Unduh Aplikasi
29.16% Bad Boy in the Mask / Chapter 7: Chapter 6

Bab 7: Chapter 6

Selamat datang di chapter 6

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tandai jika ada typo (biasanya suka gentayangan)

Thanks

Happy reading everyone

Hope you like it

❤❤❤

________________________________________

A guy and a girl can be just friends. But at one point or another, they will fall for each other. Maybe temporarily, maybe at the wrong time, maybe too late, or maybe forever

••(500) Days of Summer)••

________________________________________

Jakarta, 10 September

18.55. p.m

Langit menghitam, bintang - bintang mulai bermunculan, angin yang sejuk menerpa, dan suara alunan musik mengalun lembut. Aku menatap sekeliling rooftop La Vue at the Hermitage yang mulai ramai pengunjung mengisi meja - meja di berbagai sudut, mencari tulisan Mr. Baldwin Melody di sekitarnya. Meskipun belum weekend tapi tempat ini selalu saja ramai. Apa lagi disuguhkan dengan pemandangan lampu - lampu dan hiruk pikuk daerah Menteng kota Jakarta yang indah. Beruntungnya keluargaku sudah melakukan reserved beberapa hari yang lalu.

Aku mulai duduk di salah satu sofa rotan bantal biru dekat pagar pembatas setelah menemukan nama daddyku tertera di sana. Aku sengaja memilih tempat ini agar lebih santai, tidak seformal dinner - dinner rutin kami sebelumnya.

Kulihat daddy duduk bersandar di kursi, sedangkan kak Brian duduk bersebelahan dengan pacarnya. Ia melambaikan tangan ke pramusaji agar kemari, berusaha cool di depan kak Bella.

Oh ya dinner kami kali ini sedikit berbeda karena kak Brian mengajak kak Bella. Mereka itu sudah pacaran hampir dua tahun ini, dan masih seperti saling kasmaran. Aku sudah akrab dengannya. Kadang mereka mengajakku ketika sedang kencan, kadang aku girls day out sendiri dengan kak Bella, kadang juga bertiga dengan Karina.

Kak Bella orangnya sangat cantik, ramah, periang, dan yang paling terpenting adalah sabar menghadapi kakakku yang julid itu. Secara keseluruhan, aku sangat senang malam ini ada kak Bella. Duo jahilun itu tidak akan julid karena harus jaga image. Jadi aku bisa menghirup oksigen sebanyak - banyaknya malam ini.

"Silahakan ini menunya," kata pramusaji wanita yang masih muda, menyuguhkan buku menu kepada kami.

"Tajima Wagyu Beef Tanderloin medium rare as always sama summer peach tea," kataku santai tanpa melihat menu karena sudah hafal menu - menu yang ada di sini.

"Daddy sama kayak Melody. Tapi minumnya aqua panna 750 ml aja," tukas daddy yang tampak melihat menu sekilas kemudian meletakkannya di atas meja.

"Yank, kamu mau makan apa?" tanya kak Brian pada kak Bella, nadanya manis, beda ketika berbicara denganku. Seketika membuatku mencibir dalam hati.

"Mini Wagyu Beef Tacos aja deh Yank," jawab kak Bella, suaranya lembut.

"Minumnya?" Kak Brian kembali bertanya.

Masih memegang buku menu, kak Bella menjawab tanpa melihat kak Brian. "Sama kayak om Baldwin. Kalo kamu apa?"

"Aku samain aja," ujar kak Brian sambil senyum yang di usahakan manis. Aku yang melihatnya reflek menunjukkan ekspresi muntah tapi tanpa suara kemudian mencondongkan tubuh ke daddy dan berbisik, "bucin ya dad?"

"Apa itu bucin?" Daddy balik berbisik kepadaku.

"Katanya anak gaul gimana sih dad? Bucin itu budak cinta."

"Ooo baru paham daddy."

Aku hanya menjawab daddy dengan mengacungkan jempol. Mengambil jeda, kami memperhatikan kak Bella yang sedang senyum - senyum karena menertawakan lawakan kakakku.

Sekitar dua puluh menit kemudian, pramusaji mengantarkan pesanan kami satu - persatu.

Aku memicingkan mata pada pramusaji yang sejak tadi kuamati selalu mencuri pandang ke arah daddyku. Apa sebegitunya ya pesona duda? Aku tidak mengerti selera orang.

Sekarang gantian daddy yang sedang mengambil menu makanannya yang kuamati. Melihat dari atas hingga bawah, meneliti setiap balutan pakaian mewah dan jam tangan harga fantastis yang melekat pada daddy. Jangan lupakan wajah beliau yang sangat luar biasa tampan itu. Jika aku meletakkan dalam daftar. Aku akan mencentang apa pun yang di pikirkan wanita ketika melihat daddyku.

Ganteng? Cek list. Gumamku dalam hati.

Tajir? Cek list.

Baik hati? Cek list.

Lucu dan jenaka? Cek list.

Royal? Cek list.

Dudda? Cek list.

Anak cowoknya yang sama gantengnya tapi nyebelin dan punya pacar yang cantiknya kebangetan dan baiknya kayak ibu peri? Cek list

Anak gadisnya yang unyu -unyu, lucu, gemesin tapi jomblo? Cek list dong.

Kulirik pramusaji yang matanya masih jelalatan itu kemudian menambah daftar dalam hati. Cewek yang keliatan matre dan gatel? Not cek list!

Saat menyuguhkan menu makanan yang kupesan di depanku, kutatap pramusaji itu sesisnis mungkin agar matanya tidak jelalatan lagi melihat daddy. Benar saja ia langsung melengos. Rasain!

"Pesanannya sudah lengkap semua?" tanyanya sambil tersenyum, ketika melirik ke arah daddy kutatap sinis lagi, senyum yang tadinya tulus jadi sedikit kelihatan di paksakan. Aku hanya bersorak gembira dalam hati.

Setelah pramusaji itu pergi kami mulai makan. Awalnya dengan khitmad lalu suara sendawa kak Brian yang keras menjadikan tawa kami pecah dan mulai mengobrol santai cukup lama hingga makanan yang kami pesan sudah habis dan kak Bella mengajakku ke rest room.

"Aku liat kamu tambah manis akhir - akhir ini Mel," ucap kak Bella sambil mencuci tangan di washtafle ketika melihatku memoles lip tint warna bibir di depan kaca.

"Oh ya?" Tidak dapat di pungkiri pujian kak Bella membuatku senang, karena kak Bella adalah orang yang tulus.

"Lagi pdkt ya?" godanya.

Aku mencebik, menutup lip tint-ku dan menoleh ke arah kak Bella yang sudah selesai mencuci tangan, kemudian mengambil tisyu untuk mengeringkannya. Ekspresiku yamg semula senang berubah datar. "Pasti si julid itu yang cerita ya?"

"Ketahuan ya?"

"Terus siapa lagi emangnya?" Jayden Wilder yang irit ngomong itu? Ya kali dia gibah? lanjutku dalam hati, entah kenapa tiba - tiba mengingatnya. "Karena kak Bella yang di kasih tau jadi nggak papa deh kak," tambahku yang seujujurnya untuk mengabaikan laki - laki preman itu.

"Thanks, btw cowok kayak gimana sih yang bisa bikin Brian ama om Baldwin ngerestuin terus kamu nekat pdkt?" tanya kak Bella penasaran. Namun entah kenapa aku kurang bersemangat menceritakan kak Jordan karena insident kak Novem yang mem-bully-ku beberapa hari lalu.

"Sebenarnya nggak tau nih kak mau lanjut pdkt atau nggak," kataku sedikit loyo.

"Kenapa emangnya?" Raut wajah kak Bella berubah serius. Padahal tadi kelihatan gembira saat tahu aku akhirnya nekat pdkt.

"Kapan hari tuh mantannya kayak ngelabrak, terus aku ngelawan dan jadinya kayak berantem gitu lho, terus si doi tau, dan WA kayak gini." Aku mengambil ponsel dalam tas selempang kecil, membuka aplikasi WA lalu menyodorkannya pada kak Bella agar dapat membaca chatku dengan kak Jordan beberapa hari lalu.

From J.❤ :

Tadi berantem sama Novem ya?

To J.❤ :

Kok bisa tau?

From J.❤ :

Gue nggak tau masalah kalian apa tapi Mel, jangan berantem sama dia

Lalu aku tidak membalasnya karena tidak tahu harus membalas apa. Kak Bella yang membaca pun manggut - manggut.

"Gimana nggak ciut coba kalo doi kayaknya masih belain mantan, uda gitu mantannya bilang mereka mau balikan lagi," keluhku ketika kak Bella sudah selesai membaca chat dan mengembalikan ponselku.

"Mel gini ya, jangan menyimpulkan sesuatu dari satu sudut pandang aja, mungkin aja doi khawatir sama kamu tapi pesannya tersirat, terus malu aja mau ngugakapinnya," terang kak Bella yang membuatku kagum. Kata - katanya membuat semangat pdkt-ku bangkit lagi.

Jadi begini ya bersikap dewasa itu? Beruntung sekali kak Brian ini bisa pacaran sama kak Bella. Semoga mereka awet - awet ampe nikah. Amiiinn.

Aku tersenyum lagi dan berterima kasih padanya yang telah mendukungku dalam hal ini. Aku sangat senang, rasanya seperti memiliki saudara perempuan.

Setelah sesi curhat tentang gebetan, kami baru kembali ke meja. Kulihat suasananya sudah sepi pengunjung. Mungkin karena sudah malam.

Aku baru akan duduk di kursi rotan kembali ketika kak Brian bertanya pada kak Bella. "Yank, kamu nggak pingsan nungguin adekku eek?"

"Siapa yang eek?!" pekikku sedikit berani menaikkan tanda nada karena sudah sepi, melengkapinya dengan melempar tisyu ke arah kak Brian tapi meleset.

Bukannya menjawab, kakak malah menggerutu, "kenapa sih cewek selalu bawa temen ke rest room? Uda gitu lama banget lagi. Emang ngapain aja? Hajatan bareng?"

Kuhiraukan wajah kak Brian yang kelihatan kesal karena lama menungguku dan kak Bella keluar dari rest room untuk melihat daddy yang hanya tersenyum, sedangkan Kak Bella bahkan mulai terkekeh.

"Kak liat deh, pacarmu itu!" geramku mengadu ke kak Bella.

"Yank, kamu ini jahil terus ya ke Melody," semprot kak Bella. Walau pun sebenarnya itu tidak bisa di katakan 'semprot' karena suara kak Bella yang lembut dan kalem tidak bisa menaikkan nada untuk marah.

Aku melihat raut wajah kakakku yang seperti ciut lalu kesengsem karena senyuman kak Bella. Lagi pula siapa  yang tidak jatuh hati pada senyum kak Bella ini?

~~~

Jakarta, 10 September

21.30 p.m.

Malam itu kakak mengantar kak Bella pulang sedangkan aku semobil dengan daddy. Tampaknya beliau sudah sedikit lelah dan mengantuk, tertanda dari tidak menjahiliku. Aku memaksa mengambil alih untuk menyetir mobilnya dan daddy hanya menurut. Sepanjang perjalanan bahkan beliau tidur.

Sesampainy di rumah kami berpencar kembali ke kamar masing -masing.

Dalam kamar, sebelum melakukan ritual perempuan saat akan tidur ; ganti baju, gosok gigi dan lain lain, aku merbahkan badan di kasur sambil memikirkan kembali wejangan dari kak Bella.

Beberapa detik berikutnya setelah menyuntikkan semangat, kuambil ponsel dari dalam tas yang masih tergeletak di sebelah tempatku rebahan, lalu mengetikkan sesuatu, mencoba mengirimkan pesan pada kak Jordan.

From Mel :

Gue sebenernya nggak ada niatan berantem kok, cuma kak Novem aja yang mulai

From J.❤ :

Lain kali nggak usah di ladenin

From Mel :

Maaf deh kak kalo misal gue ganggu kalian yang lagi mau balikan

Sudah, kak Jordan tidak lagi membalas pesanku. Hanya di baca saja. Aku menunggunya berjam - jam hingga ketiduran. Lalu keesokan harinya dan beberapa hari setelah itu kak Jordan juga tidak kunjung membalas pesanku sama sekali. Kami juga tidak bertemu di sekolah. Ia seperti sedang menghindar.

Sejak saat itu pula aku juga tidak pernah bertemu lagi dengan Jayden Wilder mau pun memikirkannya karena fokus memikirkan kak Jordan.

Saat memasuki sebulan tepat kak Jordan menghindar, aku mencoba menanyakan kabarnya lewat WA. Namun sekali lagi aku juga harus kecewa karena pesanku tidak di balas. Jangankan di balas, di baca pun tidak, padahal ia selalu online dan beberapa kali membuat status story tentang kegiatan OSIS. Nyaliku malah semakin menciut karena ini.

Berbeda dengan Karina yang lancar - lancar saja menjalankan pdkt dengan kak Rico. Ketika di kantin aku juga melihat mereka lebih kelihatan akrab. Sedangkan kak Jordan sama sekali tidak pernah ke kantin semenjak itu. Padahal kak Rico dan kak Henry masih rutin ke kantin langganan kami.

Memasuki bulan kedua kak Jordan menghindariku, suatu saat aku tidak bisa mengrontrol diriku untuk bertanya pada kak Henry saat di kantin. "Kak Hen, kok kak Jordan nggak pernah ke sini lag sih?"

"Lagi ngelarin masalah dianya."

"Masalah apa? Kok kalian nggak bantuin?"

Kak Henry melirik kanan kiri lalu memajukan badan, mengkode agar aku mendekat untuk berbisik, "Jordan lagi ngelarin hubungannya sama Novem, biar dia bisa bebas nggak di ekorin mulu. Si Novem itu masih sering banget nyamperin si Jo, apa lagi sejak lo deket ama dia. Jadi si Jo emang nggak mau bales WA dari lo soalnya nggak mau lo di labrak ama si Novem lagi."

Aku yang mendengarnya menahan diri untuk tidak koprol, jingkrak - jingkrak, jungkir balik atau sebaliknya karena terlalu bahagia.

Akhirnya dapat lampu hijau!

Beberapa hari kemudian kak Jordan kembali menghubungiku, mengatakan yang sebenarnya terjadi tentang dirinya dan kak Novem, ia juga meminta maaf atas kejadian mantannya yang melabrak aku. Lalu aku mulai lebih sering modus lagi selama beberapa minggu terakhir.

Inilah saatnya aku terus maju pantang menyerah. Mungkin saja kak Jordan sudah mulai menyukaiku juga. Aku akan berusaha menyatakan cintaku jika waktunya tepat. Persetan dengan budaya ketimuran tentang perempuan yang harusnya menunggu laki - laki menyatakan perasaanya. Tapi saat ini perasaanku sudah memuncak, apa lagi kak Jordan yang populer pasti sudah sering mendengar pernyataan cinta dari banyak perempuan. Jadi mendapat pernyataan cinta dariku mungkin tidak masalah kan?

Pokoknya kali ini aku harus!

Lalu suatu hari pada saat akhir tahun, daddy meminta atau lebih tepatnya memaksaku ikut ke acara pesta topeng itu.

________________________________________

Thanks for reading this chapter

Terima kasih juga yang uda sempetin baca, komen dan vote

See you next chapter teman temin

With Love

Chacha Nobili

👻👻👻

Post : 22 Juli 2019

Revisi : 23 Maret 2020


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C7
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk