Unduh Aplikasi
57.83% My Teacher My Husband / Chapter 107: Ch. 107

Bab 107: Ch. 107

Chanyeol terdiam dengan ramen di depannya, mengaduk-aduk mangkuk berisi penuh kuah itu. Baekhyun sedang memandangi ponselnya, dan Jiyeon sedang menatap layar televisi di depannya. Bosan sungguh!

"Ayo lakukan sesuatu!" Ajak Chanyeol. Suasana saat ini benar-benar hening dan sungguh tak menyenangkan. Tau saja Chanyeol itu seperti ulat cabe. Tak mau diam.

"Aku malas." Respon Baekhyun. Mengubah posisinya menjadi duduk dan berteriak heboh.

"What the shit?!" Pekik Baekhyun. Menarik rambut Chanyeol dan rambut Jiyeon agar mendekat kearahnya. Ini sungguh berita penting. Sangat penting.

"Apa?" Tanya Jiyeon malas.

"Kris Wu sudah menetapkan tanggal pernikahan. Ya tuhan, dua minggu lagi!" Heboh Baekhyun. Entah kenapa ia menjadi sangat antusias jika Kris Wu si kakak dari manusia tak berekspresi suami sahabatnya itu menikah. Pasti akan sangat mewah lagi. Baekhyun sudah tidak tahan ingin merasakan Stoberry cake dari acara pernikahan keluarga kaya raya itu. Saking kayanya, harta dari keluarga Oh itu tidak akan habis tujuh turunan, lima tanjakan, dan delapan belokan.

"Lalu apa? Kenapa kau yang heboh?" Heran Jiyeon. "Mengganggu acara melihat wajah tampan Hwang Minhyun milikku saja!" Dengus Jiyeon masih tak rela jika wajah pria tertampan seantero Koreanya terlewat beberapa detik saja.

"Makan Hwang Minhyun itu. Dasar aneh!" Sungut Baekhyun, ini berita terhot seantero jagat raya dan wanita itu tak merespon apa pun? Punya perasaan atau tidak? Heran ah.

"Apa maksudmu aneh sialan?!" Maki Jiyeon. Chanyeol menghela nafas, jika manusia ini di satukan maka tak akan ada kata akhir hingga kiamat tiba pun. Maklum saja mulut mereka seperti petasan tahun baru.

"Apa maks-"

"Kau tak cemburu Ji?" Tanya Chanyeol.

Ini juga manusia Caplang ini, cemburu apanya? Pada siapa? Kris Wu? Maaf saja, selera Jiyeon itu setinggi langit ke tujuh. Lebih malah. Kris itu belum mencapai seperempat langit pertama.

"Cemburu? Hih buat apa?" Jiyeon berdecih kesal, memilih untuk melanjutkan acara mari menatap wajah Hwang Minhyun sang pangeran impiannya.

"Bukannya kau pernah dekat dengan pria tampan itu?" Heran Chanyeol.

Satu lagi. Dekat dari mana? Jangan bermimpi! Apa saling melempar tatapan maut saat bertemu itu dikatakan dekat? Jika iya, maka Jiyeon bersumpah, saat dia bertemu dengan Kris esok hari ia akan langsung mencium Kris saja. Itu lebih baik.

"Mungkin mereka menjalin hubungan dalam diam!" Entah mendapat pencerahan dari mana hingga tiba-tiba saja pemikiran terkutuk macam itu melintas di otak cantiknya.

Bruk.

Sret.

"Mari bertengkar di luar!"

**

"Hei,, apa kabar anak daddy? Baik?" Sehun duduk bersimpuh di depan Suzy yang sedang bersandar nyaman di sofa coklatnya, menyapa anak pertama mereka yang sebentar lagi akan melihat dunia. Semoga saja.

"Apa mommy memberi asupan gizi yang cukup?" Lagi, Sehun berbincang dengan sang buah hati. Berharap sang janin mampu mengenali suara ayahnya ini saat ia lahir nanti.

"Aku tidak sejahat itu Sehun." Suzy mengelus wajah tampan suaminya, entah kenapa semenjak hamil ini hobi baru Suzy adalah untuk menyentuh wajah suaminya. Mulai dari alis, mata,  hidung, pipi, bibir, dan kembali ke alis lagi.

"Semakin mengagumi wajahku?" Tanya Sehun penasaran. Memeluk pinggang Suzy dan mengusap perut yang sudah agak membengkak itu.

"Mengagumi? Jijik!" Dengus Suzy seraya mendorong dahi Sehun dengan telunjuknya. Sedikit geli dengan ucapan tak berdasar manusia tak berekapresi itu. Geli gimana gitu ya.

"Hei, kau ingin anak apa? Laki-laki? Perempuan?" Tanya Sehun.

"Apa pun tak masalah." Ujar Sehun. Mengecup punggung tangan Suzy yang berada dalam genggamannya. "Kau ingin makan apa? Apa kau mengidam hanya sekali?" Tanya Sehun penasaran. Biasanya ibu-ibu hamil itu mengiamnya hingga berkali-kali, setau Sehun. Apa lagi urusan menyiksa suami, nomor satu.

"Aku belum mau apa pun." Jawab Suzy. Bayinya mungkin sedang berbaik hati hingga tak mau menyusahnya orang tuanya dan mengganggu waktu romantis dadmomnya juga.

"Tapi jangan yang aneh-aneh ok. Cukup yang normal saja." Bisik Sehun. Membawa Suzy masuk ke kamar mereka karena ini sudah waktunya si bayi besar untuk tidur siang. Setelah itu baru makan, tidur, makan, dan tidur lagi.

"Aku belum mengantuk!" Tolak Suzy. Dia tidak mau ke kamar, panas! Tak suka! Bayinya bisa gerah.

"Tidak ada kata tidak, karena ini memang jadwal tidur siangmu, mommy." Sehun kembali membawa Suzy masuk ke kamar. Menghidupkan AC dan membuka tirai jendela. Dia tau Suzy tak suka gelap. Malam pun, Suzy tetap tak mau menutup tirainya, alasannya ya simpel.. ingin melihat bintang. Aneh!

Tink.

"Aku ingin ice cream." Satu-satunya alasan agar ia tidak berakhir di bawah selimut untuk di nina bobo kan Sehun. Itu sungguh menyebalkan.

"Ice cream?"

"Ya!"

Sehun terdiam sebentar, menimang apa harus mereka pergi atau tidur lebig baik.

"Ok."

"Yes!"

**

"Sehuuun! Choco green tea!" Suzy berseru dari meja tempat mereka duduk. Biar saja Sehun yang memesan, itu tugas suami yang baik dan benar serta  perhatian.

"Hmm." Sehun berdehem.

Suzy menunggu dalam diam, mengayunkan kakinya bagai anak kecil dan menatap keluar jendela. Sudah lama mereka tidak makan ice cream disini.

Tok.

Tok.

Seseorang mengetuk meja tempat Nyonya Oh duduk. Membuat Suzy menoleh dan mendengus malas saat yang ia lihat malah manusia tak jelas dari fakultas desain abal-abal.

Memuakan!

Suzy mendengus dan dan kembali memalingkan wajahnya keluar jendela, pemandangan di luar jendela lebih wah dari pada wajah memuakan si abal-abal ini.

"Kau duduk disini?" Tanya Somi sinis.

"Apa kau buta? Tak bisa melihat sendiri?" Sinis Suzy. Cantik saja yang ia, mata minus sebelas! Bodoh!

"Kau menunggu langganan? Sudah tak punya uang?" Somi bertanya seraya bersedekap dada. Menatap Suzy dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Hening.

Suzy diam tak menjawab, terlalu malas untuk membalas karena apa? Kalau dia marah-marah nanti anaknya bisa menderita darah tinggi. Tak boleh! Anaknya harus lemah lembut dan sopan.

"Hei bitch!"

Siaga satu!

"Apa kau tuli?!"

Siaga tiga! Sekali lagi habis wanita ini.

"Ya! Sialan!"

No siaga-siaga! Langsung perang!

Sret.

"Kau punya masalah apa brengsek? Kurang kerjaan? Sialan tak berguna!" Maki Suzy. Menarik keras rambut Somi hingga beberapa helainya rontok. Mati saja! Tak peduli!

"Ya! Kau pikir kau berurusan dengan siapa?" Amuk Somi. Menarik Suzy hingga gadis itu mendekat padanya dan mulai menarik rambut milik Nyonya Oh di depannya.

"Lepaskan atau kau dapat masalah besar!" Peringat Suzy tenang. Ia tau sebentar lagi akan ada yang datang dan menampar gadis sialan ini.

"Siapa yang peduli pada gadis murahan sepertimu hah?!" Tantang Somi. Semakin menarik rambut Suzy ke bawah hingga kepala gadis itu merunduk parah.

"Siapa yang kau maksud murahan?" Suara berat di belakang Suzy mulai terdengar. Hawa di cafe ini sudah sangat menakutkan sebenarnya, hanya saja ya, mau bagaimana lagi. Sudah di peringatkan tak mau dengar. Tanggung resiko masing-masing!

"Siapa yang kau maksud sialan?" Chanyeol bertanya sekali lagi. Menyembunyikan Suzy di balik punggungnya yang yah, lebar.

"Oow ada satu lagi sampah dari fakultas management business." Sapa Somi ramah. Mengangkat tangan kanannya dan tersenyum ramah.

"Dasar anak sialan!" Dengus Jiyeon.

"Yeah, anak sialan!" Sambung Baekhyun santai. "Hai calon ibu muda." Sapa Baekhyun pada Suzy. Wanita yang sedang hamil itu memang menggoda ya.

"Hai Baekyeonce.. kalian datang tepat waktu ya sekarang." Sindir Suzy ramah. Heran, kemana suami tampannya itu? Beli ice cream dimana? Jeju?

"Suamiable Oh dimana?" Gumam Suzy. Melempar pandangannya kepenjuru cafe dan tak sekali pun melihat Sehun dalam jangkauannya.

**

"Apa lagi yang kelinci liar itu lakukan ya tuhaan." Sehun mengerang pasrah, padahal baru saja lima belas menit yang lalu ia pergi mencari ice cream choco green tea abal-abal keinginan istrinya itu.

"Sekumpulan sampah disini?"

Sehun sayup-sayup mendengar suara perempuan yang entah kenapa perasaannya mengatakan jika itu musuh baru istrinya.

"Sampah teriak sampah? Heii silahkan berkaca nona buruk rupa.!"

Nah, yang ini Sehun tau itu suara siapa. The one and only Park Jiyeon aneh tak ada duanya.

"Sudahlah, biarkan saja. Ayo cari meja lain."

Sejak kapan istrinya bisa berbicara setenang itu saat ada musuh? Kalem sekali.

"Tak usah kembali saja. Mati sekalian. Mengganggu pandanganku saja!"

Sebenarnya siapa yang mencari masalah disini? Kenapa Sehun merasa bahwa wanita itu adalah saudara jauhnya Irene. Dilihat lebih lama tak masalah bukan? Hitung-hitung liburan setelah pulang dari dinas seminggunya.

"Yak! Dasar sialan sampah tak berguna memuakan! Sudah jelek, pendek, pesek, hidup pula! Menghabiskan oksigen Tuhan saja!"

The power of ibu hamil ya, ini benar-benar istrinya. Cukup sampai disini saja. Kasihan anaknya nanti. Ini tidak akan berakhir hingga besok juga walau dibiarkan.

"Sudahlah, kita cari tempat lain ok." Sehun memeluk Suzy. Membuat gadis itu masuk dalam kenyamanan dada bidangnya. Mengelus surai panjang yang selama ini menambah kesan cantik pada istrinya.

"Oh Sehun?" Gumam Somi tak percaya. Adik dari calon kakak sepupu iparnya. Benar-benar tampan.

"Kau adik Park Eun Mi? Calon istri kakakku? Katakan saja pada sepupumu itu untuk membatalkan semuanya, karena aku tak menyukai keluarga kalian bahkan dari nenek moyang kalian." Desis Sehun. Jangan pikir jika Sehun tak tau tentang kabar pernikahan kakaknya. Apa lagi si wanita di depannya ini. Sehun sudah sangat tau.

"Kau tau?" Jiyeon berseru tak percaya. Apa Sehun juga tau tentang Park Eun Mi itu? Semoga saja.

"Tentu. Mereka keluarga atas yang berperilaku seperti kaum bar-bar tak berpendidikan!"

"WUHUUUUUU! THAT'S RIGHT!"

"OW YEAH! OH SEHUUN. KAU SUNGGUH LUAR BIASA!"

"DIA MEMANG KAUM BAR-BAR!"

TBC

SEE U NEXT CHAP

THANK U

DNDYP


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C107
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk