Bab 95: Hidup Itu Singkat

"Yuna lo dimana?" tanya Seyna melalui telpon.

"Udah di jalan nih," jawabku sembari menyetir, suaranya tersambung dengan tape mobil. Jadi aku tidak perlu bersusah payah memegang ponsel sembari nyetir.

"Nanti lo langsung ke ruangan Dekan aja ya Yun."

"Abang lo Dekan emangnya?"

"Bukan, abang gua gak bisa nyambut lo, sayang banget. Kenapa lo udah gak sabaran ya ketemu sama dia?"

Aku memutar kedua bola mataku sebal, sembari memasang tampak kesal. Selagi Seyna gak liat wajah aku.

Terdengar helaan napas Seyna. "Yun, gua tau lo orang baik. Gua jodohin Bangga sama lo bukan tanpa hal. Gua tau Cuma lo yang bisa buat di move on."

"Tapi Sey—"

"Gini aja deh, kalau emang kalian gak cocok gak apa-apa gua gak maksa. Tapi, setidaknya kalian ketemu dulu sekali. Ntah kenapa sejak gua ketemu sama lo gua ada firasat gitu."

"Firasat apa?"

"Kalian cocok!"

"Dah kayak dukun aja lo!"

"Lo gak tau apa, nenek gua dulunya dukun?"