"Kamu…" Qu Tan'er berusaha menutupi tubuhnya dengan tangan, wajahnya kini menjadi berwarna merah marun seperti buah persik. Karena cara galak tidak berhasil, dia pun menggunakan cara lembut, yakni dengan berusaha mengeluarkan ekspresi kasihan dan melirik Mo Liancheng. "Pangeran, bisa tolong ambilkan handuk? Aku kedinginan…"
Bahu Mo Liancheng bergidik dan hampir saja gagal menahan tawanya. Sepasang matanya masih terpaku pada tubuh Qu Tan'er, walaupun dia terlihat tenang-tenang sana, namun kenyataannya tidak. Bertahan selama ini saat gadis cantik ada di depan mata, bagi pria normal manapun, hal ini sangatlah tidak mudah. Kalau bukan karena kaki istrinya itu terluka, mungkin saja dia sudah menyerangnya dari tadi.
"Kamu, kamu… Jangan lihat…" Qu Tan'er yang gusar tidak sengaja tergelincir. "Blurp… Huk! Uhuk!" Kepalanya terbenam ke dalam air dan membuatnya tersedak. Dia cepat-cepat berdiri lagi dan terbatuk-batuk karena air yang masuk ke dalam mulut dan hidung.