"Aku tahu yang kamu inginkan. Tapi, apa kamu tahu bagaimana jadinya kalau wanita lain di kediaman ini cemburu atau iri? Kalau kamu tidak mendapat kekuasaan itu, kamu bisa mati," tutur Su Yuela.
"Iya, iya, aku tahu. Tapi..."
"Kamu dengarkan saja saranku, lalu akai peluang ini sebaik mungkin."
"..." Qu Tan'er tidak berkata apa-apa lagi. Dia tahu bahwa mau ngomong sampai berbusa pun, dirinya tidak akan bisa mengubah pikiran Su Yuela. Dan sahabatnya itu juga tidak akan mengerti perasaannya. Sahabatnya itu menginginkan kekuasaan dan status agar tidak dihina orang lain, sedangkan yang diinginkan dirinya adalah kebebasan.
"Jingxin, Yuela... Kalian keluarlah dulu. Aku lelah dan ingin beristirahat."
"Tapi..."
"Pergilah," ucap Qu Tan'er sambil melihat ke arah Jingxin, lalu ke arah Yuela.
"Baiklah, Nona," jawab Jingxin.
"Kamu istirahat dulu saja, kami keluar ya..." Ujar Su Yuela sembari melihat wajah Qu Tan'er yang kelelahan.