itu Oliv baru memekik. Gadis itu berteriak ke arag sang pria asing dengan limbung.
Membuat pria yang tadi membawanya ke lantai dansa,kembali menarik Oliv dan membantingnya ke sofa. Pria itu sudah tidak tahan melihat tarian liar Oliv. Dengan cekatan, tangan pria itu meremas dada Oliv, matanya terlihat sangat lapar. Belum puas, tangannya yang lain masuk ke selangkangan Oliv, kemudian meremas bokong Oliv yang telanjang karena gadis itu hanya memakai g-string. Mulutnya menjilati leher Oliv, membuat gadis itu mengerang.
"Daddy, oh, daddy" desahan Oliv justru membuat pria itu semakin brutal. Tangannya semakin meremas payudara dan bokong Oliv, membuat gadis itu mengerang.
"What the fuck!!" pria itu merasakan pipinya dipukul oleh seseorang hingga ia terjatuh ke lantai. Orang itu menarik kerah si pria dan kembali memukulnya bertubi tubi. Mata orang utu menggelap ketika melihat gadisnya yang tak berdaya dimanfaatkan oleh pria bajingan yang kini tergeletak dengan darah di ujung bibirnya. Orang itu hampir saja memukul si pria ketika beberapa orang sudah menahan tubuhnya.
"Jonathan! Hentikan! Pria itu bisa membuat nama baikmu rusak!"
"Dan kau pikir aku peduli?! Pria itu memyentuh tubuh gadisku!" bentak Jonathan seraya menendang tengkuk pria tak berdaya itu. Jonathan melepaskan tubuhnya dari orang orang yang menahannya, kemudian mengangkat tubuh Oliv dengan bridal style. Jonathan berjalan menuju mobilnya tanpa berhenti mengucapkan kata maaf.
Jonathan meletakkan Oliv di kursi penumpang sebelum menduduki kursi kemudinya. Gadisnya mabuk dan hampir saja menjadi barang sentuhan pria bajingan jika ia tidak cepat menyadarinya.
Ya, Jonathan mati matian melawan pengaruh alkohol ketika dia sadar bahwa yang ia cium adalah Jane, bukan Oliv yang ada di bayangannya. Kemudian, Jonathan kembali ke tempat aoliv berada dan tidak menemukan keberadaan gadis itu. Saat itu, Jonathan rasanya ingin mati. Dia menyalahkan dirinya sendiri yang meninggalkan Oliv sendirian.
Dia terus mencari ke seluruh club, hingga ia menemukan sosok pria bajingan yang sedang mempermainkan dan menciumi tubuh gadisnya. Membuat Jonathan murka dan ingin membunuh pria itu dengan tangannya sendiri.
"Jonathan bodoh! Kau bodoh! Kau mencium si jalang itu dan meninggalkanku? Kau sendiri yang menyuruhku untuk tidak pergi jauh darimu dan kau sendiri justru meninggalkanku demi berciuman dengan jalang itu! Dasar bodoh!!" Oliv berteriak kesal. Membuat Jonathan menghela nafas panjang. Ya, Jonathan memang bodoh. Seharusnya dia bisa menjaga Oliv.
"Baiklah, kau bisa menamparku sesukamu. Tapi, bagaimana bisa kau melanggar ucapanku?" ucap Jonathan frustasi.
"Karena kau bodoh! Memangnya aku tidak bisa berbuat lebih bodoh! Hah?!" Oliv berteriak dibawah kesadarannya, membuat Jonathan tampak membuang nafasnya. Pria itu melihat dada Oliv yang masih basah oleh air liur pria bajingan tadi. Dan dengan kesal mengambil banyak tisu dan membersihkannya. Ketika Jonathan membersihkan dada Oliv, tiba tiba gadis itu memeluk kepala Jonathan. Menyandarkan kepalanya di bahu Jonathan.
"Daddy" ucap Oliv kemudian tertawa, "My hot daddy"
Jonathan terdiam. Dadanya berdetak begitu kencang. Terlebih ketika menyadari betapa dekatnya wajah mereka saat ini. Oliv sangat cantik. Dan Jonathan bersumpah dia ingin sekali melumat bibir Oliv.
"Malam itu, aku senang" bisik Oliv seraya tertawa. Membuat Jonathan menutup matanya demi merasakan hembusan nafas Oliv di lehernya.
"Menyadari bahwa kau yang melihat tubuhku untuk pertama kalinya .... aku senang"
Hentikan, Oliv.
"Menyadari bahwa aku pernah melihat tubuhmu, meski aku yakin banyak wanita yang melihatnya .... aku juga senang"
Please, hentikan, Olivia.
"Menyadari namamu yang ku sebut dibalik erangan dan desahan. aku ... senang ..."
I can't.
"Aku suka semua tentangmu .... "
Fuck.
Jonathan membungkam bibir Olivia dengan melumatnya halus. Dan tanpa Jonathan duga, Oliv mendekatkan posisi mereka dan melumat balik bibir Jonathan.
🍷🍷🍷🍷🍷
Aku mendengus kesal mengingat kejadian yang dapat membunuhku secara perlahan. Sialan. Aku benci untuk mengingat hari ini. Aku benci harus merasa kalah. Dan bodohnya, kekalahanku disebabkan oleh gadis kecil yang sama sekali tidak sebanding denganku.
Aku kembali menelan gelas yang berisi alkohol ke lima ku dan merasakan betapa gelanyar aneh memasuki tenggorokanku. Aku tidak pernah sekacau ini sebelumnya. Dan mengingat alasan kekacauanku adalah Olivia Natasha, aku tidak bisa menerimanya.
Aku berjalan ke lantai dansa, merasakan tangan tangan nakal mulai menggerayaiku,membuatku semakin bergairah. Aku harus bisa melupakan hari ini. Melupakan kekalahan telakku karena gadis itu.
Aku mengernyitkan dahiku ketika menyadari keramaian di lantai dansa. Gerombolan pria pria tampak membentuk lingkaran, membuatku penasaran tentang apa yang terjadi.
Aku menerobos masuk, menemukan sesuatu pemandangan yang membuat mataku melebar.
"Oh. Fucking. Gosh"
Aku melihat gadis itu menari dengan sangat erotis, dan ya. Gadis itu benar benar tampak berbeda dari terakhir yang aku lihat.
Aku tersenyum lebar. Wow. Ini akan menjadi suatu kabar yang cukup menggembirakan bukan?