"Gimana cara banguninnya ini?"
"Lo sih, kenapa juga ngasih tahu kayak gitu."
"Gue terus yang disalahin, gue sabar."
Ketiga kakak tersebut beradu argumen saat melihat adeknya pingsan begitu saja setelah pernyataan lemes dari abang-abangnya.
Sebenernya Alexa tidak benar-benar pingsan ia hanya pura-pura pingsan siapa tahu dengan cara ini perjodohan itu bisa dibatalkan atau paling tidak ditunda.
"Udahlah tinggalin aja, ntar juga bangun." ujar Vero tak peduli dan segera melangkah pergi meninggalkan kamar Alexa diikuti kedua adek-adeknya yang lain.
Vero sangat mengerti tabiat adiknya itu. Makanya ia lebih memilih meninggalkan nya begitu saja toh ntar juga bangun sendiri kalo mau bangun atau laper.
Braaakkkk
"Kakak laknaat!!!" ujar Alexa sebal saat pintu kamarnya tertutup begitu saja. Alexa sebal kenapa dirinya tidak dibujuk atau paling gak usaha dibangunin gitu.
"Arghhhhhh."
Alexa frustasi sekarang, ia kira setelah beberapa hari yang lalu dia menolak dengan keras pertemuan makan malam perjodohan itu tidak akan dilaksanakan.
Ternyata berbeda dari dugaannya, justru perjodohan itu ditunda sebentar dan malah dipindah pertemuannya dirumahnya.
Licik sekali keluarga Berlin dan keluarga yang akan dijodohkan dengannya. Kalau kayak ginikan susah kabur.
Rumahnya itu terlalu gede dan penjaga dimana-mana, apalagi pelayan rumah yang setiap hari bersih-bersih sehingga selalu berkeliling rumah keluarga Berlin. Ya maklum keluarga Berlin sangat mencintai kebersihan kecuali Alexa tentunya.
Alexa berjalan kearah balkon rumahnya dengan hati dongkol, bagaimana caranya membatalkan pertemuan malam ini jika kabur saja Alexa tidak bisa.
Pura-pura sakit? keluarga Berlin tinggal datangkan dokter kerumah pun mampu. Alasan ada kerja kelompok? Oh man tidak bakal dipercaya seorang Alexa akan mau melakukan kerja kelompok.
"ARGHHHH SEBEL!!!!" teriak Alexa kesal. Udara dari balkon kamarnya saja tidak bisa menenangkan dirinya sama sekali.
Alexa menatap halaman rumahnya yang selalu kedatangan mobil besar, entah untuk apa Alexa tak peduli. Hanya saja terlihat beberapa karangan bunga yang diletakkan diatas vas.
"Bukannya cuma acara makan malem? kenapa ada begitu-an segala." gumam Alexa curiga.
Alexa berjalan keluar kamar dengan sedikit tertatih, ya karena kakinya masih terasa sakit, dirinya rasa kakinya seperti nya bengkak.
Alexa dapat melihat banyak sekali pelayan yang berjalan mondar-mandir membawa makanan ataupun alat yang lainnya.
"Ini bukan acara nikahan kan?" batin Alexa horor.
Bagaimana tidak Alexa berpikir seperti itu, jika saja persiapan yang dilakukan sangatlah mewah seperti acara pernikahan saja. Alexa tahu keluarga Berlin itu sangat - sangat kayak dirinya saja kewalahan menghabiskan uang jajan hariannya yang tidak habis-habis tapi malah semakin menumpuk.
"Dek abang kira masih pingsan." ujar Vero berjalan kearah Alexa yang berdiri ditangga kediaman keluarga Berlin dengan terbengong.
"Dek?"
"WOI DEK ADA KEBAKARAN!!!"
"AAA KEBAKARAN AIR MANA AIR." teriak Alexa spontan bahkan kini gadis itu berlari menuruni tangga dengan cepat.
Naasnya lagi Alexa berlari tidak tahu aturan, pelayan-pelayan yang tengah berjalanpun ia tabrak begitu saja. Sedang kan Vero? laki-laki hanya tertawa terbahak-bahak melihat tingkah anak bungsu keluarga Berlin itu.
PRAAAANGGG
Suara piring pecah menghentikan tawa Vero, kini laki-laki menatap Alexa yang juga berhenti begitu saja dengan tatapan horornya.
"Non awas non kaki non."
Vero segera menuruni tangga dan menghampiri Alexa yang diam saja ditempat tak berani bergerak.
"Suara apa itu... Yaampun Alexa!!" pekik Mommy melihat anak bungsunya berdiri dengan kaki berdarah.
"Vero kenapa kamu diam saja? Angkat adik kamu keatas nanti infeksi lukanya." suruh Mommy yang segera diangguki oleh Vero.
Berbeda dengan Vero dan Mommynya, Alexa justru semakin menekan kakinya dilantai, bodoamat dengan rasa sakit. Kalau dengan cara ini pertunangannya tidak jadi dilakukan. Why Not?
"Dek jangan diteken nanti darahnya makin keluar, sini abang gendong keatas."
Alexa menggeleng justru sekarang kakinya semakin mengeluarkan darah segar.
"Alexa Jessie Berlin!!" ujar Mommy penuh penekanan yang justru tidak dihiraukan oleh Alexa.
"Alexa nurut sama Mommy!"
"Iya dek...."
"Mommy sama bang Vero udah gak sayang sama Alexa?"
Alexa menatap kedua orang didepannya dengan mata berkaca-kaca. Entah itu tulus atau sekedar buatan.
"Mommy tega ngasih Alexa ke orang lain?"
"Mommy sama bang Vero udah gak peduli sama Alexa ya sekarang?"
Mommy dan Vero menghela nafas mereka. Drama Queen Alexa kembali datang.
Vero menatap sang mommy dan mendapat anggukan oleh mommynya. Vero segera berjalan menghampiri Alexa dan menggendong paksa seperti karung beras begitu saja.
"ABAAANG TURUNIN ALEXAAAAA!!!" pekik Alexa memukul pundak Vero dengan keras.
"Diem gak dek, kamu kecil-kecil tenaganya kayak bulldog ya."
"Bodoamat gak peduli, turunin Lexa sekarang!"
Dan
Brukkkkkkk!!!
"ANJIR SAKIT!!" pekik Alexa saat tubuhnya terhempas diatas kasur begitu saja apalagi dalam kondisi kakinya yang berdarah.
"Diem disitu, jangan keluar-keluar abang mau panggil dokter. Kalau sampe keluar abang patahin kaki kamu." ujar Vero datar dan segera berjalan keluar dari kamar adeknya itu.
"ABANG JAHAAAT!!!!!"
"ABANG GAK SAYANG SAMA ALEXA!!"
"ABANG TEGA SAMA ALEXA!!!"
Sumpah serapah-pun dikeluarkan oleh Alexa kepada Vero.
"gini amat nasib orang cantik macam gue." ujar Alexa lirih sebelum akhirnya benar-benar terbang ke alam mimpi.
Badannya sakit namun hatinya lebih sakit.
------------------------------TBC------------------------