Senyumnya tidak pernah luntur. Beberapa bulan ini ia merasa hidup kembali. Pitaloka menatap lekat loby kantornya yang telah ia bersihkan. Loby itu adalah saksi pertama kali ia bertemu dengan Pandu. Saat tidak sengajanya Pita menabrak dada bidang Pandu.
Suara gema high heels terdengar mendekat kearahnya.
"Pit.." Sapa Tias.
"Iya bu?!" Jawab Pita ramah.
"Dipanggil bos tuh." Jelasnya.
"Beneran??" Tanya Pita yang langsung diangguki Tias.
Pita membawa ember serta pelannya. Dan menaruh diasal didapur kantor.
Ia menaiki lift menuju lantai dimana ruangan Bosnya 'ralat' kekasihnya berada.
'Ting'
Lift berhenti. Dan menampakan ruangan Pandu.
Pita mengetuk ruangan itu. Dan terdengar suara bariton Pandu mengintrupsi.
"Masuk!!"
Pita langsung membuka pintu itu. Pandangannya jatuh tepat pada seorang pria yang sedang berperang dengan komputernya. Pria itu membenarkan posisi duduknya lalu menatap Pita. Ia tersenyum saat mendapati kekasih mungilnya berjalan kearahnya dengan malu.
Bagaimana tidak malu, sedangkan Pandu menatapnya intens bahkan dengan senyum manis yang mampu membius siapa saja. Dan saat ini Pita lah yang terbius.
"Morning sweetheart." Sapa Pandu
Pita hanya tersenyum manis.
"Kamu sudah sarapan??" Tanya Pandu saat Pita sudah mendaratkan bokongnya pada kursi didepan meja Pandu.
"Sudah!!." Jawab Pita salah tingkah karena Pandu tetap menatapnya seperti itu.
"Kenapa kita terlihat seperti atasan dan bawahan?! Ikuti aku." Titah Pandu berdiri.
Ia berjalan kearah sofa dan duduk menyilangkan kaki disana. Pandu menatap lekat Pita yang tidak mengikuti dirinya. Dia masih betah duduk didepan meja kerjanya.
Pandangan mereka beradu.
"Kemari." Titah Pandu menepuk pelan sofa disampingnya.
Entah ajakan darimana Pita menurutinya. Seperti terhipnotis ia menghampiri Pandu dan mendaratkan bokongnya tepat disamping Pandu.
Pandu mengubah posisi duduknya menyamping namun dengan kaki masih menyilang. Sedangkan Pita mencoba menahan napas karena Pandu sedikit mencondongkan tubuhnya dan itu membuat Pita merasa gugup. Sepanjang Pandu memperhatikannya Pita sama sekali tidak berani menengok.
"Kamu lucu." Bisik Pandu pelan.
Pita refleks menengok. Dan.
'Cup'
"Morning kiss sayang." Jelas Pandu dengan masih menelisik raut wajah terkejut Pita. Pandu sangat gemas melihatnya.
Antara terkejut dan bahagia. Itulah yang Pita rasakan. Mereka jarang sekali menikmati waktu seperti ini. Mengingat betapa sibuknya Pandu beberapa bulan ini saat berada dikantor. Dan moment saat ini tentu saja membuat Pandu dan juga Pita memanfaatkannya.
'Cup'
Belum selesai Pita dengan keterkejutannya Pandu kembali mencium kilat Pita. Tidak seperti ciuman pertama. Pandu memberi sedikit lumatan pada bibir Pita.
"Aku selalu merindukan bibir ini." Aku Pandu membuat wajah Pita memerah menahan bahagia bercampur malu secara bersamaan.
"Manis... Dan menggoda..." Ucapnya kembali didekat telinga Pita. Pita memejamkan mata guna menjernihkan pikiran kotornya karena perlakuan Pandu.
"Pan--du....." Lirih Pita mendorong dada Pandu.
"Kenapa?? Memang benar rasanya manis. Boleh aku merasakannya lagi?!" Tanya Pandu yang langsung membuat Pita melotot tajam.
Pandu terkekeh melihat reaksi mematikan kekasihnya.
Ia kembali memposisikan duduknya dengan kedua tangan bertumpu dibelakang kepalanya.
Pita memperhatikan tubuh Pandu. Dari wajah leher hingga perutnya. Ingin sekali ia usap lembut perut sixpack milik Pandu. Ia menggeleng cepat menghilangkan fantasi liarnya.
Namun tangannya dengan cepat ditarik oleh Pandu dan didaratkan diperutnya. Pita melotot tidak percaya. Mulutnya bahkan sedikit menganga menandakan bahwa ia benar-benar terkejut.
"Sentuh saja jika ingin. Semua yang ada padaku adalah milikmu. Sayang." Ucap Pandu lembut dengan tatapan nakalnya. Membuat Pita merutuki dirinya sendiri.
Dia terciduk sedang mengagumi tubuh Pandu.
Namun dengan cepat juga ia menarik tangannya. Sedangkan Pandu tertawa terbahak melihat wajah kekasihnya 'ralat' tunangannya memerah entah karena malu atau marah.
Sesegera mungkin ia mengalihkan pembicaraan itu. Bisa-bisa ia dan Pandu akan berakhir diHotel jika terus seperti ini.
"Kenapa memanggilku?" Tanya Pita to the point.
"Aku rindu." Jawab Pandu santai.
Pita menatap jijik Pandu. Kalimat itu terdengar begitu familiar ditelinganya. Seperti salah satu adegan remaja difilm layar lebar.
"PANDU..." Teriak Pita hingga ruangan itu menggema.
Pandu terdiam sesaat. Jika sudah seperti ini wanitanya marah. Jika sudah marah ia harus serius. Pandu membenarkan posisinya dengan tangan digenggam dan sikunya bertumpu pada kiri dan kanan.
Serius.
Wajah Pandu amat sangat serius seperti sedang meneliti berkas-berkasnya.
"Kamu dipecat." Ucap Pandu tegas.
Kalimat itu seketika membuat Pita terdiam, jangan ditanya terkejut atau tidaknya. Yang pasti ia sangat-sangat terkejut berkali-kali lipat.
"Maksud kamu apa?!" Tanya Pitaloka tidak percaya dengan ucapan yang Tunangannya lontarkan.
"Kamu di PECAT!!" Jawab Pandu kembali tegas diakhir kalimatnya.
Entah mengapa, bahunya merosot kebawah. Mendengar itu apa Pita akan menganggur?? Tapi kenapa Pandu memecatnya?? Sedangkan ia adalah tunangannya?? apa mereka akan berpisah?!. Baru saja ia menemukan sosok yang membuat hari-harinya terasa mengesankan. Dan sepertinya ia harus merelakan semuanya hilang.
Matanya memerah menahan tangis yang ingin pecah. Pandu yang melihat reaksi Pita seketika langsung menatap lekat.
"Jadilah Asisten Pribadiku." Ucap Pandu kembali.
Pita yang sedari tadi menahan tangis akhirnya benar-benar menangis. Ia kira Pandu benar-benar akan memecatnya.
"Hey----hey...kenapa kamu menangis honey??" Tanya Pandu menenangkan dengan mengusap pipi wanitanya yang sudah banjir airmata.
Tangan Pandu ditepisnya. Pandu mempermainkannya. Tidak ingatkan Pandu saat ibunya menjadikan ia kelinci percobaan aktingnya.
"Maaf.... Aku minta maaf!!" Rayunya.
Pandu membawa Pita kedalam pelukannya. Ia tidak menyangka gadisnya akan menangis karena ucapannya itu. Apa ia keterlaluan.
Lama Pandu memeluk Pita seolah menenangkan. Hingga hanya terdengar isakan-isakan kecil bahkan ia bisa merasakan airmata gadisnya menembus kedalam kemejanya hingga menyentuh kulit tubuhnya.
"Sudah tenanglah." Usap Pandu pada punggung Pita.
Namun di detik selanjutnya Pandu meringis kesakitan.
Pita menggigit dada milik Pandu. Persetan jika berdarah sekalipun. Berani sekali dia memainkan emosi oranglain.
"Aww... Hon--ey lepas!! Atau aku akan menghukummu." Ancam Pandu dengan tangannya mencoba menjauhkan kepala Pita dari dadanya.
Dirasa Pita masih bersikukuh dengan gigitannya. Pandu dengan cepat meremas gundukan kembar Pita. Layaknya sebuah squishy.
Pita terkejut saat Pandu meremas payudaranya ia lalu melepaskan gigitannya. Sontak Pandu mengusap-usap dadanya sebelah tangan dan sebelah tangan lainnya membuka tiga kancing kemejanya.
"Kamu menyeramkan honey." Ucap Pandu masih dengan ringisannya.
Pita terdiam mengatur napasnya.
Pandu membuka bagian dada yang Pita gigit dan benar saja mengeluarkan darah.
"Kenapa kamu suka sekali menggigit bagian ini sayang.?" Tanya Pandu.
Pita teringat jika ia juga pernah menggigit dada Pandu saat berada dirumah kedua orangtua Pandu. Namun sepertinya yang ini lebih parah hingga mengeluarkan darah. Pantas saja Pandu kesakitan.
"Jangan mendekat...." Teriak Pandu saat Pita menggeser bokongnya mendekat kearah Pandu.
Pita menarik paksa lengan Pandu yang menghalangi daerah gigitannya barusan. Pandu takut-takut jika Pita akan kembali menggigitnya seperti cannibal saja.
"Diamlah Pandu." Tegas Pita. Bahkan matanya masih berkabut amarah.
Pita membuka semua kancing kemeja Pandu. Ia ikut meringis melihat hasil karyanya yang diikuti darah segar yang keluar. Setelah itu ia mencari kotak P3K dilaci meja kerja Pandu..
Ia menaruh alkohol pada kapas lalu mengoleskannya pada bekas gigitan itu. Kemudian meneteskan obat merah dan menempelkannya lalu menutupnya dengan kasa setelahnya ia mempererat kasanya dengan hansaplast.
"Inilah akibatnya jika mempermainkan emosi seseorang." Ucap Pita datar. Pandu menatap Pita merasa bersalah karena telah membuat wanitanya menangis.
Sama seperti Pandu. Pita merasa bersalah karena telah menyakiti Pandu hingga berdarah.
Tatapan mereka bertemu. Cukup lama mereka berpandangan hingga Pandu mengeluarkan cengiran kudanya yang entah mengapa Pita ikut tertawa sumbang mengingat betapa konyolnya kejadian tadi.
Mereka seperti bocah TK. Padahal umur mereka sudah terbilang dewasa apalagi Pandu.
Pandu meraih pipi wanitanya. Mengusap lembut.
Didetik kemudian Pandu mencium Pita penuh kelembutan. Tangannya bahkan menarik pinggul Pita agar tidak ada jarak diantara mereka. Ciuman itu adalah ciuman permintaan maaf. Dan semakin lama ciuman itu semakin bergairah.
Pandu mengangkat tubuh Pita cepat kedalam pangkuannya. Ia kembali melumat, dan mengadu salivanya masing-masing. Tangan Pandu tidak tinggal diam. Tangan kirinya memegang tengkuk Pita dan tangan kanannya membuka kancing pakaian Office Girl nya. Pita melenguh merasakan sensasi saat Pandu menemukan kedua gundukan berharganya. Tangannya meremas kasar rambut Pandu.
Karena Pita tidak bisa diam didalam pangkuan Pandu membuat si adik juniornya menegang. Dan entah dorongan dari mana Pita menggoyangkan pinggulnya dipangkuan Pandu.
Pandu semakin liar, bahkan ia memberikan banyak kissmark dikedua gundukan kembar itu.
"Ah--s Pan--du." Erang Pita merasakan keganasan Pandu didadanya.
'Drtt drrrrt'
Dering ponsel Pandu menyadarkan mereka yang hampir larut dalan kegilaan.
Pandangan mereka beradu. Sangat jelas terlihat bahwa mereka masih diliputi gairah masing-masih.
Pandu mencium kilat Pita. Dan menurunkan wanitanya pelan
Ia melangkah ke arah meja kerjanya mengambil benda pipih yang mengganggu kegiatannya bersama Pita.
'Mommy'
Ia menatap lekat layar ponselnya lalu menggeser tombol hijau.
"Halo mom." Sapa Pandu.
📞"....."
"Kapan??" Tanya Pandu.
Pita hanya memperhatikan dari jauh.
📞"Baik mom... Aku sudah tidak sabar!!" Ucap Pandu melirik Pita. Pita bertanya lewat isyarat mata seolah menanyakan 'Apa'. Namun Pandu tidak menjawab.
Kemudian ia menaruh kembali benda pipih itu dan menghampiri Pitanya.
Pandu mengancingkan seragam Pita. Dan Pita diam saja.
"Sore nanti ikutlah denganku." Ucapnya.
"Kemana?!" Tanya Pita.
"Menghadap keluarga kita masing-masing." Jawab Pandu.
Pita tidak cukup mengerti namun ia cukup mengangguk saja.
***
Lama ya Upnya?? fokus aku sedang ke cerita baruku yang baru diedarkan satu minggu ini diaplikasi yang sama (My Past Lover's Obsession). bagi yang belum tau silahkan cari dikolom pencarian. Dan story yang baru sedikit lebih dewasa😂 pokonya bijaklah dalam membaca.