Unduh Aplikasi
7.47% Your Father is My Husband / Chapter 32: Pulau Jeju

Bab 32: Pulau Jeju

Setelah menempuh waktu beberapa jam akhirnya Binar dan Adnan tiba di Jeju. Adnan yang harus mengurus masalah terlebih dahulu menyuruh Binar untuk menunggunya di kamar hotel.

Untuk menghilangkan rasa bosan, dia memutuskan untuk keluar dari hotel dan berjalan-jalan di pulau Jeju. Dia mengambil ponselnya lalu melihat-lihat tempat wisata di pulau Jeju.

Namun, rencananya diurungkan sebab Adnan menghubunginya dan mengatakan untuk tidak pergi dari kamar hotel. Binar mendengar suara Adnan yang begitu risau, sehingga dia menuruti apa yang diperintahkan olehnya.

Sebenarnya dia ingin tahu mengapa Adnan tidak mengizinkannya keluar dari kamar hotel. Akan tetapi, dua tidak terus bertanya karena dia tidak ingin membuat masalah bagi suaminya.

Binar mulai berpikir mengapa Adnan berubah menjadi sedikit posesif, bukankah dulu dia tidak pernah melarang dirinya untuk pergi ke mana saja yang diinginkannya. Dia menghela napas panjang lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Menunggu adalah hal yang sangat membosankan baginya. Tidak terasa kedua matanya mulai berat, dia pun memejamkan matanya karena rasa kantuk sudah tidak tertahankan.

Entah sudah berapa lama binar tertidur, hari sudah mulai gelap. Adnan yang sudah selesai dengan pekerjaannya bergegas menuju kamar hotel, dia merasa bersalah karena sudah menyuruh Binar untuk tidak ke mana-mana.

Adnan membuka pintu kamar hotel secara perlahan, dilihatnya kamar begitu gelap. Dia berpikir jika Binar tidak ada di dalam, hatinya sudah mulai gusar mengapa istrinya tidak menuruti apa yang diperintahkan olehnya.

Dia pun menyalakan lampu kamar, matanya terbelalak saat melihat seorang wanita sedang terlelap di atas tempat tidur. Senyum lembut timbul di ujung kedua bibir Adnan. Dia berjalan perlahan mendekat ke tempat tidur, lalu duduk tepat di samping Binar yang masih tertidur.

Adnan mengambil ponselnya lalu mengirim pesan pada Candra untuk menyiapkan makan malam dan mengirimkannya ke kamar. Sebab dia yakin jika Binar belum makan sama sekali. Mengapa dia bisa berpikir seperti itu karena di atas meja sama sekali tidak terdapat sisa makanan yang sudah disantap.

Dibelainya dengan lembut kepala Binar, disibakkannya rambut yang menutupi wajahnya. Terlihat seorang wanita yang sangat tidak memiliki rasa kewaspadaan, dia berpikir bagaimana jika ada musuh yang mendekatinya.

"Kau sudah pulang?" tanya Binar yang terbangun karena belaian lembut Adnan.

Adnan mengangguk lalu dia kembali membelai lembut pucuk kepala Binar, rasanya ingin sekali memeluknya dengan erat dan tidak membiarkannya bangun begitu saja. Itulah yang ada dalam benaknya saat ini.

Terdengar suara ketukan pintu, Adnan beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju pintu kamar. Dia membuka pintu kamar, terlihat dua orang pelayan dan Candra. Mereka membawa beberapa menu makanan yang dipesan Adnan tadi.

Adnan pun menyuruh mereka untuk masuk kedalam kamar, kedua pelayan menata rapi makanan yang sudah siap di atas meja lalu mereka pamit undur diri. Sedangkan Candra masih tetap berada di dalam kamar, dia menunggu dengan sabar jika suatu saat Adnan membutuhkan bantuannya.

"Ikutlah makan dengan kami!" kata Binar sembari beranjak dari tempat tidur lalu berjalan menuju kamar mandi.

Binar berniat untuk membasuh wajahnya agar terlihat segar sebab dia baru saja bangun. Dia tidak ingin terlihat seperti wanita yang baru bangun tidur padahal kenyataannya memang seperti itu. Setelah selesai membasuh wajahnya dia terlihat segar lalu berjalan keluar.

Candra masih saja berdiri tegap dan binar tidak menyukai itu, dia terlihat seperti seorang pengawal baginya. Sebenarnya Binar tahu jika Candra bukan hanya sebagai asisten saja melainkan sahabat suaminya.

"Apa kau tidak duduk? Aku baru tahu jika kau kakak akan terus berdiri tegap!" ujar Binar seraya mengatakan jika dia menyuruh Candra untuk duduk.

Adnan terkekeh mendengar Binar mengatakan itu, dia juga ingin tahu apa yang akan dikatakan atau dilakukan oleh Candra setelah mendengar itu. Sebab baru kali ini ada seseorang yang memerintahkan dirinya untuk duduk selain diriku.

"Ji—," Sebelum Candra melanjutkan kata jika dengan cepat Binar memerintahkan Candra untuk duduk. Dia tidak ingin ada bantahan kali ini sebab malam ini dia ingin melihat Candra sebagai sahabat Adnan.

Candra menatap Adnan yang masih terkekeh karena ulah istrinya yang menyuruh Candra duduk. Namun, Candra berusaha untuk sahabat menghadapi kedua orang yang ada di hadapannya itu.

Binar menatap dengan sorot mata yang tajam, dia kesal sekali mengapa Candra sangat sulit sekali untuk duduk. Dia berpikir apakah ada luka di pantatnya sehingga dia tidak berani duduk.

"Apa ada luka di pantatmu?! Sehingga kau sangat sulit untuk duduk!" ucap Binar dengan nada menyelidiki.

Seketika tawa Adnan menyeruak, dia tidak tahan lagi menahan tawa atas setiap perkataan Binar. Tawanya itu membuat Candra semakin kesal, dia tidak bisa menahan amarahnya.

"Hentikan tawamu itu, Adnan!" tukas Candra pada Adnan yang masih terbahak-bahak.

"Sayang, kau benar di pantatnya ada bisul yang sangat besar. Sehingga dia tidak mau duduk!" timpal Adnan sembari kembali terkekeh.

"Benarkah, Candra?!" tanya Binar seraya tak percaya apa yang dipikirkannya itu benar.

"Sial kau Adnan! Kau membuat Binar percaya akan ucapanmu itu!" tukas Candra yang sudah tidak bisa menahan amarahnya.

Adnan semakin terkekeh-kekeh melihat Candra semakin geram, sudah lama dia tidak menggoda sahabatnya itu. Karena selama ini Candra selalu menjalankan peranannya sebagai seorang asisten bukan sebagai sahabat.

Akhirnya Candra duduk satu meja dengan Binar dan Adnan, dia sudah tidak ingin berdebat lagi dengan dua manusia yang bisa membuatnya kehilangan kesabaran. Jika sudah mulai berkelakar.

Binar berpikir apakah untuk membuat Candra duduk bersama harus menggodanya seperti ini atau harus membuatnya kehilangan kesabaran. Dia menghela napas dan berkata dalam hatinya begitu sulit untuk membuat Candra mematuhi perintahnya.

"Mengapa kau menghela napas, Sayang?" tanya Adam yang melihat binar menghela napas.

"Sungguh sulit membuat Candra menuruti perintahku! Apakah aku harus membuatnya geram terlebih dahulu?" balasku.

Adnan kembali terkekeh karena perkataan Binar, entah mengapa setiap kata yang keluar dari mulut Binar selaku membuatnya tergelak. Sedangkan Candra hanya bisa diam sembari menahan amarah karena gelak tawa Adnan.

"Hentikan tawamu itu, Sayang! Kau membuat sahabatmu itu marah!" kata Binar sembari mulai memilih menu makanan yang akan disantapnya.

Adnan pun menghentikan tawanya lalu dia mengatakan untuk segera menyantap makanan yang sudah tersedia. Mereka pun mulai menyantap makan malam tanpa banyak bicara dan kelakar.

"Apa ada yang kau perlukan lagi?!" tanya Candra pada Adnan setelah selesai menyantap makan malam.

"Tidak! Suruh saja para pelayan untuk merapikan tempat ini sebelum aku beristirahat!" jawab Adnan sembari beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju balkon untuk menghisap sebatang rokok.

Candra pun beranjak dari duduknya lalu menekan sebuah tombol di dekat sofa. Tidak berapa lama ada yang mengetuk pintu kamar, dia pun berjalan mendekat pintu lalu membukanya. Ada dua orang pelayan yang sudah berdiri tegap.

Pelayan itu pun langsung diperintahkan oleh Candra untuk merapikan semuanya. Setelah semuanya rapi para pelayan itu pun pamit untuk undur diri, melihat semuanya sudah rapi. Candra pun pamit untuk kembali ke kamarnya untuk menyelesaikan semua pekerjaan yang belum terselesaikan lalu beristirahat.


Bab 33: Kelakar

"Sayang, apa besok aku boleh berjalan-jalan?" tanya Binar pada Adnan yang masih berdiri di balkon sembari menghisap sebatang rokok.

Adnan tidak menjawab dari pertanyaan Binar, dia hanya terpaku dengan langit yang gelap sembari menghisap rokoknya. Dia kembali teringat akan sikap Marcello yang masih berusaha untuk selalu dekat dengan istrinya.

"Adnan Raymond," bisik Binar yang berniat menggoda Adnan.

Dia tidak tahu mengapa dirinya melakukan itu, dengan cepat Binar mundur beberapa langkah. Karena dia tahu apa yang dilakukannya akan menyebabkan Adnan menyerangnya.

"Binar Chavali—kau benar-benar sudah mulai berani!" katanya sembari menyeringai.

Adnan mematikan rokoknya, dengan senyum tipis dia berjalan perlahan mendekati Binar yang sudah berada tiga langkah di depannya. Saat Binar hendak melangkah mundur tetapi tidak bisa, tubuhnya menubruk dinding sehingga dia terhenti.

"Apa yang akan kau lakukan?" tangan Binar dengan nada menyelidiki pada Adnan.

"Kau yang memulai semua ini maka kau yang harus bertanggungjawab, Sayang!" jawabnya dengan nada lirih tetapi ada sedikit penekanan dari kata yang keluar dari bibir Adnan.

Tatapannya begitu tajam dan fokus pada mata Binar, seraya tidak ingin melepaskan mangsa yang sudah tidak bisa lari ke mana-mana. Sedangkan Binar saat ini memikirkan bagaimana caranya untuk lepas dari jerat Adnan yang hendak melahapnya.

"Siapa yang memulai? Kau saja yang tidak mendengar apa yang aku tanyakan!" kilah Binar sembari memalingkan wajahnya.

Adnan tersenyum, dia berpikir kucing liarnya ini sudah mulai berulah. Tangannya menyentuh dagu Binar lalu menggerakkan tangannya sehingga wajah Binar kembali berhadapan dengannya.

Mereka saling menatap, secara perlahan Adnan mendekatkan wajahnya sudah terniat salah hatinya untuk mengecup bibir wanita yang sudah menggodanya itu. Namun, semuanya diurungkan dengan cepat kedua angannya menyentuh bagian pinggang Binar lalu menggelitiknya.

Binar terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Adnan, rasa geli akibat gelitik Adnan membuatnya tertawa. Dia berusaha untuk lari darinya tetapi tidak bisa karena suaminya itu selalu berhasil menangkapnya.

"Hentikan ini, Adnan! Apa kau ingin membuatku mati tertawa!" ucap Binar sembari tertawa.

"Aku tidak akan menghentikannya sebelum kau mengatakan Aku membutuhkanmu, Sayang!" timpal Adnan sembari terus menggelitiki Binar.

"Baik ... Baik aku akan mengatakannya—hentikan dulu tanganmu itu!" Binar menjawab karena sudah tidak tahan dengan gelitik Adnan.

Binar menari napas, mengatur ritme pernapasannya kembali agar bisa bernapas dengan normal. Dia menghapus air mata yang keluar karena sedari tadi tertawa terus-menerus.

 Dia mengatur posisi tubuhnya, sedikit menjauh dari tubuh Adnan. Dalam benaknya berkata tidak semudah itu Adnan mendapatkan keinginannya karena dia akan lari darinya.

"Sayang, aku sangat ... Sangat ... Sangat membu—," Sebelum melanjutkan kata membutuhkan Binar berjalan mundur lalu berbalik dan lari menuju kamar mandi.

Dia berteriak dan mengatakan, "Aku tidak membutuhkanmu!"

Adnan keselamatan dengan tingkah Binar, dia pun berlari mengejarnya tetapi usahanya gagal kali ini. Sebab binar sudah berhasil masuk kedalam kamar mandi.

"Sayang, keluarlah!" perintah Adnan sembari mengetuk pintu kamar mandi.

Binar tidak mau membuka pintu kamar mandi sebab dia tahu jika Adnan akan menghukumnya. Adnan pun menghentikan mengetuk pintu kamar mandi, dia memberikan kesempatan untuk Binar berada di dalam kamar mandi.

Ponsel Adnan berdering, dia langsung berjalan menuju nakas dan mengambil ponsel yang ada di atas nakas. Dia melihat nomor siapa yang menghubunginya, tertera nama Marcello.

"Ada apa lagi dia menghubungi aku?!" gumamnya sembari mengangkat telepon.

Dia pun hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh Marcello, tidak sedikit saja menimpali perkataannya. Entah mengapa dirinya merasa jika akan terjadi sesuatu yang membuatnya harus memilih.

Marcello memutuskan sambungan teleponnya, Adnan berniat menyimpan ponselnya. Namun, diurungkan lalu mengirim pesan pada Candra, dia bertanya apa yang sudah dilakukan oleh Marcello.

Pesan diterima oleh Candra dan dia langsung menghubungi Adnan lalu mengatakan jika Marcello sedang melakukan kerja sama dalam sebuah bisnis baru baginya. Dan partner dari Marcello adalah sahabat Binar yaitu Bianca Chastine.

Hanya itu saja informasi yang di dapat oleh Candra dan semua yang dikatakan olehnya sama persis dengan yang dikatakan oleh Marcello. Namun, Marcello tidak mengatakan dengan siapa dia bekerja sama.

Adnan menutup sambungan teleponnya lalu menyimpannya kembali di atas nakas. Dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, lalu memejamkan kedua matanya.

Dia berpikir kembali apa yang akan dilakukan oleh Marcello kali ini dengan bisnis barunya. Adnan merasa khawatir karena Marcello sama sekali tidak berpengalaman dalam bisnis barunya ini.

Meski dia sedikit kesal dengan Marcello karena selalu ingin mendekati Binar, bagaimanapun dia tetaplah putra angkat-angkat. Dia sudah menganggap Marcello seperti adik kandungnya sendiri, itulah sebabnya dia menjadikannya sebagai anak angkatnya.

Binar yang sedari tadi berada di dalam kamar mandi memutuskan untuk membersihkan dirinya. Dia merasa ada yang aneh dengan dirinya, rupanya dia kedatangan tamu yang setiap bulannya selalu singgah.

Setelah selesai membersihkan diri, Binar berniat keluar dari kamar mandi tetapi masih ragu. Sebab dia teringat akan Adnan yang menurutnya masih kesal terhadapnya. Dia menempelkan telinganya di pintu untuk mendengarkan apa yang sedang dilakukan oleh Adnan.

Namun, dia tidak mendengar suara apa pun, dia berpikir mungkin Adnan keluar dari kamar bersama Candra atau sudah terlelap. Binar memberanikan diri membuka pintu kamar mandi secara perlahan. Agar tidak menimbulkan suara yang akan mempengaruhi Adnan.

Dia mengintip terlebih dahulu, tidak terlihat Adnan lalu membuka pintu kamar mandi selebar mungkin. Binar keluar dari kamar mandi dengan kedua matanya menyapu seluruh ruangan kamar guna mencari keberadaan Adnan.

Binar melihat Adnan yang sudah terlelap di atas tempat tidur tetapi dia masih menggunakan kemeja yang sedari siang digunakannya.  Dia berniat untuk mencari tahu apakah Adnan benar-benar sudah tertidur atau hanya pura-pura.

Dia berjalan perlahan mendekat pada Adnan yang berada di tempat tidur, setelah berada di dekatnya. Binar mencondongkan tubuhnya melihat dengan saksama apakah pria itu benar-benar sudah terlelap atau hanya sandiwara saja.

Adnan menyadari jika Binar sedang menatapnya dengan lekat, dalam benaknya berkata jika wanitanya ini selalu saja membuatnya tidak bisa menahan hasratnya. Dia masih menutup kedua matanya dan ingin mengetahui apa yang hendak dilakukan oleh istrinya ini.

"Apa kau akan melihatku terus, Sayang?" tanya Adnan sembari membuka matanya lalu menarik tangan Binar sehingga terjerembap di atas tubuhnya.

Sebelum mendengar apa jawaban Binar dengan cepat Adnan mengubah posisi tubuhnya. Sehingga sekarang yang berada di bawahnya adalah tubuh Binar, dia menatap dengan lembut wajah Binar yang sudah terlihat sangat segar.

Adnan langsung mengecup Binar dengan lembut, perlahan tangannya juga mulai melepaskan handuk yang menempel di tubuh Binar. Dia tidak ingin bermain-main saat ini, kecupan lembut itu membuat Binar hanyut dan mengikutinya.

Binar tersadar saat tangan Adnan mulai menyentuh lembut area sensitifnya yang terletak di bawah. Dia ingat jika dirinya sedang datang bulan, dengan cepat tangannya menghentikan pergerakan tangan Adnan.

Adnan menghentikan kecupannya lalu menatap Binar seraya bertanya mengapa menghentikannya. Binar mengerti apa arti dari tatapan Adnan itu, dia ragu apakah akan mengatakannya atau tidak.

"Mengapa?!" tanya Adnan.

"Kau harus menunggu selama seminggu," jawab Binar lirih.

Adnan langsung menghempaskan tubuhnya tepat di samping Binar, dia mengerti dengan jawaban itu. Dan dia harus menunggu selama satu minggu untuk memenuhi hasratnya.


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C32
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank 200+ Peringkat Power
    Stone 0 Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk

    tip Komentar Paragraf

    Fitur komentar paragraf sekarang ada di Web! Arahkan kursor ke atas paragraf apa pun dan klik ikon untuk menambahkan komentar Anda.

    Selain itu, Anda selalu dapat menonaktifkannya atau mengaktifkannya di Pengaturan.

    MENGERTI