Sudah sebulan sejak Nadin pingsan di taman dan di rawat di rumah sakit. Sudah sebulan juga Nadin tidak pernah menampakkan dirinya di sekolah. Selain itu, Nada juga menutup pintu rapat-rapat siapapun yang ingin mengetahui dimana Nadin berada.
"Nada, gue cuma mau lo jujur. Sebenarnya Nadin dimana sih? Kenapa dia udah gak pernah datang kesekolah lagi? Rumah nya juga sepi, lo selalu murung dan terus aja diem saat ada yang nanya dimana Nadin." Tanya Bima, sahabat Ryan. Selain suruhan dari Ryan yang ingin tau dimana keberadaan Nadin, Bima juga penasaran kemana menghilangnya gadis cantik itu.
"Lo kenapa mau tau Nadin ada dimana?ohh, gue tau. Lo pasti di suruh sama kak Ryan kan?? Denger ya, sampai kapan pun gue gak akan kasih tau kalian atau siapapun dimana Nadin." Ucap Nada lalu meninggalkan Bima.
Ryan yang melihat Bima tidak mendapat informasi apapun dari Nada pun memutuskan untuk mengejar gadis itu hingga ke kelasnya.
"Nada tunggu!!!" Panggil Ryan. Nada menatap Ryan dengan senyum miringnya.
"Ada apa?"
"Dimana Nadin? Kenapa lo selalu menghindar tiap ada orang yang nanyain Nadin?!" Tanya Ryan.
"Bukan urusan lo. Dimana Nadin? Buat apa lo nanyain Nadin lagi, bukannya prioritas utama kamu itu Claudya? Gue udah ingetin sama lo waktu itu, gue gak akan biarin lo nyakitin sahabat gue lagi kalo sampai ada apa-apa sama dia. Tapi lo gak perduliin ucapan gue dan malah milih sama Claudya. Lo tau apa yang terjadi sama Nadin saat itu? Nadin koma selama 1 minggu, keadaannya semakin kritis setelah 1 minggu dia koma. Apa lo pernah terfikir buat jengukin dia? Nggak sama sekali, bahkan gue sampai mohon-mohon sama lo buat jengukin Nadin!!! Tapi apa? Lo mengabaikan semua permohonan gue!!. Lo mau tau apa yang terjadi setelahnya? Nadin udah gak sanggup bertahan karena alasan dia hidup selama ini udah gak perduli dan ninggalin dia demi perempuan lain!!! Nadin udah gak ada, dia udah tenang dan gue mohon sama lo jangan pernah cariin Nadin lagi." Setelah mengeluarkan uneg-uneg nya, Nada kembali melanjutkan jalannya yang terhenti.
Ryan mendadak kaku mendengar semua ucapan demi ucapan yang di lontarkan Nada. Gadis itu benar, sekalipun Ryan tidak pernah berinisiatif untuk menjenguk Nadin. Dan sekarang, hanya penyesalan lah yang dirinya rasakan.
Ryan tidak mampu menggerakkan tubuhnya bahkan saat Bima dan sahabat-sahabatnya yang lain menepuk pundaknya keras tetap tidak ada reaksi yang di tunjukkan Ryan.
Di lain tempat,
"Lya, ayo dong kamu harus makan biar cepat sembuh. Bunda gak mau ya kalo terjadi apa-apa lagi sama kamu." Omel seorang wanita paruh baya pada putrinya.
"Nggak Bunda, Aku gak lapar. Bunda aja yang makan, Aku mau nungguin Nada aja."ucap gadis bernama Lya itu.
"Kamu mau nungguin Nada?? Kamu kan tau Nada ada di Indonesia bukan di Singapura tempat kita berada saat ini." Omel sang Bunda. Lya hanya cengengesan mendengar omelan sang Bunda.
"Iya deh Bun, Aku mau makan tapi Bunda harus janji dulu sama Aku. Gimana??" Tawar Lya, tanpa berfikir apapun Bunda Lya menganggukkan kepala nya setuju.
"Kalo keadaan Aku udah normal, Aku boleh ya balik di Indonesia lagi? Aku kangen sama Nada Bunda, udah seminggu Nada pergi dan gak hubungin Aku sampai sekarang. Aku juga bosen disini, Aku cuma di dalam rumah terus gak pernah keluar sekedar mencari udara segar." Ucap Lya, Bunda menjadi sedih mendengar ucapan Lya yang pasti sangat merasa kesepian.
"Kamu yakin mau balik di Indonesia? Gimana kalo kamu malah tambah tertekan dan drop lagi setelah ketemu Dia? Bunda gak mau ya sampai itu terjadi lagi. Apa lagi Ayah kamu, Bunda yakin Ayah akan melarang keras keinginan kamu ini."jelas Bunda membuat Lya tersadar, tidak seharusnya dirinya berkata seperti itu. Ayah, Bunda serta Nada sudah berusaha keras untuk menyembuhkannya hingga pergi ke negeri orang.
"Maafin Nadin Bun, Nadin janji akan nurutin ucapan Ayah sama Bunda. Nadin sayang sama kalian, dan Nadin gak mau lihat kalian sedih sampai terpuruk karena keadaan Aku sekarang."ucap Nadin, gadis itu tidak bisa menahan air matanya lagi. Seminggu setelah koma di rumah sakit, Nadin terpaksa harus di larikan ke rumah sakit Singapura karena kondisinya yang semakin memburuk.
"Ehh, anak Ayah kenapa? Kok nangis sih?? Bun,??" Tanya Ayah Nadin yang baru saja pulang dari bekerja.
"Gak ppa Ayah, Aku cuma mau ngucapin makasihhh banget sama kalian karena udah sayang sama Nadin. Walaupun Ayah Kevin dan Bunda Anisa bukan orang tua kandung aku, kalian tetap sayang sama aku. Makasih Ayah, Bunda, Nadin sayang kalian." Nadin memeluk Ayah dan Bundanya dengan erat.
Kevin dan Anisa tak mau kalah, mereka balas memeluk Nadin dengan erat. Kevin dan Anisa memang bukanlah orang tua kandung Nadin. Mereka sebenarnya adalah adik dari orang tua kandung Nadin yang sebenarnya. (Nanti akan di jelaskan di part-part selanjutnya okayy)
"Nadin, kenapa sih nama kamu harus di ubah? Ayah kan udah biasa panggil kamu Nadin masa mau di ubah sihh."ucap Kevin yang merasa keberatan dengan nama Nadin yang sekarang yaitu Aulya.
"Nggak ppa sih Yah, tapi Nadin suka aja sama nama itu. Nadin juga pengen lupain masa lalu Nadin dengan mengganti nama Nadin." Jelas Nadin. Kevin teesenyum hangat menanggapi ucapan Nadin. Apapun akan dilakukannya untuk kebahagiaan Nadin.
"Ada apaan nih peluk-pelukan? Kok Rifky yang tampan gak di ajakin sihh."ucap Rifky, anak satu-satunya Kevin dan Anisa.
Pria tampan itu sangat manyayangi Nadin melebihi apapun, Nadin sudah dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri. Bahkan, setiap gadis yang dekat dengannya harus mendapat persetujuan dari Nadin.
"Bang Rifky!! Aku kangen tau sama Abang, jahat banget sihh gak pernah ngabarin."ucap Nadin, gadis itu memeluk Rifky dengan erat dan enggan melepasnya. Kevin dan Anisa tertawa keras saat melihat penderitaan anak mereka yang menjadi objek kejahilan Nadin.
"Ya ampun dek, gue kesini buat liburan kali sekaligus nengokin kalian. Bukan buat jadi bahan percobaan kamu dek,, ya allah salah apa sih Rifky yang tampan ini."ucap Rifky mendramatisir.
Wajah tampan Rifky kini berubah menjadi gumpalan bedak padat dan blush on. Rifky pasrah saat Nadin terus saja mendandaninya dengan alat make up milik Bunda dan menjandikannya mirip seperti badut.
"Ahhh, lo gak ada cakep atau cantiknya Bang. Gue capek dandanin lo dari tadi tapi muka lo gitu-gitu aja. Udah ahh, gue capek daah Abang Rifky jelek." Dengan santainya Nadin berucap seperti itu lalu meninggalkan Rifky yang sudah memasang wajah cemberut.
***********
"Nada tunggu!!" Ryan.
"Apalagi sih??! Gue rasa apa yang gue ucapin ke elo itu udah jelas, jadi gak ada masalah lagi kan??" Nada.
"Lo bohong!! Nadin masih hidup, dia gak mungkin ninggalin gue gitu aja!!" Ryan.
Nada tersenyum sinis menanggapinya, seberapa besar usaha Ryan untuk memojokkannya agar memberitahu dimana keberadaan Nadin itu tidak akan pernah berhasil. Sampai kapan pun Nada tidak akan memberitahunya kecuali Nadin sendirilah yang menginginkan untuk bertemu.
"Tau apa lo kalo gue bohong? Lo gak tau apa-apa jadi gak usah sok tau. Lagian ngapain sih lo masih nyariin Nadin? Bukannya lo udah punya Claudya sebagai prioritas utama lo?! Gue mohon sama lo kak, gue mohon banget. Lupain Nadin, anggap kalian gak pernah ada hubungan dan saling kenal sebelumnya. Lo gak kasihan sama Claudya? Dia suka sama lo tapi lo sukanya sama Nadin, Claudya selalu dapatin perhatian dari lo sedangkan Nadin? Bahkan sedikitpun perhatian lo ke Nadin itu gak ada. Gue pergi." Ryan menatap punggung Nada dengan raut penyesalan. Ryan mengaku salah, tidak seharusnya dia bersikap acuh pada Nadin. Selama 2 tahun berpacaran, Nadin selalu merasa tertekan dengan sikap nya bahkan sudah sering meminta putus darinya namun selalu ditolak dan mengancam Nadin agar hubungan mereka tetap berlangsung.